Chapter 5 - Bab 04

Matanya menatap kosong tiga ekor burung nasar yang tengah terbang di langit biru yang sudah siap menyantapnya. Gelapnya keputusasaan telah menelan dirinya dalam-dalam sampai membuatnya tak mempunyai semangat tuk hidup.

Sudah 2 minggu sejak dirinya jatuh ke sebuah sumur kering di tengah padang pasir akibat kawanan monster hyena mengepung dan menyerangnya dan sampai akhirnya ia terjatuh ke dalam sumur.

Itu adalah batas kemampuan manusia tidak menerima asupan makanan maupun minuman ke dalam tubuhnya.

Kematian sudah terlihat jelas di hadapannya. Panasnya sahara dan rasa akan lapar dan haus menyebabkan dirinya berfatamorgana melihat danau di tengah hutan layaknya surga.

Disisi lain ia melihat seorang memakai pakaian serba hitam membawa sabit kematian di hadapannya yang mereka panggil dewa atau malaikat kematian telah siap mencabut nyawanya hanya tinggal menunggu perintah dari sang maha kuasa pencipta kehidupan sekaligus kematian.

Dirinya tersenyum atas apa yang dideritanya, hampir kehilangan salah satu tangannya bahkan hampir mati dimakan kawanan hiena dan akhirnya jatuh ke dalam sumur kelaparan dan kematian telah di depannya.

Di tengah panasnya gurun dua orang pria tua sedang berpergian menunggangi seekor kuda hitam dan yang satunya menunggangi seekor unta. Tampaknya mereka akan pergi menuju ke sebuah negeri yang jaraknya cukup jauh dari negeri mereka, sehingga mereka membawa peralatan berkemah, kantung air berukuran besar yang terbuat dari kulit dan beberapa makanan seperti roti.

Di tengah perjalanan secara tidak sengaja menemukan sebuah sumur yang kebetulan saat itu persediaan air mereka tidak lagi banyak. Mereka berniat mengambil air dari sumur yang mereka temukan.

Namun saat salah seorang dari mereka mengambil air, dia menemukan seorang lelaki yang tubuhnya sudah sangat kurus.

"Apa kau masih hidup?" terdengar di telinganya suara samar seorang pria tua yang tampaknya berada di atas sana.

"..." mulutnya terbuka namun tak mengeluarkan suara.

Pria tua segera itu menurunkan tali yang tadinya hendak digunakan untuk mengambil air dari dalam sumur. Pria tua itu segera memanggil temannya dengan cepat temannya turun dari untanya menjawab panggilan pria tua.

Kemudian ia menyuruh temannya turun ke dalam sumur. Teman si pria tua tidak mengerti akan maksud dari perkataan si pria tua dan bertanya

"Untuk apa? Bukankah kau dapat mengambilnya tanpa harus masuk ke dalam sumur?".

Si pria tua langsung menjelaskan keadaannya pada temannya, awalnya temannya tidak percaya pada penjelasan pria tua tentang seorang pria sekarat di dalam sumur yang tidak lain Ryuuki, tapi setelah ia mengeceknya ia segera terkejut dan langsung memegang tali dan turun ke dalam menyelamatkan pria yang ada di dalam sumur.

Mereka mengangkatnya ke atas lalu memberinya makan dan minum dan juga sebuah potion yang setelah meminumnya tubuhnya kembali seperti semula seolah kejadian dua minggu lalu tak pernah terjadi namun tubuhnya masih lemah. Kemudian membawanya bersama mereka ke tempat tujuan mereka. Malam harinya mereka mendirikan kemah dan bergantian menjaga, mereka berdua sangat baik menutupi tubuhnya dengan kain yang dijadikan selimut yang melindungi dirinya dari dinginnya udara gurun yang sangat dingin. Ini terjadi karena pasir tidak dapat menahan panas dengan baik menyebabkan siang harinya sangat panas sedangkan malamnya sangat dingin.

Fajar mulai menyingsing mereka membangunkan pria malang itu, memberinya sarapan lalu memulai perjalanan mereka.

Siang harinya pada saat matahari berada tepat di atas tidak condong ke barat maupun timur sehingga bayangan tidak memanjang.

Di tengah perjalanan dirinya kembali tak sadarkan diri, namun begitu ia masih merasakan guncangan yang diakibatkan hewan tunggangan.

Ia sangat terkejut menemukan dirinya berada di dalam tempat gelap dan lembab saat terbangun. Dirinya mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang dua orang pria tua yang menyelamatkannya dari sumur kematian dan dimana dirinya berada sekarang.

Karena terkejut dan panik ia tidak menyadari bahwa ada orang lain selain dirinya yang keadaan hampir sama seperti dirinya, yang keseluruhannya orang berkulit hitam. Dirinya mulai bertanya-tanya pada orang lain. Mereka duduk meringkuk meratapi nasib mereka. Mereka hanya menjawab samar.

Ia kembali bertanya pada orang-orang yang berada dan mendapat jawaban samar. Akhirnya ia mengerti dan putus asa, orang yang dikiranya telah menolongnya ternyata berniat menjualnya.

Sekali dalam sehari saat siang hari mereka diberi sepotong roti dan minum gelas kecil sekali yang pasti tidak cukup memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan jika mereka melawan mereka akan dicambuk oleh penjaga.

Di hari ke tujuh seorang pria berumur 36 berjenggot tebal dan sedikit panjang dan berpakaian rapih, tampaknya ia seorang saudagar kaya atau seorang bangsawan, ia juga dijaga oleh beberapa orang berzirah dan bersenjata. Ia berdiri sambil memandang ke dalam kandang.

Lalu seorang pria yang terlihat berumur sekitar 35 tahun berkumis tebal, tampaknya ia adalah seorang penjual budak. Ia mulai berbicara.

"Paduka, hari ini anda benar-benar beruntung. Saya memiliki seorang budak berkulit putih dan tampan, apa anda tertarik?" Katanya, lalu sembari tersenyum aneh membisikkan sesuatu pada pria yang di depannya itu.

"Aku akan melihat-lihat dulu".

"Baik" Ia memberi isyarat pada dua orang yang menjaga kandang para budak lalu dengan segera mereka membuka pintu jeruji besi yang mengurung para budak lalu mengeluarkan mereka secara paksa. Tapi karena tangan dan kaki mereka dirantai menyebabkan mereka sulit untuk berjalan.

Tanpa diperintah para budak telah berbaris depan calon majikan mereka.

"Bagaimana anda tertarik, Paduka? Aku akan menghargainya hanya 45 koin emas".

"Aku akan membelinya, tolong siapkan".

"Baik, paduka. Akan saya mulai ritualnya" ia mengambil sebuah botol dari saku bajunya lalu meneteskannya pada wadah sebesar tutup botol minuman dan meminta pelanggannya meneteskan darahnya ke dalamnya lalu menggambar pola pada dada Ryuuki. Sesaat setelah selesai Ryuuki merasakan sakit dan panas yang luar biasa dan sedikit demi sedikit menghilang.

Kemudian ia dimasukkan ke dalam kereta dalam keadaan tangan dan kakinya dirantai. Sekarang dirinya tak lagi bebas, ia sudah tak memiliki apapun, semua miliknya telah hilang bahkan tubuhnya bukan lagi miliknya.

Semua miliknya telah menjadi milik majikan barunya.

Saat kereta berhenti ia dibawa keluar, lalu melihat sekitar dengan kosong, pemandangan bangun kokoh nan indah dan beberapa pohon khas gurun yakni pohon kurma dan pohon yang dapat tumbuh di mana pun, pohon kelapa.

Kemudian ia dipertemukan dengan seorang gadis cantik berambut biru langit panjang sepinggang, mata besar berwarna sama seperti rambutnya dan mengenakan gaun putih. Sesaat ia terpesona melihat gadis itu, tapi ia membuang perasaan itu dan mulai menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dan di sampingnya sang gadis seorang wanita yang tersenyum simpul, berambut hitam berkilau yang disanggul dan gaun bergaya bangsawan eropa abad pertengahan, tampaknya ia adalah ibu dari sang gadis.

"Halo, aku Aibell" sapa sang gadis pada Ryuuki sembari tersenyum.

"...".

"Tak apa tak usah malu-malu".

"Ryuuki. Hikari".

"Namamu sedikit aneh...".

"Mulai hari ini dia akan menjadi pelayan keluarga kita".

"Xylis, tolong bersihkan dan beri pakaian dan makanan anak ini" pria yang membelinya memerintah seorang maid yang berada di belakang yang kebetulan sedang melintas.

"Baik, Paduka" jawabnya.