Teng teng teng..!!
Lonceng pertanda pulang telah berbunyi.
Kinar yang baru menduduki bangku kelas satu SD dengan langkah kecilnya berlari menuju gerbang hendak memeluk seseorang.
"Bunda..." Kinar melompat ke pelukan Ria
"Ehh anak bunda! Tadi gimana sekolahnya?" Tanya Ria sambil mencubit hidung mungil putri semata wayangnya itu.
"Bunda tau ngak! Gambar aku yang bunda buatin dipuji lho sama guruku...!" Seru gadis kecil itu.
"Oh ya... berarti besok kamu harus bisa bikin gambar sendiri ya!" Ria lagi lagi mencubit hidung pesek Kinar.
Dan sepanjang jalan menuju rumah Kinar hanya mengoceh tanpa henti tentang kejadian yang terjadi di sekolahnya dan Ria pun mendengar ocehan putrinya dengan senang hati.
===========
Sore itu taman dipenuhi oleh anak anak mereka bermain dan saling berbagi kepolosan, di pojok kiri taman Kinar duduk dengan Fini sahabatnya sambil menyeruput es durian kesukaan mereka.
"Kinar kita main kejar kejaran yuk!" tawar Fini
"Ayoo!!" Seru Kinar sambil mengangkat kepalan tangan kanannya yang mungil dengan semangat. "kejar aku ya...!!" Fini segara lari cabut dari Kinar.
"Kamu curang ah! Awas kamu ya...!!" Kinar berlari mengejar Fini dengan semangat, namun tiba tiba PUMM!!. Sebuah bola kaki mencium kepala Kinar membuat Kinar menghentikan langkahnya, Kinar meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya.
"Aduh...," anak anak kini beralih mengerumuni Kinar mereka juga tak segan menyoraki anak laki laki dengan polosnya.
"Kalian jahat... kalian jahat...!!" Seru mereka serempak dan ini sontak membuat tangis Kinar pecah. "Huuuu... aduh sakit...," Fini yang menyadari Kinar tak lagi mengejarnya reflek berbalik menuju taman, di sana ada segerombolan anak anak dia yakin Kinar ada di sana. "Kamu sih...!!" seru salah satu anak laki laki. "kok aku, kamu kan juga nendang!" seru anak lainnya protes tak ingin disalahkan. Fini yang tiba tiba muncul langsung nyolot dengan polosnya, "Kalian jahat! kepala kinar sakit gara gara kalian sih...!!" Fini marah dengan polosnya. "Ayo Kinar kita pulang, biar aku antar!" Timpal Fini sambil membantu Kinar berdiri, merangkulnya, dan berjalan meninggalkan taman. Anak laki laki tadi masih memperhatikan Kinar dengan langkah kacaunya sampai punggung Kinar hilang diperbelokan jalan.
============
pagi itu Kinar bersiap siap berangkat sekolah, hantaman bola semalam tak terasa lagi olehnya. Kinar adalah anak yang kuat dan penceria, dengan latar belakangnya yang ditinggal ayahnya di usia dua tahun namun dia tetap kuat. Kinar belajar dengan baik dan benar tidak salah dia adalah salah satu anak terpintar di kelasnya nilainya selalu diatas delapan puluh dan tidak jarang dia mendapat nilai seratus dan nilai tertinggi di kelasnya.
Siang itu pada jam pulang Kinar tidak menemukan Ria dimana mana, dia malah menemukan anak laki laki yang kemaren menendang bola ke kepalanya, anak itu tersenyum padanya. Kalau dilihat dari penampilannya kayaknya anak ini baru kelas dua, badannya gendut, tubuhnya cukup pendek, dan kulitnya sawo matang. "Kamu yang kemaren aku tendang pake bola ya? Maafin aku ya aku ngak sengaja...!" Ucap anak itu tulus dan penuh kepolosan. "Ngak apa apa kok ngak sakit lagi!!" jawab Kinar tak kalah polosnya.
"Kalo gitu kita lomba lari yuk! sampe komplek?" tawar anak itu. Kinar menyapu pandangannya ke segala arah dan dia masih tidak menemukan Ria dimana mana, senyum manisnya pun terbit.
"Ayo!!" Seru Kinar sambil berlari dengan semangat, Kinar yang melihat anak tadi berlari mendahuluinya, makin mempercepat langkahnya dengan berlari kearah jalanan.
"Hei kamu jangan main dijalan dong!!" Teriak si anak laki laki memperingatkan, namun Kinar seakan tidak peduli yang dia inginkan hanyalah sampai di komplek secepatnya dan meraih kemenangannya. Sementara Ria sedang di perjalanan menuju sekolah dengan terburu buru.
Si anak laki laki masih menyoraki Kinar, sontak matanya terbelalak melihat sebuah mobil melaju kearah Kinar. "Awas...!!!"
BRUKK!!
Darah segar memenuhi jalanan membuat orang orang datang berkerumun, kini jalan ricuh dan ribut. Tetapi Kinar merasa mobil itu tidak menghantam tubuhnya dia merasa seseorang baru saja mendorong tubuhnya, perlahan dia membuka mata dengan langkah kecilnya dia berhasil menuju kerumunan kini darah segar itu menyentuh ujung jemari kakinya. Semua orang mulai menepi kini Kinar dapat melihat dengan jelas siapa korbannya, namun apakah yang terjadi?
Kinar merasakan perasaan yang sesak dan meledak didadanya, dunia serasa berhenti berputar, jantungnya serasa ingin melompat keluar, dia juga merasakan jiwa dan raganya telah hancur. Ria tergeletak dan terkulai lemas disana. Hari ini, jam ini, detik ini hati Kinar bagai hancur berkeping keping.
"BUNDAAAAA...!!!"