Happy reading.
****
"Awwww, sakittt Kekkk, pelan-pelan." Maria mengernyit menahan sakit.
"Tahan sebentar Maria." Kakek Sugiono berusaha menahan Maria agar tidak memberontak dan membuat dirinya semakin kesakitan.
"Ini sudah di tahan, dari tadi Kek." Air mata hampir jatuh di wajah cantik Maria karena rasa takut dan bersalah.
"Makanya pantatnya jangan gerak-gerak, biar gampang nancepnya." Sebelah tangan kakek Sugiono menahan pinggang Maria agar tetap diam. Seumur hidup baru kali ini dia melakukannya dan tidak menyangka bahwa akan sesulit ini ketika mempraktekkan apa yang biasa dia lihat dan dia anggap sepele.
"Aduhhh, salah tempat itu Kek." Maria mencengkram meja dan mengeryit ketika merasa tusukan yang salah tempat.
"Maaf- maaf habisnya licin. Kamu diam dongk, biar bisa pas ini nusuknya." Jika bukan karena penasaran Sugiono tidak akan melakukan ini.
"Kurang lancip mungkin Kek."
"Kalau lancip nanti kamu jerit-jerit lagi. Sudahlah, nungging lagi sana. Aku pakai yang tumpul saja. Tahan sebentar ya, jangan banyak bergerak. Nanti susah masuknya." Kali ini Sugiono berkonsentrasi dan tidak mau salah nusuk lagi. Gerakan terakhir harus pas dan mantap agar Maria tidak lagi kesakitan.
Akhirnya Maria hanya bisa menungging pasrah saat kakek Sugiono menusukkan beberapa jarum pentul agar ekor palsu yang di pasang di bagian belakang tubuhnya tidak lagi melorot.
"Nahhh, kalau anteng dari tadi kan cepat selesai. Pakai acara jejerit segala." Sugiono akhirnya lega setelah berhasil memasang ekor Maria yang tiba-tiba lepas saat akan pemotretan. Sedang sang penata gaya tiba-tiba mengalami mencret dan kentut berkepanjangan karena kebanyakan makan hoax dalam jumlah besar.
"Maaf Kek, habisnya Maria takut sama jarum." Maria memberi alasan. Dia memang takut jarum. Apalagi yang besar dan tumpul. Jarum seperti itu akan lebih sakit karena saat nusuk tidak akan langsung menancap dan mengeluarkan darah. Tetapi akan menyiksanya dengan tekanan yang tidak menyenangkan.
"Ayo ikut, saya kenalkan sama model yang akan berpasangan denganmu."
Kakek Sugiono keluar dari ruang rias artis dan menghampiri studio pemotretan yang masih satu gedung dan satu lantai itu.
Memang sudah satu bulan berlalu sejak Maria bekerja sebagai model pakaian dalam karakter. Biasanya ia hanya akan bermain solo alias di foto sendirian, akan tetapi untuk sesi kali ini ternyata ia memiliki pasangan.
"Nah itu dia."
"Ferguso, kemari." Sugiono melambaikan tangan agar pria itu mendekat.
Seorang pria berbadan tegap, beroti sobek dan berbulu domba eh... maksudnya berbulu di bagian rahang dan bawah pusarnya yang tentu saja juga memakai celana dalam karakter dengan gambar Avanger di bagian depan.
"Iya kek." Pria itu terlihat sangat tampan rupawan tetapi tidak belang.
"Perkenalkan ini Maria Ozawa."
"Maria Kek, nggak pakai Ozawa." Maria mengoreksi.
"Ozawa itu nama bekenmu, jadi diam sajalah." Semua artis di bawah naungan PT semvak dan kancut aneka rasa memang memiliki nama beken yang diberikan langsung oleh Sugiono.
"Ini perkenalkan, dia Feguso dari thailand."
"Hay babe, saya Ferguso fernando fery fery kepo," ucap Ferguso dengan suara ngebass sambil mengajak Maria berjabat tangan.
"Maria." Maria menyambut tangan Feguso dengan malu-malu.
"Namanya Ferguso tapi asli thailand? enggak salah?" bisik Maria pada kakek Sugiono.
"Kenapa kalau Ferguso dari thailand? enggak boleh."
"Boleh kok Kek."
"Kalaupun nggak kamu bolehin, hak kamu apa? orang tua Ferguso saja senang-senang saja kok, kamu yang bukan keluarganya ngeributin namanya dia."
Siapa yang ngeributin nama, kan cuma tanya, batin Maria ngenes.
"Ferguso ini model yang sudah tidak di ragukan lagi sempak terjangnya, jadi kamu beruntung bisa berpasangan dengan dirinya hari ini."
"Sepak terjang kali kek."
"Halah... sama saja, saya suka semvak jadi saya suka ngomongin semvak. Apalagi semvak-semvak masyarakat yang harus di bersihkan itu."
"Sampah masyarakat Kek, bukan semvak masyarakat." Jauh banget Njirrrr.
"Bosnya saya apa kamu?" tanya kakek Sugiono songong.
"Kakek Sugiono," jawab Maria mengkerut takut karena di pelototi.
"Jadi terserah saya dong. Mau bilang sampah, semvak, semprul, bebas. Bos itu selalu benar."
Iyain sajalah biar cepat matinya. Eh ... maksudnya biar cepat selesai bicaranya, batin Maria sambil meringis.
"Sudah, pose yang cantik sana, biar semvak saya laku." Kakek Sugiono mendorong Maria ke arah Ferguso.
"Ferguso di bimbing Marianya. Kasih tahu tips-tips biar bisa pamer semvak."
"Siap bosss."
Dan hari itu di mulailah kehidupan Maria dengan tambahan Ozawa, sebagai artis papan penggilasan, dengan semvak berserakan sebagai endors-an.
****
TBC.