Chereads / Best Boyfriend / Chapter 4 - Tiga

Chapter 4 - Tiga

Kepalaku rasanya mendidih. Emosiku meledak! Bukan hanya karena mereka melakukan hal itu di tempat yang tidak wajar, tapi juga karena Yose mengabaikan janji ketopraknya tadi pagi, hanya untuk pacar pramugari tinggi semampainya itu. Aku cemburu. Kecemburuan seorang sahabat yang merasa diabaikan. Catat itu!

Amarah yang memuncak, membuatku langsung berlari ke dalam kamar. Aku tidak mau melihat adegan saling bantu memakaikan pakaian masing-masing, oleh dua sejoli di ruang makan itu. Masa bodo dengan mereka! Masa bodo juga dengan ketoprak yang berhamburan di lantai! Itu tugas Yose untuk membersihkan, dan membelikan yang baru!

"La?" Tak butuh waktu lama, Yose sudah mengetuk pintu kamarku. Perlahan kepalanya muncul dari balik pintu. "La, marah?"

Aku bergeming.

"Dia udah gue suruh pulang kok, La," bujuk Yose sekuat tenaga, tapi aku tetap bergeming.

"Udahan ya, marahannya?" Yose mendekat untuk menenangkanku, tetapi kutepis tangannya dengan kasar sebelum ia meraih pipiku.

"Ga lagi-lagi deh, ngajak dia ke sini. Tapi beneran, La, dia udah gue suruh pulang. Hus ... hus ...." Ia menirukan gerakan seperti mengusir seekor ayam.

"Bukan itu masalahnya, bego!"

"Lo cemburu, ya?" tebaknya hati-hati.

"Ga usah kepedean, kambing!" Teman-teman, maaf kalau aku jadi seperti remaja labil yang sedang mencari perhatian kekasihnya. Namun, sungguh, aku benar-benar tidak bisa mengontrol emosiku.

"Terus apa, dong? Maaf La, ga lagi-lagi. Sumpah, deh."

Dimaafin. Dalam hati aku menjawab namun masih gengsi untuk mengutarakannya.

"Atau gue putusin aja dia, ya? Gue telepon dulu!" Yose mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Pantas saja panggilanku tadi tidak dijawab, ternyata ponselnya ada di dalam celana, dan celananya tadi sedang tersampir asal di atas kursi. Great Yose.

"Ga usah!"

"Duh, cewe kalo ngambek gini amat, ya? Terus gue mesti gimana dong, La?" tukasnya frustasi sembari mengaruk belakang kepalanya. "Lo kan, jarang-jarang ngambek gini, gue belum ahli jinakinnya."

"Lo pikir gue hewan buas!" Emosiku kembali memuncak, yang untungnya tidak separah tadi.

"Ya, terus gimana supaya lo berenti ngambek? Kalo lo suruh gue untuk putusin dia, gue putusin sekarang, nih."

"Ketoprak gue udah ga bisa dimakan, Yose ... ngantrinya lama banget tadi." Lagi-lagi aku berbohong. Hari ini sudah dua orang yang kubohongi.

"Ya astaga! Gue kira marah kenapa. Oke, tunggu bentar, gue beliin dulu yang baru." Yose segera bergegas mengambil dompet di kamarnya, ia tidak sadar kalau sekarang masih bertelanjang dada.

"Idiot! Pake baju dulu kalo mau keluar!" seruku dari dalam kamar, sebelum ia keluar rumah dan dianggap gila oleh para tetangga.

Untuk saat ini tolong jangan menghakimiku. Karena aku juga tidak mengerti cemburu seperti apa yang sedang kurasakan sekarang. Mungkin kecemburuan seorang sahabat, mungkin juga tidak. Mungkin karena melihat pria yang biasanya menyentuhku malah menyentuh wanita lain, mungkin juga benar karena ketoprak.

Entahlah, aku enggan berpikir terlalu dalam. Yang kupikirkan saat ini hanya ucapannya tadi, "Kalo lo suruh gue untuk putusin dia, gue putusin sekarang, nih." Kata-katanya itu, menurutku, sangat tidak wajar untuk hubungan kami yang hanya sebatas sahabat ini.

"Inget La, lo sama Yose itu sahabat. Ga boleh baper-baperan!"