Acara pembukaan semester dan penyambutan murid baru diawali dengan seorang guru yang berperan sebagai pembawa acara ini mengatakan selamat datang di Keiyou Gakuen Koukou. Kemudian, dilanjutkan dengan pidato dari Pak Kepala Sekolah dan pidato dari ketua OSIS. Oh, ketua OSIS-nya murid perempuan dari kelas tiga. Setelah semua rangkaian acara selesai, semua siswa kembali ke kelas masing-masing dan aku harus kembali menuju Ruang Staf Pengajaran. Saat aku akan pergi, Fuyukawa-san berkata, "Sampai jumpa di kelas." Aku hanya mengangguk.
Setiba di Ruang Staf Pengajaran, aku menemui Hiratsuka-senseikarena akan diperkenalkan ke kelas 2-D sebagai murid pindahan. Walaupun tidak sepenuhnya seperti itu. Aku berjalan menuju kelas 2-D bersamanya.
Hiratsuka-sensei masuk ke kelas 2-D sedangkan aku berdiri di luar kelas. Aku mendengar pembicaraan Hiratsuka-senseidengan Sakamoto-sensei, wali kelas 2-D. Sepertinya, kelas 2-D baru saja selesai melakukan pengenalan. Cepat juga, ya…
"Sakamoto-sensei, dia sudah datang."
"Oh iya, hari ini, kan? kalau begitu, silakan suruh dia masuk."
Hiratsuka-sensei keluar dari kelas dan menyuruhku untuk masuk. Lalu, Hiratsuka-sensei kembali ke Ruang Staf Pengajaran. Saat aku masuk dan berdiri di depan kelas, seketika suasana kelas berubah. Aku melihat wajah murid-murid di kelas ini yang kebingungan, seperti dibanjiri pertanyaan siapa murid itu. Kemudian Sakamoto-sensei berkata.
"Perhatian semuanya. Kita kedatangan murid pindahan. Silakan perkenalkan dirimu."
"Nama saya Amamiya Ryuki (雨宮琉希). Saya baru pindah ke Tokyo. Jika berkenan, tolong beri tahu saya banyak hal. Yoroshiku onegaishimasu." Aku membungkukkan badanku.
"Amamiya-kun, silakan duduk di sana." Sakamoto-senseimenunjukkan ke arah meja kosong yang terletak di paling belakang, tepat di samping jendela.
Saat berjalan ke itu, aku melihat seorang gadis yang kutemui tadi pagi di loker sepatu dan di Aula Sekolah. Dia adalah Fuyukawa Yukina-san. Fuyukawa-san ternyata duduk di sebelah kanan mejaku. Melihatnya tersenyum ke arahku, aku pun membalas dengan tersenyum ke arahnya. Aku duduk dan meletakkan tasku di gantungan tas yang ada di meja. Fuyukawa-san tiba-tiba memanggilku.
"Amamiya-kun, kalau ada yang ingin kamu tanyakan, tanya saja padaku." Fuyukawa-san mengatakannya dengan suara yang pelan.
"Terima kasih." Kujawab dengan senyuman di wajahku.
Senyumannya yang lembut membuatku lupa kalau Sakamoto-senseimasih berada di kelas ini. Senyumannya seperti bisa membuatku lupa keadaan di sekitarku. Dia pasti tipe gadis yang terkenal di sekolah ini. Kuyakin hal ini saat kulihat ke arah murid lainnya, ada tatapan menuju ke arahku.
Eh? Apa berbicara dengan Fuyukawa-san akan menarik perhatian murid-murid di sekitarmu?
Terlebih murid laki-laki. Tatapan mereka berbeda saat aku masuk tadi. Mereka menatapku dengan tajam seperti berkata "Oi murid pindahan, ngapain kau sok dekat-dekat dengan Fuyukawa-san?" Benar-benar tatapan yang berbahaya. Setelah itu, Sakamoto-senseimulai melanjutkan.
"Selanjutnya, kita akan memilih perwakilan kelas. Satu orang dari murid laki-laki dan satu orang dari murid perempuan. Apa ada yang bersedia menjadi perwakilan kelas untuk kelas ini?"
Suasana kelas saat ini menjadi gaduh. Murid kelas ini seperti sedang mengadakan diskusi besar terkait siapa yang akan menjadi perwakilan kelas. "Kamu saja yang jadi perwakilan kelas," ada yang menyuruh teman sebangkunya untuk mencalonkan diri, ada juga yang bergumam, "Apa aku saja yang menjadi perwakilan kelas?" menyebut dirinya sendiri untuk mencalonkan diri dengan nada malu-malu. Aku bisa mendengarnya secara jelas. Namun di antara itu semua, ada seorang gadis dengan tekad kuat dengan senyum di wajahnya mengangkat tangannya. "Saya, Sensei." Suara itu berasal dari Fuyukawa-san.Memang, untuk masalah siapa yang akan menjadi perwakilan kelas lebih baik diberikan kepada murid yang memiliki kepribadian seperti Fuyukawa-san. Aku langsung tahu kalau dia merupakan murid populer yang disukai oleh semua murid dan guru.
Semua murid melihat ke arahnya dengan raut wajah bahagia seperti melihat seorang bidadari. Tidak, mungkin seorang penyelamat.
Sakamoto-sensei hanya mengangguk dan kemudian bertanya, "Apa ada yang keberatan Fuyukawa-san menjadi perwakilan kelas dari murid perempuan?"
Semua murid menjawab dengan serentak, "Tidak, Sensei."
Sakamoto-senseikemudian menulis nama Fuyukawa-sandi papan tulis, menandakan kalau Fuyukawa-san akan menjadi perwakilan kelas dari murid perempuan. Selanjutnya, untuk perwakilan kelas dari murid laki-laki tidak ada yang mengangkat tangan. Eh, kenapa tidak ada seorang pun yang mencalonkan diri? Apa karena Fuyukawa-san sebagai rekannya membuat murid laki-laki menjadi ragu-ragu?
Mungkin, memang berat menjadi rekan dari murid populer. Seperti ada tekanan absolut-tekanan yang datang dari dalam dan luar. Oleh karena itu, orang yang tepat untuk menjadi rekan murid populer adalah seorang murid populer juga. Atau, bisa juga dari kenalannya murid populer tersebut. Namun untuk keadaan ini, siapa orang yang tepat untuk hal itu? Karena aku sebagai murid baru di sekolah ini, mustahil aku tahu siapa orang itu dan tentunya orang itu bukanlah diriku. Mungkin lebih baik jika Fuyukawa-san sendiri yang mengajukan nama perwakilan kelas dari murid laki-laki.
"Apa tidak ada yang mau mencalonkan diri dari murid laki-laki?" Sakamoto-senseibertanya kepada kami.
Tidak ada jawaban yang datang menghampiri pertanyaan Sakamoto-sensei.Keadaan kelas saat ini menjadi sunyi. Sakamoto-senseimasih berdiri dan menunggu di depan kelas. Keadaan kelas benar-benar hening.
Ayolah siapapun kamu, calonkan saja dirimu untuk menjabat sebagai perwakilan kelas. Dengan begitu, kamu bisa menjadi orang yang terkenal karena bisa bekerja sama dengan orang seperti Fuyukawa-san.
Kemudian terdengar suara yang memecah keheningan ini. Suara itu berasal dari mulut Fuyukawa-san.
"Sensei, bagaimana kalau saya pilih saja?" Fuyukawa-san berdiri.
"Tidak masalah kalau itu hal yang tepat."
"Kalau begitu, saya pilih Amamiya-kun." Fuyukawa-san mengatakannya dengan santai sambil melihat ke arahku.
"Haaa, aku?"
"Bisa beri alasannya, Fuyukawa-san?"
"Saya rasa, saya bisa bekerja sama dengan baik bersamanya. Terlebih juga, dia pasti bisa membantu dan menolong saya nanti."
Tunggu sebentar. Kenapa Fuyukawa-san bisa dengan mudahnya percaya kalau aku bisa membantu dan menolongnya nanti? Bahkan kami baru saja bertemu tadi pagi. Seharusnya dia tidak boleh mempercayai langsung orang yang baru ditemui.
"Begitu, ya… Bagaimana dengan kalian semua? Setuju dengan Fuyukawa-san?"
"Kalau itu yang dikatakan Fuyukawa-san, mau bagaimana lagi." Terdengar suara dari murid di depanku.
"Iya, mau bagaimana lagi." Murid lainnya mengatakan hal yang sama.
"Kalau begitu, sudah diputuskan kalau Amamiya-kun akan menjadi perwakilan kelas dari murid laki-laki." Sakamoto-senseimenulis namaku di papan tulis, di samping nama Fuyukawa-san.
Tunggu sebentar.
Kenapa jadi seperti ini? Aku harus bicara sekarang.
"Sensei, bukannya tugas ini lebih baik diberikan kepada orang lain? Maksud saya, saya murid baru di sini, jadi mustahil kalau saya yang menjadi…"
"Tidak apa-apa Amamiya-kun, aku akan memberitahumu banyak hal nantinya." Fuyukawa-san memotong perkataanku.
"Ya, seperti yang dikatakannya, Amamiya-kun." Sakamoto-senseimenjawabnya seakan menyutujui semuanya.
"Amamiya-kun dan Fuyukawa-san, silakan maju ke depan kelas." Sakamoto-sensei menyuruh kami maju ke depan kelas.
Aku dan Fuyukawa-san berdiri dari tempat duduk kami dan menuju ke depan kelas.
Kenapa ini bisa terjadi?
Apa Dewa Takdir telah merencanakan hal ini untuk terjadi dalam hidupku?
Sakamoto-senseimengeluarkan dua pin bewarna silver yang berbentuk persegi panjang dari saku jasnya dan memberikannya kepada diriku dan Fuyukawa-san. Aku tidak tahu apa maksud dari silver pin ini. Jadi, aku memasukkannya ke saku sebelah kanan blazerku.
"Semuanya, beri tepuk tangan untuk perwakilan kelas 2-D, Amamiya-kun dan Fuyukawa-san."
"Yoroshiku onegaishimasu." Aku dan Fuyukawa-sanmembungkuk dan diiringi dengan suara tepuk tangan.
"Silakan kembali ke tempat duduk kalian."
"Baik, Sensei." Kami pun kembali ke tempat duduk kami.
"Karena perwakilan kelas sudah kita tentukan, selanjutnya untuk jadwal pelajaran dan jadwal piket kelas akan Sensei berikan nanti. Sensei keluar dulu karena ada rapat dengan guru-guru yang lain. Jadi, untuk saat ini kita cukupkan untuk di sini. Silakan nikmati jam bebas kalian sampai istirahat makan siang."
"Ya, Sensei." Jawab kami para murid.
Sakamoto-senseipergi meninggalkan kelas. Namun ada tanda tanya yang muncul di kepalaku tentang silver pin yang diberikan oleh Sakamoto-sensei tadi. Apa itu silver pin? Apa benda itu sebagai tanda perwakilan kelas? Karena Fuyukawa-san tadi berkata akan memberitahukanku banyak hal, jadi kuputuskan untuk bertanya kepadanya.
"Fuyukawa-san, silver pin ini untuk apa?" Aku mengeluarkan silver pin itu dari saku blazerku.
"Pin itu sebagai tanda perwakilan kelas. Pakai silver pin itu di dasimu."
"Seperti ini?" Aku jepitkan silver pin ini di dasiku.
"Iya. Lihat seperti punyaku." Fuyukawa-san memperlihatkanku silver pinnya yang sudah dijepitkan di dasinya.
"Wow. Fuyukawa-san, kamu jadi terlihat keren."
"Ma, makasih." Fuyukawa-san mengalihkan pandangannya dariku.
Hm? Kenapa Fuyukawa-san terlihat seperti malu-malu? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?