Setelah kemarin menghabiskan waktu bersama Taniguchi-san, aku akan menghabiskan watu di hari Minggu ini bersamanya lagi di kamar apartemenku.
Hari ini, dia akan mengajariku memasak sesuatu yang mudah dan enak. Aku sangat menantikannya.
Karena ini pertama kalinya ada orang lain yang akan masuk ke kamar ini, maka kugunakan waktu yang ada untuk membersihkan ruangan ini. Padahal kemarin, aku baru saja membersihkan ruangan ini, tapi aku harus melakukannya lagi karena hari ini merupakan hari yang spesial.
Setelah membersihkan ruangan, termasuk bagian dapur dan kamar mandi, aku menyiapkan segala peralatan yang akan kami gunakan untuk memasak nanti.
Waktu terus berlalu. Detik menjadi menit dan menit menjadi jam.
Saat waktu terus mendekati pukul 11, rasanya perasaanku menjadi gugup.
Tentu saja aku gugup karena hari ini ada seorang gadis yang datang ke kamar ini untuk pertama kalinya.
Setelah selesai membersihkan dan menyiapkan peralatannya, aku membersihkan tanganku di wastafel yang ada di dapur. Tiba-tiba, pintu kamarku diketuk. Pasti itu Taniguchi-san.
Setelah mengelap tangan, aku membuka pintu kamar.
"Selamat siang, Amamiya-kun," sapa Taniguchi-san saat dia melihatku membukakan pintu.
"Selamat siang, Taniguchi-san."
Aku melihatnya berdiri di depan pintu sambil memegang plastik yang berisi bahan makanan seperti yang dikatakannya kemarin. Dia memakai pakaian musim panas yang kemarin dibelinya. Baju berwarna merah muda dengan desain leher-V, lengan baju yang tidak panjang memperlihatkan lengannya yang putih, rok berenda berwarna putih setinggi lutut. Hari ini, dia terlihat cantik juga seperti kemarin.
"Ini, bahan makanan yang kemarin aku bilang," katanya mengangkat kedua tanannya untuk memperlihatkan kepadaku.
"Makasih. Maaf ya, ngerepotin." Aku pun mengambilnya.
"Nggak apa-apa, kok."
"Kalau begitu, silakan masuk."
"Um, ya. Permisi."
Taniguchi-san masuk ke dalam, lalu melepas sepatu yang dikenakannya. Aku siap untuk menutup pintu.
"Ama-"
"-Miya!"
"Whoa…"
Orang yang muncul saat aku hendak menutup pintu dan orang yang mengagetkanku ini adalah Nazuka-san dan Shimizu-san.
"Ngagetin saja," kataku sambil mengelus dadaku.
"Kami datang juga, lho."
"Kenapa kalian ada di sini?"
Saat aku bertanya kepada mereka berdua, Taniguchi-san yang berada di belakangku seperti sedang tertawa. Aku pun berbalik untuk melihat ke arahnya.
"Aku yang mengajak mereka, Amamiya-kun. Apa nggak boleh?"
"Tentu saja boleh, tapi setidaknya kasih tau, dong."
"Kami mau ngagetin kamu," kata Shimizu-san sambil tertawa kecil.
"Kita sukses melakukannya, Sumire."
"Hahaha, iya. Kamu lucu banget tadi waktu kaget, Amamiya-kun."
"Baiklah, baiklah. Silakan masuk, Nazuka-san, Shimizu-san."
"Permisi," kata mereka berdua.
Setelah mereka berdua masuk, aku melihat ke luar apakah ada orang lain dan sepertinya tidak ada. Lalu, aku menutup pintu kamar ini.
Mereka bertiga sekarang sedang berdiri di ruang tengah kamar ini sambil melihat ke seluruh sisi kamar.
"Heh… jadi seperti ini kamar anak laki-laki, ya."
"Maaf ya, Taniguchi-san. Kamarku nggak ada apa-apa. Silakan duduk di mana saja kalian suka."
"Ah, nggak apa-apa, kok."
"Kamarmu rapi, ya, Amamiya-kun. Apa kamu selalu membersihkannya?"
"Iya, Shimizu-san. Setiap minggu aku selalu membersihkan kamar ini."
"Begitu ya. Pantas saja."
"Silakan duduk di mana saja kalian suka."
"Oh iya, Amamiya-kun. Aku bawa minuman, nih," kata Nazuka-san sambil memberikan plastik berisi minuman kepadaku."
"Kalau aku bawa kue," kata Shimizu-san sambil memberikan sekotak kue kepadaku.
"Makasih, ya. Maaf ngerepotin kalian."
"Nggak masalah, kok. Ya, kan, Izumi?"
"Iya, benar."
"Kalau begitu, kalian duduk saja dulu. Biar aku bawakan minum."
"Um, ya."
Aku menuju dapur untuk meletakkan semua yang diberikan oleh mereka dan setelah itu memberikan minuman kepada mereka. Untung saja aku selalu menyediakan teh barley dingin yang bisa kuberikan kepada mereka.
Setelah menyediakan teh untuk mereka bertiga, aku kembali ke dapur.
Minuman dan kue yang diberikan Nazuka-san dan Shimizu-san langsung kumasukkan ke dalam kulkas.
Saat kulihat bahan makanan yang dibawa Taniguchi-san, terdapat banyak sekali bahan makanan. Bahkan ada daging dengan kualitas baik. Rasa daging ini pasti sangatlah enak. Sepertinya, dia sudah merencakan semuanya dengan sempurna karena semua bahan makanan ini bisa digunakan membuat makanan untuk porsi lebih dari empat orang.
Wajar saja. Dia merupakan manajer klub bola voli putri. Pasti sangat mudah merencakan hal seperti ini. Dan juga, kemarin, saat aku menemaninya berbelanja semuanya berjalan lancar dan tidak memakan waktu terlalu lama.
Di antara semua bahan makanan ini, ada satu bahan makanan yang menarik perhatianku. Kenapa ada coklat batang?
Taniguchi-san menghampiriku di dapur. Dia membawa celemek miliknya sendiri, tapi belum dipakai. Masih dipegang di tangannya.
"Kita akan masak apa hari ini, Taniguchi-san?"
"Kari."
"Kari, katamu?"
"Iya. Kamu nggak suka?"
"Kari itu makanan kesukaanku, lho."
"Beneran? Syukurlah kalau kamu suka. Kamu bisa membuatnya?"
"Bisa, sih. Tapi, rasanya selalu ada yang kurang. Nggak seenak yang pernah ibuku buat."
"Kalau begitu, hari ini, Aku akan ajarin kamu bagaimana membuat kari menjadi makanan yang super enak."
"Makasih, Taniguchi-san."
"Ayo kita mulai dengan memakai celemek."
"Tunggu sebentar. Aku lupa di mana kusimpan celemekku."
"Oke."
Saat Taniguchi-san sedang memakai celemeknya, aku berusaha mencari celemekku di lemari kecil di ruang tengah. Aku tidak pernah memasak saat memakai celemek.
Setelah memeriksa lemari kecil itu, akhirnya aku menemukannya.
Aku pun kembali ke dapur.
"Dapat celemeknya?"
"Ada, nih," kataku sambil memakai celemek ini.
"Amamiya-kun, bisa tolong ikatkan bagian pinggang celemekku ini?"
"Ah, bisa."
"Tolong, ya."
Aku mendekati Taniguchi-san dan berdiri di belakangnya. Kuikat kain yang berada di bagian pinggang celemek ini seperti yang dikatakannya.
"Sudah, nih."
"Makasih." Taniguchi-san mengatakannya sambil tersenyum.
"Sama-sama. Oh iya, Taniguchi-san. Kenapa ada coklat batang? Bukannya kita mau buat kari?"
"Fufu… kita akan pakai coklat itu ke dalam kari."
"Eh? Serius?"
"Iya. Dalam masakan kari, ada beberapa bahan rahasia yang bisa ditambahkan untuk membuat kari semakin enak. Salah satunya dengan menambahkan coklat."
"Aku baru tau. Apa ada bahan lain selain coklat?"
"Ada, seperti apel, madu, kopi instan, yoghurt, saus steak,juga red wine."
"Taniguchi-san hebat."
"Makasih, Amamiya-kun. Baiklah, ayo kita siapkan semua bahan-bahannya. Bawang, kentang, dan wortel dikupas dan dibersihkan. Terus, dipotong-potong. Aku urus yang lainnya."
"Siap, Chef Taniguchi."
"Kenapa manggil aku dengan sebutan 'chef'?"
"Haha, soalnya waktu itu kamu manggil aku 'pelatih.' Jadi, ini balasannya." Aku tertawa kecil.
"Benar juga, ya. Haha." Taniguchi-san pun ikut tertawa.
Baiklah. Sekarang saatnya untuk memasak.