Tidak terasa kalau sekarang sudah memasuki waktu isitirahat siang. Karena novel ini belum selesai kubaca, jadi aku berniat untuk meminjamnya. Aku berdiri dari tempat dudukku, lalu menuju konter pustakawan. Gadis anggota pustakawan tadi masih berada di sana dan masih membaca buku.
"Permisi, aku ingin meminjam buku ini." Aku menghampiri mejanya.
Dia memindahkan penanda buku lalu menutup buku yang dibacanya.
"Silakan tulis nama dan kelasmu di sini." Dia memberiku buku daftar peminjaman.
"Baiklah." Aku menulis seperti yang dikatakannya, lalu mengembalikannya.
"Etto, Amamiya Ryuki-kun, kelas 2-D. Apa kamu murid pindahan?"
"…Ah, iya, benar." Sepertinya berita tentang adanya murid pindahan sudah menyebar.
"Mm… Waktu untuk meminjam satu buku adalah satu minggu. Jadi, tolong kembalikan bukunya di hari Senin selanjutnya. Jika ingin memperpanjang masa pinjamannya, silakan konfirmasi dengan petugas perpustakaan di hari Senin nanti. Apa ada hal yang ingin ditanyakan?" Dia menjelaskannya kepadaku karena aku murid baru di sini.
"Tidak ada."
Sesaat kemudian, seorang guru masuk ke perpustakaan.
"Otsukaresama Namikawa-san. Sudah saatnya istirahat makan siang."
"Ya, Sensei."
Jadi, namanya Namikawa-san. Gadis yang bernama Namikawa-san ini menaruh buku daftar peminjaman kembali ke tempatnya.
"Silakan ambil bukunya. Selamat membaca."
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Aku ambil novel tersebut dan segera meninggalkan perpustakaan. Saatnya kembali ke kelas.
Setiba di kelas, aku melihat Fuyukawa-san sedang duduk di tempatnya sambil melihat ke arah luar jendela. Aku menuju tempatku dan memasukkan novel ke dalam laci meja. Lalu, melihat ke arah luar jendela mengikuti Fuyukawa-san. Ternyata masih hujan walaupun tidak sederas tadi. Kulihat ke arah Fuyukawa-san. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Bahkan dia tidak menyadari kehadiranku.
Aah, aku lapar.
Membaca novel tadi membuatku membutuhkan tambahan energi. Aku butuh makanan. Karena sekarang waktu istirahat makan siang, pasti banyak murid di kantin sekolah. Terlebih, aku belum pernah ke kantin walaupun tahu letaknya.
Kantin terletak di Gedung Utama lantai satu. Aku ingin pergi ke kantin sekarang karena lapar. Kira-kira makanan apa saja yang tersedia di sana, aku penasaran. Aku berdiri dari kursiku dan menimbulkan suara akibat gesekan kursi dan lantai. Hal itu membuat Fuyukawa-santerkejut dan melihat ke arahku.
"Lho, Amamiya-kun, kamu ada di sini?"
"Ya, baru saja balik dari perpustakaan." Sudah kuduga dia tidak sadar saat aku kembali tadi.
"Oh begitu... Ah, ngomong-ngomong, sudah ke kantin sekolah?"
"Belum."
"Kalau begitu, yuk pergi bareng!"
"Yuk. Kebetulan aku juga berencana ke kantin sekarang."
"Ayo!"
Aku dan Fuyukawa-san meninggalkan kelas, menuju kantin. Aku berjalan di samping Fuyukawa-san dan melihat dirinya tersenyum-senyum sendiri. Senyumannya yang lembut itu membuatku ikut tersenyum saat mata kami bertemu.
Saat kami berjalan menuju kantin, aku merasa seperti diperhatikan oleh murid-murid lain. Ah, sudah kuduga. Berjalan bersama Fuyukawa-san membuatku mendapatkan perhatian, baik itu murid perempuan atau pun laki-laki. Tidak lama kemudian kami tiba di kantin.
Sugoi…Kantin sekolah ini sangat luas. Banyak murid yang sedang mengantre untuk membeli makan siang dan juga sedang duduk menyantap makanannya. Aku berjalan mengikuti Fuyukawa-san menuju antrean dan berdiri di belakangnya. Saat berada di antrean, dia mulai membuka pembicaraan.
"Amamiya-kun, kamu pesan apa?"
"Hm, apa ya..."
Selagi ditanyakan pertanyaan itu, aku melihat menu-menu makanan yang ada di kantin ini. Ada banyak sekali menu makanan seperti, ramen, soba, udon, nasi kari, nasi barbecue, dan sebagainya. Karena cuaca sekarang hujan dan juga sejuk, maka aku akan memilih itu.
"Aku pesan ramen. Kalau Fuyukawa-san?"
"Aku ramen juga." Fuyukawa-san menjawab sambil tersenyum
Ramen memang cocok dimakan kapan saja, tetapi makan ramen di cuaca seperti ini adalah yang terbaik.
Tidak lama kemudian, tiba giliran kami memesan makanan.
Pelayan kantin kemudian menanyakan menu makanan yang akan kami pesan.
"Aku pesan ramen dan ocha."
"Aku juga."
"Kami memiliki silver pin."
"Oh, kalian mempunyainya ya?" Pelayan kantin menanyakannya.
"Iya, kami pakai di dasi." Fuyukawa-san memperlihatkan silver pin di dasinya.
"Ah, ini." Aku melakukan hal yang sama. Aku bertanya, "Fuyukawa-san, memangnya kenapa kalau punya silver pin?"
"Kita bisa makan secara gratis di kantin saat makan siang. Hanya orang yang memilik silver pin aja, seperti perwakilan kelas dan anggota OSIS."
"Beneran?" Aku terkejut.
"Iya, beneran."
Sekali lagi aku dibuat kagum oleh sekolah ini, Keiyou Gakuen Koukou.
Setelah menunggu sebentar, pelayan kantin membawakan dua nampan yang berisi pesanan kami. Aku dan Fuyukawa-sanmengambil nampan kami masing-masing, lalu pergi mencari tempat kosong untuk makan. Aku melihat ke sekitar kantin apakah ada meja makan kosong. Kulihat ada satu meja kosong.
"Fuyukawa-san, di sana ada meja kosong."
"Oh iya. Yuk kita makan di sana."
Kami pergi ke meja tersebut. Posisi dudukku menghadap ke arah Fuyukawa-san. Ini pertama kalinya aku berhadapan langsung dengannya dengan jarak yang dekat. Kalau dilihat sekali lagi dengan saksama, dia memang gadis yang cantik. Kardigan berwarna merah muda dipadu dengan blazer sekolah yang berwarna hitam terlihat cocok dengan kulit putihnya.
Lupakan itu. Sekarang saatnya makan. Kurapatkan kedua tanganku untuk berdoa. "Itadakimasu." Aku mengatakannya serentak dengan Fuyukawa-san.
Ramen ini sangat enak. Kuahnya ringan tetapi mengandung rasa umami yang kuat dan mienya padat dan kenyal. Topingnya berupa telur dan irisan daging ayam yang enak. Tanpa sadar, aku sudah memakan semua mienya dan sudah meminum semua kuahnya. Setelah makan, aku meminum ocha dan kuakhiri dengan mengangkat tangan seperti tadi sambil berkata "Gochisousama deshita."
Aku melihat ke arah Fuyukawa-san. Dia masih memakan ramennya. Karena aku sudah selesai makan, aku hanya duduk dan diam sambil melihat ke arah kiri dan kanan. Sepertinya murid-murid yang sedang makan di sini melihat ke arahku. Tidak, mungkin lebih tepatnya melihat ke arah Fuyukawa-san. Bahkan di kantin pun mereka melihat ke arahnya. Fuyukawa-san pasti benar-benar murid populer di sekolah ini.
Tidak lama kemudian, Fuyukawa-san selesai memakan makanannya. Dia mengatakan "Gochisousama deshita." Setelah itu dia mencoba membuka pembicaraan kecil denganku.
"Bagaimana menurutmu ramennya, Amamiya-kun?"
"Ramennya enak. Aku sangat suka, terutama kuahnya yang ringan tetapi rasa umaminya sangat kuat."
"Wah, kamu sangat detail ya." Fuyukawa-san menjawabnya sambil tertawa.
"Tidak juga…" Aku menjawabnya dengan singkat sambil meminum ocha yang masih tersisa sampai habis.
"Hahaha."
Tawanya yang manis itu membuat tatapan semua murid yang sedang makan di sini tertuju kepadanya. Mungkin, Fuyukawa-san tidak menyadari dan merasakannya, karena sifatnya yang periang itu. Namun bagiku, aku bisa merasakan tatapan-tatapan itu. Bahkan aku bisa mengetahui kalau ada tatapan menusuk yang diarahkan kepadaku.
Aku merasakan hal yang tidak enak jika terus berada di sini berdua dengan Fuyukawa-san. Jadi, kuputuskan untuk kembali ke kelas. Aku berdiri dan mengambil nampan tersebut untuk kuberikan kepada petugas kantin.
"Fuyukawa-san, aku kembali ke kelas duluan ya."
"Aku juga ikut."
Kami berdua membawa nampan kami ke pelayan kantin. Lalu, meninggalkan kantin dan kembali ke kelas. Seperti tadi, murid-murid melihat ke arah kami. Mungkin suatu pemandangan langka di mana mereka melihat Fuyukawa-san yang terkenal itu makan dan jalan bersamaku.
Waktu istirahat makan siang yang masih ada beberapa menit membuatku berpikir jika waktu yang kosong ini bisa kugunakan untuk apa. Tiba-tiba, Fuyukawa-san bertanya kepadaku.
"Amamiya-kun, apa kamu akan masuk klub?"
"Klub, ya? Aku belum memikirkannya. Fuyukawa-san sendiri, masuk klub apa?"
"Aku masuk Klub Bola Basket Putri."
"Ah, begitu ya."
Jadi, Fuyukawa-san anggota Klub Bola Basket. Dari yang kulihat, orang sepertinya memang cocok di klub seperti itu.
"Kamu terkejut, Amamiya-kun?"
"Tidak juga. Justru aku kira kamu di Klub Bola Voli."
"Eh, kenapa?"
"Hmm, ya, dari yang kulihat, kamu punya tinggi badan di atas rata-rata murid perempuan lainnya dan juga postur tubuhmu yang bagus dan atletis."
"…Ah, begitu ya?"
"Iya, begitu..."
Fuyukawa-san mulai memalingkan pandangannya dari arahku ke arah mejanya dan menghadap ke bawah. Aku tidak bisa melihat ekspresinya saat ini, tetapi aku bisa melihat telinganya yang mulai memerah. Eh, kenapa? Apakah aku mengatakan sesuatu yang membuatnya tersipu?
Saat ini, kami hanya diam. Aku melihat Fuyukawa-san yang masih menghadap ke bawah. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Apakah dia saat ini menungguku untuk melanjutkan pembicaraan atau dia ingin menghentikan pembicaraan ini. Aku kebingungan melihat tingkahnya yang seperti itu. Sepertinya, menghentikan pembicaraan ini merupakan pilihan yang bagus.
Aku tidak lagi melihat ke arahnya. Kini, aku melihat ke arah luar jendela. Hujan yang dari tadi turun, sekarang sudah reda. Mulai terlihat matahari yang muncul di balik awan. Aku mengambil ponsel yang ada di saku celanaku dan mulai melihat aplikasi cuaca. Cuaca hari ini memang memiliki persentase hujan yang tinggi. Saat pukul empat sore, hujan diperkirakan akan kembali turun. Setelah melihat-lihat perkiraan cuaca untuk hari ini, kuletakkan ponselku di atas meja sambil terus melihat ke arah luar.
Suasana sejuk musim semi ini membuatku ngantuk dan secara refleks aku menyiapkan posisi tidur di meja. Kuletakkan kedua tanganku di atas meja dan kujatuhkan kepalaku di atasnya. Aku tidak benar-benar tidur. Hanya mengistirahatkan badanku. Sesekali kuubah posisiku untuk melihat ke arah Fuyukawa-san dan ke arah sekitar kelas. Murid-murid kelas ini sudah mulai kembali ke kelas dan mereka memulai pembicaraan. Suasana kelas mulai ramai.
Bel berbunyi, tanda waktu istirahat makan siang telah berakhir.
Aku terbangun karena suara bel itu. Ternyata aku tertidur. Kulihat jam di ponselku, sekarang sudah pukul dua siang. Aku membetulkan posisi badanku dan melihat ke arah depan dan kanan. Terlihat murid kelas 2-D mulai memasuki kelas dan yang terakhir memasuki kelas adalah Sakamoto-sensei, wali kelas 2-D.
Sakamoto-sensei menyuruh semua murid untuk duduk di kursi masing-masing dan kemudian Sensei mulai memberitahu kami hal yang akan disampaikannya.
Dua hal yang disampaikan Sakamoto-sensei adalah jadwal pelajaran dari hari senin sampai dengan jumat dan jadwal piket kelas. Jadwal piketku di hari Kamis. Setelah itu Sakamoto-Sensei memberikan pengarahan kepada kami, lalu kami dibolehkan pulang.
Setelah Sakamoto-sensei meninggalkan kelas, murid-murid kelas 2-D bersiap untuk pulang dan mungkin melakukan kegiatan klub. Aku mengambil buku yang kupinjam dari perpustakaan tadi di laci meja dan memasukkannya ke dalam tas. Kulihat Fuyukawa-san sedang berbicara dengan temannya. Mungkin dia ada kegiatan klub.
Aku langsung meninggalkan kelas menuju loker sepatu. Mengganti uwabakidengan sepatu dan pergi meninggalkan sekolah.
Menyeberang di perempatan jalan dan terus melangkah menyusuri jalan ini yang membawaku menuju sungai. Kuperlambat langkahku untuk melihat pemandangan di sekitar sungai ini. Terdapat pohon sakura dengan bunganya yang sedang bermekaran menghiasi sungai dan kota ini dengan warna merah mudanya. Sesuatu yang menyejukkan mata.
Setelah puas melihat-lihat, kupercepat langkahku menuju apartemenku yang letaknya tidak terlalu jauh dari sungai ini.