Chereads / DEVILANGEL / Chapter 2 - BAB 2 : PERTEMUAN

Chapter 2 - BAB 2 : PERTEMUAN

Aku menoleh.

"Dono!"

"Keak... kejutan! Kejutan! Kejutan! Keak... " Dono sengaja sekali mengagetkanku.

Aku tertawa geli. "Kamu ngagetin aja! Makin hari makin pinter kamu, ya!" Aku mengulurkan lengan.

Dono hinggap di lenganku. "Keak... Selamat datang tuan putri. Keak... Selamat datang! Selamat datang! Keak... " Ucapnya lagi sembari menggoyang-goyangkan kepalanya ke kiri dan kanan. Mengabaikanku. Seolah apa yang diucapkan adalah kaset yang diputar berulang-ulang. Atau mungkin semacam mode single repeat di pemutar musik kalian.

Ya. Dia adalah Dono. Burung Beo pintar yang menggemaskan. Temanku sejak kecil.

Saat aku berumur tiga tahun, ayah membawa Dono dari rumah nenek sebagai hadiah ulang tahunku. Waktu itu Dono juga berumur tiga tahun. Ibunya mati. Dan mulai hari itu pula, kami berteman. Hingga sekarang. Mungkin terdengar aneh. Tapi, Dono sudah seperti keluarga bagiku.

Dan entah sejak kapan pula, kami seolah terhubung. Dapat saling memahami. Seperti waktu aku berumur tujuh tahun. Saat itu aku ikut ibu berkebun di belakang rumah. Hari minggu pagi yang cerah.

Saat ibu sedang mencabuti rumput di sekitar cabai rawit yang tingginya masih selutut orang dewasa, aku mencoba memetik bunga bugenvil yang sedang bermekaran indah pada cabang yang tidak terlalu tinggi.

Aku tidak tahu jika di ranting itu ada sarang lebah. Tanpa sengaja aku membuat lebah-lebah itu marah mereka merasa terganggu.

Dan, sebelum mereka (lebah-lebah) itu menyengatku, Dono secepat kilat...! Dan lebah-lebah itu bernasib malang.

Aku tidak pernah melihat Dono memakan serangga. Yang aku tahu dia memakan biji-bijian dan buah-buahan. Tapi, aku sangat berterima kasih kepada Dono. Dia menyelamatkanku!

#

Subuh-subuh aku sudah bangun. Membantu mama masak. Aku tidak begitu jago seperti mama, tapi, masakanku lumayan loh. Apalagi kalau masak mi instan. Selalu terasa nikmat! Percaya deh!

#

(SURYA)

Pagi-pagi jam 7 tepat aku sudah berada di depan rumah Safira. Sang Putri. Sepertinya julukan itu cocok untuknya. Dan aku akan menjadi pelayannya. Eh, atau, pangerannya? Lupakan!

Semalam Safira meneleponku, mengajakku berangkat jam 7. Eantahlah. Padahal kelas baru masuk jam 8. Juga jarak rumah ke kampus tidak terlalu jauh. Karena aku sudah berjanji untuk selalu menjaganya, aku ikuti saja mau Safira.

"SAFIRA!!!"

"FIRA...!"

Teriakanku berkali-kali tapi Safira tak kunjung keluar rumah.

"Sa..- Eh Tante. Pagi Tante!" Tante Mina muncul di balik pintu. Aku masih di luar gerbang rumah.

"Pagi, nak Surya. Cari Safira?" Tanya tante Mina tersenyum.

"Iya, Tan."

"Tapi Safira sudah berangkat dari tadi." Jelas Tante Mina.

What? Pasti Safira sengaja ngerjain aku. Dasar, putri nakal!

#

(SAFIRA)

Pak Bowo membuka gerbang kampus. Tepat pukul 7 pagi.

"Selamat pagi, Pak!"

"Pagi, Neng! Aduh, pagi bener berangkatnya. Mau bantuin bapak nyapu?" Tanya Pak Bowo ramah.

Dia penjaga sekaligus tukang kebun kampus. Rumahnya ada di sudut belakang kampus.

"Hahaha. Enggak pak. Mau nemenin bapak saja." Jawabku asal sambil lalu memarkir motor.

Hihihi. Aku masih tertawa geli. Pasti Surya sekarang sedang di rumahku. Hahaha. Kena dia!

Karena memang masih sepi, aku nungguin Pak Bowo saja yang sedang membersihkan halaman depan kampus.

Kami berbincang-bincang ringan. Aku baru tahu kalau Pak Bowo tinggal di kampus ini dengan istri dan kedua anaknya.

"Anak bapak kuliah disini juga?" Tanyaku penasaran.

"Iya, neng. Yang besar kuliah disini. Masih baru kayak neng. Kalau yang kecil masih SD kelas 6." Pak Bowo masih sibuk menyapu.

Aku manggut-manggut. "Jurusan apa, pak?"

"Kalau gak salah ekonomi, neng." Pak Bowo memasukkan sampah dedaunan ke tong sampah. "Bapak kesana dulu ya, neng. Disana masih kotor!"

"Iya, pak!"

Beberapa mahasiswa mulai berdatangan. Mungkin mau memgerjakan tugas. Atau mungkin nggak tau ngapain. Biasa, sok sibuk hehehe. Bisa jadi mereka seperti aku, kurang kerjaan bukan?😂

Aku pergi ke perpustakaan. Sebentar. Perpustakaan belum dijaga, tapi sudah dibuka sama Pak Bowo untuk disapu, sepertinya, lantainya bersih sekali. Aku membuka-buka buku. Mencari buku yang menarik. Mau ke kelas, nanti dulu lah. Mau ke kantin? Aku sudah sarapan. Setengah jam di perpustakaan aku putuskan berkeliling kampus. Ya, sembari menunggu jam 8, sekalian jalan-jalan.

#

"AW!!"

Aku terjatuh. Tas selempangku juga. Seseorang menabrakku saat aku berjalan di depan aula. Seorang lelaki!

"Maaf, aku tidak sengaja. Apa kamu baik-baik saja?" Tanyanya cepat. Ikut jongkok di depanku.

"Nggak pa-"

Aku melihatnya. Lelaki itu! Entah apa yang membuat mulutku bungkam.

Aku masih menatapnya. Menatap matanya!

"Hey!" Dia menyapaku lagi. Menyadarkanku. Membawaku lagi ke bumi. Aku yakin wajahku pasti terlihat merah.

"Eh, tidak apa-apa." Aku berdiri. Gerah!

Dia, lelaki itu, menyerahkan tas selempangku. "Benar, kamu baik-baik saja?" Dia terlihat begitu khawatir."Kamu terlihat seperti demam!" Piuh. Demam? Pipiku rasanya semakin panas.

Aku menerima tas itu. "Tidak apa-apa. Maaf, aku kurang fokus tadi." Aku sedikit tersenyum.

"Rama. Rama Pratama!" Dia mengulurkan tangan.

Aku menjabatnya. "Safira."

#

(RAMA)

Aku menabrak seseorang saat berbalik. Dasar Agung! Gara-gara dia menyuruhku pergi ke kantin, aku jadi buru-buru balik kanan dari aula.

Hey, dia seorang perempuan!

"Maaf, aku tidak sengaja. Apa kamu baik-baik saja?"

Dia memandangku. Eh! Ada sesuatu di matanya. Tapi aku tidak tahu apa itu. Matanya...

#

(SURYA)

"Safira...!" Aku berlari menghampirinya. Aku melihatnya terjatuh tadi.

"Safira!"

Safira menoleh, juga lelaki di depannya. Siapa dia?

Napasku tersenggal saat sampai di depannya. Aku mengamati Safira. Siapa tahu ada yang lecet.

"Kamu tidak apa-apa? Ada yang luka?" Tanyaku.

"Aku tidak apa-apa. Tenanglah!"

"Syukurlah kalau begitu. Hey, tunggu. Kamu menipuku tadi!? Dan.." Aku melirik lelaki itu, "Siapa dia? Orang yang menabrakmu?"

Jujur saja, lelaki itu memang terlihat sedikit "keren". Tapi, aku tidak kalah keren! Sekarang aku menatapnya benci. Ada sesuatu yang aneh dari lelaki itu, selain karena dia telah menabrak Safira.

"Hem, maaf aku tadi tidak sengaja. Rama. Rama Pratama" Dia mengulurkan tangan.

Aku terpaksa menerimanya. Memasang wajah yang lebih bersahabat. "Surya. Baga Surya."

Dan saat kami bersalaman, itu..

Zzzrrrttt...!!!

Aku menarik tanganku. Lelaki itu juga. Mungkin dia juga merasakannya. Ada aliran listrik yang tiba-tiba menyengat.

Apakah dia...

#

(RAMA)

"Sekali lagi, maaf. Aku tidak sengaja. Aku harus segera pergi!" Aku pergi menunggalkan mereka berdua. Menuju kantin.

Smartphoneku berbunyi lagi. Agung meneleponku lagi. Dari tadi menyuruhku segera ke kantin.

Gara-gara dia aku menabarak perempuan itu. Siapa? Ya, Safira. Sial, tapi terima kasih, Gung! Baru kali ini aku melihat seorang perempuan yang... Entah mengapa membuat jantungku berdetak kencang.

Dan matanya. Ada sesuatu disana yang membuatku otakku tak berhenti mengingatnya.

Tapi... Lelaki yang bersamanya itu... Siapa dia sebenarnya?

Aku berhenti sejenak. Memandangi telapak tanganku. Masih ada sedikit rasa disana. Sengatan listrik tadi.

Apakah dia itu...

Tidak! Dia pasti...

Ya, pasti...!

#to be continue........

-----------------------------------------------

#sanbashori

Tunggu selanjutnya...