Chapter 107 - Keluarga yang Aneh

Wataru menekan bel rumah Keluarga Fujihara beberapa kali, tapi tak kunjung juga ada penghuni rumah yang membukakan pintu sejak kurang lebih lima menit lalu.

"Ke mana orang-orang rumah ini?" gumam Wataru pada diri sendiri seraya menyentuh dagu, hatinya mulai menjadi tak sabaran.

Ia pun meraih tablet dari dalam totebag dan membuka beberapa file.

"Apa aku salah rumah?"

Wataru membalikkan tubuhnya.

Kening ditautkan.

Gambaran rumah itu dengan yang di foto terlihat sama: dari bentuk pagar, taman, penampilan luar rumah, bahkan bentuk bangunan. Tipe rumah di lingkungkan itu memang hampir sama semua, tapi hanya rumah keluarga Fujiharalah yang paling terlihat kecil dan sempit.

Wataru mendecakkan lidak kesal. Kakinya melangkah cepat menuju depan pagar dan membaca nama keluarga di sana untuk kedua kalinya.

Tertulis dengan kanji yang sama dengan nama keluarga Misaki: Fujihara.

"Lalu, kenapa?" tubuhnya dibungkukkan menatap papan nama itu, sorot matanya bingung.

Apakah detektif Futaba melakukan kesalahan? Apakah nama keluarganya saja yang sama? Atau, jangan-jangan mereka sudah pindah?

Saat lelaki muda itu sibuk berpikir dan hendak menghubungi detektif Futaba, sebuah suara menegurnya.

"Sedang mencari siapa, anak muda?"

Wataru menegakkan tubuhnya, berbalik menatap pada seorang perempuan dengan pakaian kasual rajut abu-abu lengan panjang dan rok hitam selutut. Rambutnya digerai sebatas bahu dengan model ikal yang sangat fashionable.

Dari gaya berpakaiannya yang terlihat santai, sepertinya adalah seorang ibu rumah tangga

Perempuan itu berdiri menatap Wataru dengan tatapan curiga penuh rasa ingin tahu.

"Ah... Apakah ini rumah keluarga Fujihara Misaki?" jempolnya mengarah pada rumah itu.

Raut wajah perempuan itu menjadi sedikit aneh, tampak bingung.

"Fujihara Misaki?" kepalanya dimiringkan, mengulang nama Misaki.

"Ya. Fujihara Misaki."

Kepala perempuan itu digelangkan kuat-kuat dengan kening bertaut, lalu berkata dengan nada berat yang sedikit ragu-ragu.

"Ini memang rumah keluarga Fujihara. Tapi, setahuku tak ada anggota keluarganya bernama Misaki di rumah itu," matanya mengerling ke arah kiri, ke arah pagar rumah itu.

"Tidak ada?" Wataru tampak berpikir sesaat.

"Uhm! Lagi pula kamu ada urusan apa dengan keluarga aneh itu?" tanyanya penuh selidik, tubuhnya dimajukan mengamati Wataru dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Keluarga aneh? Apa maksudnya?"

"Ahh... kau tak tahu? Keluarga Fujihara adalah keluarga yang tertutup di lingkungan ini. Mereka hanya punya dua anak perempuan, Yuka dan Yuki. Anak kembar. Masih SMA."

"Kembar?" Wataru buru-buru memeriksa file di tabletnya, sorot matanya mengeras. Di daftar keluarga Misaki, jelas-jelas tertulis nama yang sama dengan yang disebutkan oleh perempuan itu.

Lelaki itu menegakkan kepala lalu bertanya penuh kehati-hatian, "anda yakin mereka tidak punya anak perempuan lain?"

"Ya. Seingatku begitu. Meski mereka jarang bersosialisasi, aku hanya sering melihat dua anak perempuan keluar masuk di rumah ini," ia bertopang dagu, menatap ragu pada rumah tersebut.

"Apakah anda mengenal perempuan ini?"

Wataru memajukan tabletnya dan memperlihatkan pas foto di dokumen itu. Seorang anak perempuan berambut pendek yang sedang tersenyum.

Perempuan berambut ikal itu mendekat, matanya menyipit melihat foto itu dengan saksama, kemudian pupilnya melebar penuh minat.

"Oh!! Ini Yuki-chan!"

"Anda kenal?"

"Ya! Dia memang penghuni rumah ini! Tapi.... dia agak sedikit berbeda di foto ini."

Wataru menautkan kening.

"Ya, di sini, di foto ini, Yuki-chan terlebih lebih muda. Mungkin foto lama, ya?"

"Siapa yang mencari informasi Misaki? Kenapa datanya bukan yang terbaru?" gerutu Wataru secara

berbisik.

"Oh? Kau bilang sesuatu?"

"Tidak. Tidak ada. Jadi, ini benar, kan, rumah keluarga Fujihara yang aku cari?"

"Ah... sepertinya begitu, tapi aku tak pernah melihat atau mendengar soal perempuan bernama

Misaki di keluarga itu. Mungkin kau salah informasi, anak muda. Memang kau ini mau apa?" perempuan itu tampak terlihat sangat penasaran.

"Itu... Misaki adalah anak tertua keluarga ini dan sekarang sedang di rumah sakit. Saya sudah

berusaha menghubungi anggota keluarganya, tapi sama sekali tak bisa tersambung."

"Aneh... apa Yuki-chan pernah membahas dia punya kakak, ya?" kepalanya ditengadahkan ke langit, mulai meragukan dirinya sendiri.

"Apa ibu mereka selalu keluar rumah?"

"Oh! Fujihara-san? Hmmm... perempuan itu agak sedikit aneh. Di antara semua anggota keluarga

Fujihara, ibu merekalah yang tidak biasa. Dia selalu terlihat paranoid dan menjauhi kami semua, lebih parah dari anggota keluarga yang lain."

"Apa?"

Wataru sedikit terkejut. Jika ia tahu keluarga Misaki seaneh perempuan itu juga, harusnya meminta detektif Futaba menelusuri semua anggota keluarganya saja! Tiba-tiba saja hatinya merasa kesal.

Ia tak menyangka keanehan Keluarga Fujihara ternyata satu paket lengkap.

"Anda terus menerus berkata keluarga Fujihara itu aneh. Aneh yang seperti apa?"

Ia tak segera menjawab pertanyaan Wataru. Matanya menyipit curiga dan memiringkan kepala tanda tak suka.

"Sebenarnya kau ini siapa, sih? Apa seorang tukang tagih? Mereka punya pinjaman di rentenir?"

"Apa? Rentenir?"

"Apa mereka mau menjual anak perempuan mereka?" wajah perempuan itu menyeringai horor, kakinya mundur selangkah.

Nadi di pelipis Wataru berdenyut.

"Tadi saya bilang, anak tertua mereka masuk rumah sakit!" balasnya menahan amarah, sudut bibir berkedut jengkel.

"Ah... benar juga... aku lupa..." ia pun menjadi santai, melipat tangan di dada dengan mata datar pada Wataru. Lalu, tak berapa lama kemudian, reaksinya menjadi paranoid, menjauh dari sisi Wataru hingga punggungnya menabrak dinding pagar Keluarga Fujihara, terlihat ketakutan. "Jangan-jangan kau ini penjual wanita, ya? Atau pedofil dengan wajah menarik begitu? Anak mereka masih muda dan polos! Jangan jerumuskan mereka!"

"Nama saya adalah Toshio Wataru! Tetangga Fujihara Misaki yang merupakan anak tertua keluarga ini! Perempuan itu sudah beberapa hari belum sadarkan diri di rumah sakit, sama sekali tak ada yang menjenguknya! Dan jangan berpikir yang tidak-tidak! Aku bukan orang jahat!" koar Wataru galak, membuat perempuan itu menciut tertahan.

"A-ah~ tapi mereka tidak punya anak perempuan bernama Misaki!"

"MUSTAHIL! INFORMASI INI VALID! KALAU TIDAK KENAL DENGAN KELUARGA FUJIHARA, JANGAN MENYEBAR GOSIP YANG TIDAK-TIDAK! DARI TADI ANDA SUDAH KETERLALUAN!" sembur lelaki itu, kali ini ia tak menahan diri lagi.

"Jangan marah begitu, dong. Kalau kau penasaran, kau bisa menunggunya di rumahku dulu. Yuki-chan biasanya sedang berbelanja sepulang sekolah. Kalau anak satunya, aku tidak tahu."

Perempuan itu terlihat berusaha memperbaiki sikapnya, merasa sedikit tak enak.

"Kalau ibu mereka?" sebelah keningnya naik.

"Ibu mereka jarang di rumah."

"Jarang di rumah?"

Ia mengangguk serius.

"Sepertinya ia pergi ke suatu tempat dan hanya pulang beberapa kali ke rumah. Siapa yang tahu? Mungkin urusan pekerjaan. Suaminya, kan, sudah tiada."

"Ah.... benar juga... bisa jadi begitu..." Wataru menundukkan kepala, berpikir.

"Ayo! Ayo! Jika kau ingin menunggu kepulangan Yuki-chan, singgah ke rumahku dulu."

Wataru mengeryitkan kening sebal.

"Ahahaha! Maaf! Maaf! Tak ada maksud menuduhmu tadi yang tidak-tidak. Jika kau orang yang bisa dipercaya, ayo minum teh dulu sambil aku ceritakan soal keluarga Fujihara yang sedikit aneh itu."

Wataru ingin menolak, tapi diiming-imingi informasi mengenai keluarga Misaki, membuatnya hanya bisa mengangguk patuh. Tidak seperti dirinya yang biasanya.

"Rumahku di sebelah sana! Tidak jauh, kan?" tunjuknya pada sebuah rumah tepat di seberang jalan, di dekat kebun sayur yang ada di depan rumah Fujihara. "Kau bisa mengamati keadaan dari jendela depan. Jaga-jaga jika Yuki-chan sudah pulang ke rumah nantinya."

Lelaki berpakaian coat hoodie biru tua itu membalikkan tubuhnya, di sana ada sebuah rumah yang terbilang cukup mewah dan modern. Di rumah tanpa pagar itu, terparkir dua buah mobil pribadi dengan plat kuning dan putih di bawah kanopi yang cukup besar.

"Ayo! Kita minum teh dulu!" ajaknya dengan nada riang, tapi dalam hati ia berniat mencari bahan gosip baru untuk lingkungan mereka.

Wataru mengikuti langkah arah perempun itu menuju rumahnya yang terlihat mahal.

----------------------------

Halo!

Nat-chan di sini!^^

Apa kabar semua?

Semoga kalian baik-baik saja!

Aamiin!

Akhir-akhir ini mood saya agak berantakan, selain karena masalah wabah COVID19 yang mengganggu aktivitas harian, dan Work From Home yang kadang sangat menyebalkan, saya sibuk mengatur plot cerita untuk NIKAH KONTRAK DENGAN CINTA PERTAMA.

Yup!

Itu novel saya yang dikontrakkan di lapak sebelah.

Sudah ada 42 bab, dan tentu saja digembok.

Itu lucu, loh! Meski agak angst juga.

Seminggu ini saya sedang menyusun rencana daily update untuk NKCP di sana, jadi saya agak sedikit tenggelam di cerita itu dulu.

Hal menarik dari NKCP, itu adalah novel lama saya yang terbuang di lapak orange. Dan tak menyangka akan dikontrakan seperti sekarang. Makanya, saya jadi agak gelagapan menggarapan ceritanya sampai kena writer block, dan tak bisa menulis cerita apa pun, termasuk SSP.

Jika sudah kelar 3 bulan pertama pengerjaan NKCP, maka SSP akan kembali mendapat perhatian utama saya.

Saya lihat batu kuasanya, turun drastis, ya?

Hahaha!^^

Tidak apa-apa, toh, kalau tidak update, dapat batu kuasa dari pembaca biasa-biasa saja memang sangat susah.

Dan terima kasih bagi pembaca setia SSP yang selalu vote batu kuasanya untuk SSP!

Saya sungguh terharu! Hiks...

Itu yang membuat saya selalu bertahan untuk tetap melanjutkan cerita ini meski mood kadang sangat tidak mendukung dan update yang sangat lambat.

Niatnya, jika saya sudah berhasil dengan NKCP di lapak sebelah, saya akan membeli PC khusus menggambar dan membuat ilustrasi untuk SSP. Jadi, mirip-mirip novel cantik ala Jepang, gitu.

(Semoga terwujud, ya! Aamiin!)

Yup! Saya bisa gambar ala komik Jepang, karena jadi komikus adalah cita-cita saya sejak kecil.

Tapi, udah lama nggak gambar. Semoga tangan nggak kaku! Hehehe.

Jika NKCP Volume 1 sudah selesai, saya akan mengupload hal-hal terkait dunia cerita SSP, seperti model apartemen Misaki yang saya pakai, rumah sakit, style pakaian para karakter, daftar lagu-lagu yang saya dengarkan selama mengetik SSP, tempat-tempat nyata yang jadi latar cerita ini, sampai cast manusia untuk beberapa karakter tertentu, soalnya sisanya karakter game atau anime yang sudah ada.

Ahahaha!

Kali ini hanya ada satu bab, ya!

Harap maklum, saya dikejar deadline di lapak sebelah, dan untungnya saya sudah terbebas dari writer block! Alhamdulillah....

Nyiksa banget kalau seorang penulis kena writer block, loh! Jadi, rasanya seneng banget sekarang.

Kemarin tidak sempat update, karena saya tidur cepat pukul 8 malam akibat mengatur timeline dan plot NKCP selama hampir seminggu penuh.

Update SSP selanjutnya akan saya usahakan 5 bab, ya, 'Jika tak ada halangan'.

So, nggak janji, tapi akan diusahakan. :)

Saya ingin cepet-cepet Misaki tersadar, sama seperti kalian! Ahahaha!

Sampai jumpa!

Terima kasih telah membaca!^^