Siang hari di Akademi Pedang Langit, suara lonceng bergema menandakan waktu istirahat bagi para siswa siswi.
Dan telah kembali dari kantin untuk mengambil jatah makan gratisnya, selama perjalanan tidak ada siswa ataupun siswi yang menyapanya, karena memang ia tidak memiliki banyak kenalan di akademi itu. Bahkan banyak yang menyingkir dari jalannya karena takut akan mendapat masalah.
Duduk dimeja miliknya Dan menyantap makan siangnya dengan perlahan. Dalam ingatannya ini adalah pertama kali ia makan di kelasnya, biasanya Dan akan makan di atap gedung yang berada di atas bangunan murid tahun ketiga, ataupun memalak murid murid kelas satu. Sangat jarang ada yang berani melawannya. Bahkan murid tahun ketiga pun akan berfikir du kali untuk mencari masalah dengannya
"Ehem, hei Rachel bisa aku bicara sebentar" Seorang Siswa dengan tinggi kurang lebih sama dengan Dan, yang Dan yakini bernama Rahma Prasetyo selaku Ketua kelas berbicara padanya.
Hening. Tidak ada sahutan dari Dan dia tetap melanjutkan makannya.
Karena tidak mau mendapat masalah Rahma beranjak pergi.
"Ada apa ketua , ada yang bisa kubantu"
Rahma pun menoleh "Ah begini, Battle Class yang akan diadakan seminggu lagi bisakah kau ikut berpartisipasi. Jika ada kau aku yakin setidaknya kelas kita pasti akan menduduki peringkat 3 besar"
Battle class adalah event yang diadakan Alademi untuk menunjukan kebolehan serta kemajuan para siswa dan siswi dalam pertarungan satu lawan satu. Tentu saja siswa tahun pertama akan melawan siswa tahun pertama, begitu juga siswa tahun kedua dan ketiga. Mereka akan bertarung hingga salah satu kelas terkuat yang akan menang. Tahun pertama sendiri terdiri dari 15 kelas begitu juga dengan siswa tahun kedua dan ketiga
Setiap kelas akan mengirimkan empat anggota terkuatnya untuk berpartisipasi dalam pertarungan tersebut.
Meskipun ragu, Rahma selaku ketua kelas memberanikan diri untuk mengajak Dan mengikuti event tersebut. Meskipun kemungkinannya kecil untuknya mau ikut, meskipun mungkin dia akan menghina nya karena hal itu. Setidaknya ia sudah mencoba.
Sebenarnya niat Rahma untuk mengajak Dan ditentang keras oleh Riska dan Mina yang juga akan ikut dalam battle class minggu depan. Tidak dapat disangkal jika mereka memang membenci sikap arogan Dan.
Tapi Rahma masih ingin mencoba, entah apa alasannya ia benar benar terobsesi untuk memenangkan Battle Class itu.
"Ah, tentu saja jika kita mendapat peringkat kau yang pertama memilih hadiahnya. Jika perlu selama kita mendapat peringkat, aku akan memberikan apapun yang kau mau selama masih dalam kemampuanku"
"Kau terlalu menganggap remeh lawan ketua. Presentasi kemenangan kita setidaknya hanya sekitar 30 persen jika aku ikut. Aku ini hanya berada pada 10 besar pada rangking kekuatan, tentu saja rangking diatasku akan lebih unggul terlebih lagi 3 kandidat kelas lainnya sangat mungkin mereka lebih kuat dari kalian"
"Setidaknya kita sudah mencoba, tidak papa jika gagal. Kumohon ikutlah, aku akan sangat berterima kasih jika kau mau ikut"
Hening. Dan masih menyantap makan siangnya dengan tenang.
"Baiklah, dengan syarat kalian harus mengikuti intruksi ku" Dan sendiri adalah pengguna sihir yang handal meskipun pengguna an senjata tidak terlalu handal, itu dapat ditutupi dengan kemampuan sihirnya yang handal.
Setidaknya itu Dan yang dulu. Dan yang sekarang adalah reinkarnasi dari pahlawan matang yang sangat ahli dalam pedang dan sihir, ditambah ingatan dan bakat tubuh ini, itu adalah kombinasi yang hebat.
"Deal, jika begitu nanti sepulang sekolah kami akan berlatih di rumahku, jika ada waktu kau bisa ikut. Jika memungkinkan aku mengharap arahan darimu Dan"
"Akan kupikirkan beritau saja alamat mu"
••••••••••••••••••••¥¥¥¥¥•••••••••••••••••••••
Rahma Prasetyo adalah anak dari kepala pedagang kaya di Ibukota, meskipun begitu Rahma tidak pernah menyombongkan kekayaannya.
Saat ini di halaman belakang rumahnya yang luas, Rahma, Riska, serta Mina sedang berlatih menyempurnakan ilmu mereka. Saat mereka mau melakukan latih tanding, seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan rambut klimis datang.
"Tuan, ada tamu untuk anda, dia mengaku bernama Dan Rachel. Dia menunggu di ruang tamu"
"Benarkah. Cepat ajak dia kemari paman, dia temanku"
Pelayan itu kemudian menjemput Dan, membawanya ke halaman belakang.
"Yo Dan, ternyata kau datang" dengan ramah Rahma menyapanya.
"Hn"
Alis Rahma berkedut kesal mendengar jawaban singkat Dan. "Kami baru saja ingin berlatih tanding. Bagaimana mau ikut?"
"Baiklah, kau yang akan jadi lawan ku Ketua. Agar lebih efektif ayo kita gunakan senjata sihir kita"
"Ut ex Gladio" lalu cahaya kemerahan mulai menyelimuti jari Dan, dengan cepat cahaya itu mulai membentuk sebuah pedang berjenis Long sword.
Senjata sihir adalah sebuah senjata yang dapat menampung sihir, contohya jika kau mengalirkan sihir api ke senjatamu maka senjatamu akan memiliki atribut api, begitu juga elemen lainnya.
Rahma, Riska, dan Mina terkejut karena Dan dapat memanggil senjatanya dengan mudah.
"Tungu Dan, bagaimana caramu menggunakan mantra sesingkat itu" Ucap Rahma kagum
"Mempersingkat mantra seperti itu, bukan kah itu sihir tingkat tinggi?" Riska menambahkan.
"Jadi mulai tidak" Ucap Dan kalem.
"Ahh, Okkey. Meskipun ilmu sihirmu lebih ahli dariku, tapi aku cukup yakin dengan ilmu pedangku lo"
Iapun memanggil pedang miliknya
"Wahai pedang miliku, datanglah" Sebuah great sword muncul dan tanpa aba aba, Rahma melesat maju mengayunkan great sword miliknya.
"Corpus viribus sursum"
Bersambung....