21+ Alert
Setelah dibersihkannya diriku aku diantar ke sebuah ruangan. Sebuah ruangan yang cukup besar dengan sebuah kasur besar bertirai di tengah ujung ruangan. Aku dipinta duduk di atas kasur yang empuk yang tak kurasakan lama, sprei putih dari sutra yang halus, ruangan wangi.
Setelahnya aku diberikan sebuah pakaian putih terusan selutut dan makanan lezat terdiri dari daging panggang, roti, sup, serta beberapa kue sebagai penutup.
Tanpa merasa heran aku menikmati semua pemberian dan pelayan yang diberikan pada seseorang seperti ku membuatku merasa senang dan tenang bahwa kesialan ku telah berakhir.
…
Di malam hari, dalam kamar yang gelap dan kasur empuk nan halus aku tertidur lelap aku merasa seseorang memelukku dari belakang yang semakin lama membuatku tak nyaman dan terbangun.
Saat kubuka mataku, aku begitu terkejut mendapati pria Arab brewok yang tadi siang dipanggil paduka memelukku. Aku secara refleks menjauh dengan penuh ketakutan.
"A-apa y-yang kau lakukan?" Tanyaku tergagap. Akan tetapi hanya ditanggapi dengan, "oh, kau bangun" katanya dengan santai seolah ini adalah hal yang biasa.
"Jawab aku!" Kataku meninggikan suara.
"Tenanglah, aku tak melakukan apa-apa" jawabnya. "Kemarilah" pintanya dengan suara lembut, sementara tangannya menepuk-nepuk kasur menyuruhku duduk.
Meski begitu, aku tak bisa tenang sekujur tubuhku terus-menerus bergetar dan seluruh perhatianku tertuju padanya (waspada). Sementara aku perlahan mundur menjauhinya, dia terus mendekati perlahan. Aku terus mundur hingga menabrak tembok dan dia sudah di hadapanku, sangat dekat.
"Jangan gigit" ucapnya sebelum merangkul dan menciumku dengan paksa. Seketika rasanya sulit tuk bernafas seolah nafasku ditarik olehnya. Lidahnya yang dengan liar bermain menjilati lidahku yang geli membuatku ingin muntah. Saliva kami membasahi membasahi mulut serta daguku bahkan hingga menetes ke lantai karena__.
Aku merasa sangat ketakutan dan tubuh lemas tak berdaya. Aku ingin lari namun tubuhku seperti bukan milikku lagi, aku hanya bisa menggeliat dan mendorongnya tanpa tenaga.
Setelah beberapa menit menciumku akhirnya ia melepaskanku dan kakiku tak lagi kuasa menahan tubuhku dan jatuh bersimpuh layaknya perempuan. Sementara itu ia melepas piyamanya menampakkan benda besar dan tegak menghadap tepat ke wajahku. Mataku terbelalak, takut, dan menangis sembari berharap ini hanya mimpi buruk.
"Gak, gak, gak" racauku sambil menggeleng menolak kenyataan.
Kemudian ia mengangkat tubuhku ke kasur dan mulai melucuti pakaianku membuatku telanjang sama seperti dirinya. Lalu ia mengambil sebuah botol dan mengolesi bagian belakangku dengan cairan licin dan sedikit lengket seperti lendir dan sesekali memasukkan jarinya. Setiap kali dia melakukan itu rasanya amat sakit bahkan lebih sakit dibanding ditusuk dengan pedang hingga menembus tubuh beberapa kali.
Dia juga mengolesi kepada miliknya dan lalu perlahan memasukkan kedalam ku.
Aku berteriak sangat keras, terkeras sepanjang hidupku. Tiap detiknya adalah lebih buruk dari neraka yang paling buruk.
AKU INGIN MATI!
BUNUH AKU!
BUNUH AKU!
BUNUH AKU!
AKU INGIN MATI!
AKU INGIN MATI!
BIARKAN AKU MATI
KU MOHON BUNUH AKU
AHHHHHHH!!!...
TUHAN DEWA DEWI MALAIKAT SETAN IBLIS...
SIAPA SAJA KU MOHON BUNUH AKU!!!
KU MOHOOON!!!
BIARKAN AKU MATI
AKU TAK MASALAH ENGKAU ATAUPUN KALIAN MEMASUKKAN KU DALAM NERAKA TERBURUK...
TOLONG BUNUH AKU!!!...
Sementara ia terlihat begitu menikmatinya, wajahnya seperti anjing gila nan menijikan.
Semakin cepat–dan terus bertambah cepat, hingga rasanya bagian belakangku akan sobek.
Aku sudah tak memberi perlawanan sedikitpun, seluruh tubuhku telah lumpuh dan pikiran serta jiwaku kosong seolah hilang ditelan dan mati.
Aku tak dapat melihat apapun kecuali sosok terkejam, terhina, dan terburuk
Aku hanya berteriak dan mendesah keras seperti speaker rusak yang menyakitkan telinga, dan menangis seperti pipa yang bocor.
…
…
…
—