Chapter 14 - 14. Terjebak di Hutan bag3

Wajah lugu yang nampak pada Hao Nan membuat Xiao lagi-lagi tersadar dari sikapnya. Hari telah berubah menjadi pagi, Xiao beranjak dari tempatnya dan melihat kesekeliling.

"Bangunlah..!" Kata Xiao sembari mengulurkan tangan pada Hao Nan yang masih terduduk di tanah karena jatuh.

"Sekarang sudah pagi. Kita harus cepat keluar dari sini sebelum waktu beranjak menjadi malam kembali".

"Augh..!" Teriaknya.

Hao Nan memegangi kakinya ysng terkilir akibat terjatuh demi menghindari tatapan Xiao.

Xiao yang berjalan didepan membalikkan badan dan melihat apa yang terjadi pada Hao Nan.

"Hao Nan, Bagaimana kakimu bisa sampai terkilir? Dasar wanita merepotkan!".

Xiao merendahkan tubuhnya untuk melihat pergelangan kaki Hao Nan yang terkilir. "Tahan sebentar, ini akan sedikit terasa sakit". Perlahan Xiao mengurut kaki Hao Nan untuk membenarkan ensel yang terkilir.

"Augh..! Sakit, pelan-pelan.. Apa Tuan sengaja membuat sakitku lebih parah?" Rintih Hao Nan. Dia berbicara seperti sedang mengalami kejadian buruk yang menimpanya.

"Diam! Aku hanya mengurut sendi yang terkilir, bukan mematahkan kakimu. Sekarang perlahan coba gerakkan kakimu".

Hao Nan mencoba menggerakkan kaki kanannya yang terkilir. "Eh.. Ternyata tidak terlalu sakit dan sudah lebih baikan? Tuan Xiao dalam hal terdesak seperti ini, ternyata Tuan hebat juga. Mengapa Tuan tidak buka panti pijat saja, Aku percaya engan kemampuan Tuan Xiao yang hebat ini" Puji Hao Nan dengan sedikit sindiran.

"Terima kasih atas pujian yang Nona Hao Nan berikan. Tapi aku bukanlah Gigolo yang mampu memuaskan hasrat setiap wanita. Tapi jika Nona Hao menginginkannya, 1malam sepertinya tidak masalah". Jawab Xiao di depan wajah Hao Nan.

'Pria aneh ini.. Apa dia telah kehilangan akalnya. Menjijikan! Siapa juga yang mau di layani pria macam dia. Pria aneh, mesum tak bermoral, kenapa juga aku harus terjebak di hutan seperti ini dengannya?'. Gerutu Hao Nan.

Xiao yang mampu membalikkan perkataan Hao Nan membuatnya kesal. Mereka berjalan menyusuri hutan dengan Hao Nan menjaga jarak dari Xiao.

2 jam lamanya mereka memutari hutan dan belum menemukan penduduk atau rumah di sekitar mereka.

"Tuan Xiao…! Apa kamu yakin jalan yang kita lewati memiliki titik terang? Aku rasa kita telah salah mengambil arah". Protes Hao Nan yang sudah merasa lelah karena harus menahan kaki yang terkilir, dan deru nafasnya mulai tidak beraturan, dan pandangannya mulai kabur.

"Kalau Nona Hao tidak yakin, mudah saja! Nona tinggal mengambil arah sebaliknya dan tidak perlu membuntutiku!". Kata Xiao yang mulai kesal dengan sikap Hao Nan. Xiao terus berjalan tanpa menghiraukan Hao Nan yang berada di belakangnya.

Lama Xiao tidak mendengar suara Hao Nanpun membalikkan badan, Dia tidak mendapati Hao Nan di belakangnya. Xiao mulai cemas, dia berlari kembali ketempat asal mereka.

'Hao Nan..! Mengapa aku bisa ceroboh sampai meninggalkanmu?'.

Kecemasan Xiao bertambah saat melihat bekas gigitan ular berbisa di kaki Hao Nan. Dia bergegas merobek lengan kemejanya untuk mengikat ujung kaki bekas gigitan agar racun tidak menyebar.

Dengan tergesa-gesa Xiao membawa Hao Nan dalam pelukannya menyusuri hutan untuk mencari warga sekitar. Keadaan di perparah dengan langit yang tiba-tiba mendung dan turun hujan cukup lebat. Xiao menutupi Hao Nan dengan Jasnya untuk menerobos hujan demi mendapatkan jalan keluar.

"Sial.. Mengapa harus ada hujan di saat seperti ini!".Gerutu Xiao.

Bibir Hao mulai membiru, wajahnya semakin pucat akibat demam dan suhu badan yang naik kembali. Xiao berlari secepat mungkin, perasaan cemas dan khawatir merasuki fikiran dan hatinya.

"Hao Nan.. Bertahanlah! Aku pasti akan menyelamatkanmu. Tidak akan aku biarkan wanita yang ada disampingku pergi. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya". Mencium kening Hao Nan. "Sial.. Sial..! Mengapa harus seperti ini!".

Disaat Xiao kehabisan nafas untuk berlari, dia melihat pemukiman tidak jauh dari pandangannya. Xiao memaksakan tubuhnya demi mencapai tempat tepat waktu.

***

Sesampainya di pemukiman warga, dia berlari kesalah satu rumah penduduk dan meminta pertolongan. Didepan rumah terlihat ada pria paruh baya sedang membuat kerajinan dengan menggunakan bambu. Dengan cepat Xiao mendekat untuk meminta pertolongan.

"Paman tolong istri saya, kakinya tergigit ular saat kami tersesat dihutan!". Kata Xiao dengan perasaan cemas.

"Mari.. bawa istrimu masuk Tuan Muda!".

Xiao membawa Hao Nan masuk kerumah salah satu warga.

"Bu.. Ada orang tergigit ular berbisa. Cepat bawa ramuan obat penetral racun dan beberapa daun untuk menutup luka!" Teriak pria paruh baya tadi.

Dari dalam keluar ibu paruh baya dengan pakaian sederhana keluar membawa semua yang diminta. "Pak..! Ini ramuan dan daun tumbuk yang Bapak minta". Ibu paruh baya tadi menaruhnya di meja.

"Tuan Muda! Racun ini sepertinya dari bisa ular cobra. Syukurlah Bapak masih menyimpan obat untuk penetral racun ular karena Bapak dulu sering masuk hutan untuk mencari Bambu". Pria paruh baya tadi membalut bekas gigitan dengan daun yang sudah di tumbuk. Dia mengambil botol berisi obat cair dan memberikannya pada Xiao.

"Tuan Muda, minumkan obat ini pada istrimu. Dalam 1kali 24 jam itu adalah masa kritik bagi istrimu, Jagalah dia baik-baik. Sebelumnya perkenalkan, Bapak Han Bai Long dan istri sàya Sha Shuang. Kami akan mencari beberapa tanaman untuk menyambung obat yang di pakai". Kata pria paruh baya tadi.

"Baik terima kasih sebelumnya paman Han dan Bibi Shu. Perkenalkan saya Xiao Hui dan ini istri saya Hao Nan, kami tersesat di hutan setelah mobil kami menabrak pegunungan disamping jalan, dan kami terperosok ke tepi jurang dan terjatuh ke sungai yang dalam. Maafkan kami karena merepotkan Paman dan Bibi". Kata Xiao dengan ramah.

'Maafkan aku karena telah mengatakan sedikit ketidak benaran pada kalian Paman, aku tidak bermaksud membohongi kalian. Aku hanya takut kalian salah sangka saat melihat kami yang bukan suami istri berada dihutan lebat seperti ini'.

"Nak tidak perlu sungkan.. Anggap rumah ini seperti rumahmu. Jagalah istrimu baik-baik selagi kami pergi". Kata ibu paruh baya tadi dengan senyuman.

Mereka pergi keluar dengan payung yang rapuh disaat hujan lebat. Xiao bergegas memberikan Hao Nan obatnya melalui mulut Xiao.

"Sadarlah Hao Nan.. Apa kamu tahu betapa khawatirnya aku karena keadaanmu saat ini?".

Xiao memeluk Hao Nan dan mencium keningnya