Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 88 - Aksara 48A, Bermandikan darah Naga

Chapter 88 - Aksara 48A, Bermandikan darah Naga

(Unedited)

"A-Abishai …"

"Nak .." Eleazar berujar, mengulurkan tanganny seraya berusaha mengusap wajah Hans. 

Hans yang masih sadar memandang bingung dengan tubuh terpelungkup ke arah Eleazar. 

"El.."

"Putra-mu sudah tidak berada di dunia ini…" suara teduh bak hembusan angin musim semi terdengar di telinga Eleazar, membuatnya bergetar dan tersadar. 

Iya kemudian berlutut, dan menundukkan kepala dan berujar"Tuanku!" 

"Berdiri!" Ujar Yu'da

"Angkat kepalamu dan lihatlah!" Yu'da mengulurkan cakarnya dan membuka mata hati Eleazar. Pria gagah perkasa itu kemudian mengangkat kepalanya dan melihat langit terbuka. 

Seorang wanita dan bocah laki-laki yang tak asing baginya terlihat. 

Keduanya melambaikan tangan kepadanya, di sebelah mereka ribuan figur tak asing namun tak ia kenal berada di sana. 

"Mereka menunggu mu di sana, mengapa kau menghabiskan waktumu untuk menyesali dan tak melakukan apa-apa?"

"Roh tidak mengenal batasan ruang dan waktu, perjumpaanmu dengan mereka hanya masalah waktu! Eleazar, pahlawanku dan panglimaku, mengapa engkau bersusah hati!" 

"Angkat senjata-mu dan rebut kembali kebanggan masa mudaku!" Suara Yu'da menggelegar menghujam hati Eleazar bagaikan anak panah yang tajam. 

Kesadaran kembali ke matanya, diikuti getaran dahsyat di tanah sekitarnya. 

Ribuan naga menghujam turun dari langit, berusaha melahap Hans dan Yu'da yang berada di belakang Eleazar. 

"Lion Roar in Zion!"

"His Voice reverberate through the Holy City!" 

Sebuah Auman keras menggelegar dari mulut Eleazar, auranya yang sebelumnya dipenuhi kesedihan berganti dengan aura pertarungan dan peperangan.

Auman kuatnya membuat ribuan naga itu terdiam di udara, getaran kuat dari mulut Eleazar bukan hanya menghancurkan tanah dan udara, namun juga menghancurkan naga-naga yang berada paling dekat dengannya. 

Darah, serpihan daging berwarna hitam berlumuran membasahi tanah dan juga tubuh Eleazar. 

Ia terlihat begitu mengerikan, namun matanya tidak berwarna merah seperti orang kesetanan, melainkan emas dan menunjukkan wibawa dan kesadaran.

"It's been a long time my friend.." Ujarnya sambil mengayunkan senjata andalannya, Glaive hitam yang Hans gunakan sebelumnya kini menjadi sebuah Glaive berwarna emas dan perak. 

"Huuuuuuuuui!" Ia menarik nafas panjang, membuat aura dan jiha yang berkumpul semakin bergelora dan menjadi riuh-ricuh.

Aura yang berkumpul dan jiha yang berpadu membuat gempa yang amat besar, pasukan pribadi Hans dan para anggota Black Hand terhempas ratusan meter walau mereka berjarak ribuan meter dari lokasi pertempuran.

"Apa-apaan ini?!" Delyta yang bertugas mencari tahu apa yang terjadi berada paling dekat pada area pertarungan merasakan tubuhnya perlahan hancur tercabik jiha yang berkumpul secara liar. 

Tulang belulangnya terbawa hempasan energi melewati Ignis dan Bayu yang tengah berhadapan.

Keduanya bergetar dan merinding, wajah keduanya menjadi pucat. 

"Shit!" Ledakan energi itu hendak menyapu mereka, namun, sebuah bayangan besar muncul.

Bayangan singa raksasa datang, menghalangi energi yang mengarah pada orang-orang itu. 

Ignis berlari sekuat tenaga, kemudian memandang singa raksasa yang melindunginya.

Meski hanya sesaat ia bergetar, dan menunduk berterima kasih. 

Bayu melihat hal itu, ia hanya mengernyitkan dahi dan terdiam.

"Mereka hanyalah anak-anak yang berjuang untuk melindungi kerajaan yang mereka cintai."

"Itu bukanlah sebuah kesalahan, seperti halnya engkau, berusaha melindungi Hans." Suara lembut Yu'da terdengar, di punggungnya Hans tertidur tidak sadarkan diri. 

"Benar atau salah, di dunia ini begitu sulit dipahami. Karena tiap-tiap manusia mempercayai kebenaran mereka sendiri."

Ketika ia berujar demikian Eleazar sudah lagi tidak terlihat, jiha, debu dan serpihan bebatuan memenuhi daerah dengan radius dua puluh kilometer. 

"Bangkitlah hei jiwaku! Membaralah rohku! Menarilah tubuhka!"

"Penyesalan kau akan dipermalukan, ketakutan engkau akan merasakan apa itu kengerian!"

"Kegelapan kau tidak bisa menguasaiku!"

"KEMATIAN! HARI INI ENGKAU AKAN BINASA!!" Ia berteriak keras, mengayunkan Glaive emas di tangannya, ke kanan, kemudian diagonal ke kiri dan ke atas. Semakin lama gerakannya semakin cepat. 

Ribuan naga itu membuka mulut mereka, menembakan cahaya hitam yang dipenuhi kehancuran dan kematian. 

"Eleazar kau makhluk bangsat!" Manusia setengah naga itu berteriak keras.

Kemudian tubuhnya berubah menjadi seekor naga berukuran dua puluh kilometer. Bayangannya menutupi seluruh cekungan yang terbentuk akibat pertarungan sebelumnya. 

Ia membuka mulutnya, membentuk meriam energi raksasa untuk menghancurkan Eleazar. 

Meski begitu sang kesatria gagah perkasa, Eleazar tidak bergeming. Serangan yang ia lancarkan bagai pisau angin yang memutilasi puluhan naga disetiap ayunan. Seakan mereka adalah belalang. 

Darah menetes bagai hujan deras di bulan Desember, membanjiri seluruh cekungan dan mengubahnya menjadi danau hitam.

Yu'da membawa pasukan Hans pergi, Reinald, Georgio, Benaya dan Ebed serta pasukan lainnya tertegun. Merasakan apa yang mereka lihat adalah mimpi.

"Apakah dia benar-benar manusia?!" Ujar Alexander.

Eleazar menatap langit dengan tatap tajam,"Keselarasan Kehidupan!" 

Ketiga bagian kehidupan manusia, tubuh, jiwa dan roh merupakan tiga bagian yang membentuk manusia. 

Tiap-tiap orang memiliki kualitas yang berbeda di tiap bagiannya. Sehingga ketidak seimbangan ini yang kemudian membentuk sifat, emosi dan karakter mereka. 

Namun, ketika ketiganya dapat menyatu dan membuat roh manusia menyatu dengan Roh semesta. 

Kekuatannya akan menjadi luar biasa!

"Membaralah rohku!" Ujar Eleazar, seperti kedipan bayangan penuh cahaya mendadak muncul dan menghilang, seperti proyeksi hologram raksasa. 

Boom!

Tanah tempatnya berpijak meledak hingga ratusan kilometer retakannya. Seperti ledakan bom atom, hantaman energinya membuat cekungan itu semakin besar dan dalam. 

Gunung-gunung di sekitarnya dipenuhi luka sayatan yang memotongnya menjadi setengah bagian. 

Dari dalam bumi puluhan pedang raksasa melesat keluar, dari langit hujan turun dan membentuk tombak air yang berotasi bagai topan. 

Tanah melesat bagai panah raksasa. 

Sang naga melepaskan serangannya, di ikuti ratusan naga yang lebih kecil menyasar Eleazar. 

Naga kebal terhadap aksara, hanya serangan kesatria yang dapat melukai dia.

Sedangkan serangan milik Eleazar bukan lah aksara, melainkan gerakan semesta!

Keduanya kemudian beradu, membuat dengungan keras yang membangunkan seluruh Kekaisaran Maro. 

**

Hujan badai dan petir tiba-tiba muncul di seluruh kerajaan, pertokoan porak poranda, rumah-rumah berguguran dan timbulan reusuhan.

Api menyasar langit sementara sang Kaisar berdiri di atas kerajaannya. Membentuk perisai energi sambil matanya tertuju pada pertarungan yang tengah terjadi. 

Ia melihat semuanya, namun tidak berani mendekat. Bukan, tidak ingin mendekat. 

"Yang Mulia, haruskah kita membantu Pembantai Naga?" Tanya Raja Exodia, ia mengenakan pakaian perangnya.

"Tidak, kita tidak bisa melanggar status quo antara kerajaan manusia dan kegelapan." Ujar Sang Kaisar, berusaha tidak memprovokasi kerajaan kegelapan. 

Ia adalah gambaran manusia pada masa ini, ketika membela yang benar tidak memberikan keuntungan berarti dan cenderung merugikan dia dan rakyatnya dia memilih tidak memihak kebenaran atau kejahatan. 

"Tapi Pembantai Naga mungkin saja binasa?" Ujar Sang Ratu Exodia, bibi Hans.

"Kau pikir hanya naga yang berusaha membunuhnya?" Ujar Sang Kaisar tidak menjelaskan. 

Sang Ratu mengepalkan tangannya, berusaha menyembunyikan emosinya. 

"Dia tidak memikul tanggung jawab yang kita pikul…" Tambah sang Kaisar.

***

Eleazar tidak mengetahui jutaan mata tengah tersadar dan tengah memandang langit seperti halnya dirinya. 

Satu-satunya alasan mengapa para naga dan kegelapan tidak pernah benar-benar berani melakukan invasi masif ke kerajaan manusia ini kerap kali nyaris mati di tangan bangsa yang ia lindungi. 

Matanya memancarkan cahaya dan kebijaksanaan, ia seolah kembali merenggut gairah masa mudanya.

Sebuah kapak emas terbentuk, bersamaan sebuah bayangan besar pemotong kayu. 

"Aku datang untuk memotong, menghancurkan dan mencabut seluruh kegelapan dan kejahatan!"

"Kegelapan, lihatlah! Kapak sudah berada di batang pohon!" 

"Musnah!" Jeritnya nyaring.

Kapak besar dan kegelapan itu beradu, perlahan melawan aliran meriam energi energi hitam yang mencoba mengurainya. 

"Bila tubuh aslimu yang datang mungkin hasilnya akan berbeda! Dieee!" Kapak besar itu membelah tubuh besar sang naga, disertai jeritan keras dan Auman kesakitan sang naga, darahnya mengalir turun membasahi seluruh cekungan. Membuat bau busuk tercium hingga kejauhan. 

Eleazar bersimbah darah, tubuhnya bermandikan darah naga yang membuatnya memiliki kekebalan dan toleransi terhadap aksara. 

Sebagian roh dari sang naga tercerai berai, ini hanyalah sebagian dari diri sang penguasa kegelapan. 

Eleazar berjalan keluar dari dalam cekungan, darah hitam itu seakan takut padanya dan memberikan jalan. 

Ia seperti tengah membelah lautan. 

Setelah beberapa saat ia sampai dan bersujud di hadapan Yu'da. 

"Waktuku sudah tiba, engkau jagalah anak ini. Sampai waktu ia dewasa kelak, ku titipkan anak ini dalam tanganmu."

Ia mengusap kepala Eleazar dengan kepalanya, seketika ia tersentuh dengan tubuh Yu'da darah dan kegelapan yang menempel pada tubuhnya terurai dan menjadi cahaya. 

Mata Eleazar bercucuran air mata, mengalir tipis di pipinya. 

"Jumpai Peta, aku tahu kau marah padanya namun ia telah menyesali perbuatannya. Namun ia dapat membantu anak ini.."

"Seperti halnya dirimu dan anak ini, Peta adalah anak-Ku juga."

"Generasi baru sudah lahir, era yang lama telah berakhir!"

"Ini kesempatan bagi generasi pendahulu menjadi pembimbing perubahan."

"Daulat Tuanku!" Jawab Eleazar singkat, tidak membantah dan tidak ragu. Namun tangannya terkepal menahan kesedihan.

"Bukan kegelapan yang mengkhawatirkan ku, namun kedalaman hati manusia." Yu'da berjalan ke arah Danau besar yang terbentuk akibat pertarungan. 

Ia berjalan di atasnya. 

Seketika laut bau, hitam dan dipenuhi darah dan kejahatan itu berubah. Menjadi bening dan indah. Ribuan bunga dan pepohonan tumbuh secara tiba-tiba. 

Di saat yang sama Fidelis terbangun, ia yang terbaring di sebelah Hans terbang dan menatap hal yang tidak akan ia lupakan sepanjang hidupnya.

"Semesta…" ujarnya. 

Yu'da berbalik dan menoleh,"Engkau bekerjasama lah dengan Eleazar hambaku, hingga waktunya kalian berdua pulang.." Ia kemudian memandang Hans dengan penuh kasih sayang. 

Kemudian mengangguk ke arah Bayu dan para pasukan yang tengah berlutut. 

Bersamaan dengan itu langit terbuka, lidah api dan ribuan suara Nafiri terdengar. Pintu kerajaan langit terbuka, malaikat dan para pendahulu manusia menyambut kepulangan gambaran Semesta.

Bersamaan dengan itu matahari terbit, membuat cahaya terang mengalir ke seluruh pelosok bumi dan kerajaan. 

Eleazar menangis lepas, ia berjalan mendekat dan menggendong Hans. Sambil matanya tak pernah putus memandang langit dan danau yang kini teduh dan tanpa cela. 

Eleazar kemudian mengajar tanah tempat para pasukan berlutut dan membawa mereka pergi secepat kilat.

Beberapa jam setelah itu, sang Kaisar Maro, Raja dan Ratu Exodia serta panglima dan raja lainnya berdatangan. Menemukan sebuah danau tiba-tiba muncul, danau yang membelah dua gunung dan seluas samudra. 

***

[3 Minggu Setelah Pertempuran]

Seorang pemuda tengah asik bercocok tanam, di sekelilingnya puluhan hektar tanaman obat tertanam dengan rapi dan terjaga. 

Tikus-tikus tanah yang lucu dan pintar membantu menggemburkan tanah, ia dengan penuh senyuman menanam satu demi satu tanaman obat. 

Pemuda itu memiliki rambut hitam keemasan yang terkuncir rapi ke belakang. 

Meski begitu luka dan kerusakan terlihat di wajahnya. Membuatnya meski tidak buruk rupa, tidak banyak orang yang berani menatapnya.

Meski begitu anak itu terlihat begitu bahagia, bersama dengannya anak-anak lainnya berusaha membantunya dan belajar dengan hati-hati. 

"Raden, minum dulu obat anda!" Ujar Seorang berbadan tegap, pemuda ini tidak lain adalah Benaya! Tak berbeda dengan Hans, wajahnya juga dipenuhi kerutan yang membuat wajahnya berubah namun ia tetap terlihat tampan. 

"Ben, panggil aku Aden Atkinson!" Ujar Pemuda itu, ia adalah Hans.

"Baik, Aden." Jawab Benaya canggung. Aden adalah nama baru yang dipilih oleh Hans, supaya Benaya dan para pasukan tidak canggung memanggilnya. 

Pria berambut abu-abu datang menghampiri Hans dan Benaya, anak-anak yang sebelumnya bermain dengan Hans menjadi sepi dan kemudian mundur dan kembali bekerja. 

"Hai Paman, bagaimana dengan lukamu?" Tanya Hans. 

"Hahaha tidak perlu khawatir, aku ini ahli pengobatan kau tahu!" Atkinson tertawa. 

Identitas Aden Atkinson adalah identitas yang Hans, Atkinson dan Paman Odel sepakati. Karena Hans adalah Hidden Count dan tidak bisa muncul dengan identitas aslinya di publik sehingga ia membutuhkan identitas lainnya saat memasuki akademi. 

Kebetulan Atkinson adalah seorang Baron di kerajaan Maro, sebab kemampuan pengobatannya ia begitu dihormati di kalangan bangsawan hingga Kaisar sendiri memberi dia gelas Baron sebagai tanda apresiasi. 

Sedangkan mengenai wajah Benaya dan Hans? Untuk Hans itu adalah efek samping tanaman obat bagi tubuhnya dan dapat hilang setelah meminum ramuan penetralisirnya. Namun ia tidak meminumnya karena berpikir ini adalah hal yang baik sebagai penyamaran. 

Tentu efeknya bisa dihilangkan sewaktu waktu, ia hanya perlu meminumnya rutin ramuan khusus untuk menjaga agar tidak berubah secara permanen. 

Sedangkan Benaya? Ia bersikeras meminumnya juga agar dapat mengikuti Hans ke Akademi. Karena ia satu-satunya anggota pasukan yang masih dalam batas umur untuk mendaftar.

Tanaman yang digunakan adalah Beutifia Elysium [1] tanaman yang begitu cantik yang berguna untuk menyembuhkan Syarah dan otot, namun memiliki efek samping merusak wajah. 

"Oh ya Paman, aku akan lanjut menemui tuan Eleazar untuk berlatih bertarung!" Hans tersenyum kemudian memberi hormat dan berjalan ke arah hutan. 

Atkinson hanya tersenyum, namun ia melihat punggung Hans dan melepas nafas panjang. 

Keduanya berjalan semakin dalam ke tengah hutan di belakang gedung milik Atkinson dan menemukan sebuah gubuk kecil. 

Di depannya seorang tukang kayu tertidur diatas meja kayu yang terlihat baru saja selesai dibuat. 

Bila Benaya tidak melihat sendiri pertarungan pria ini dengan Naga, ia tidak akan percaya keduanya adalah orang yang sama. 

"Paman Eleazar! Aku membawa wortel dan daging rusa akan buatkan makanan spesial!" Ujar Hans sembari tersenyum. 

Eleazar mengintip dari ujung matanya kemudian menutupnya kembali,"Masakan-mu tidak enak!" 

"Tenang, aku sudah belajar dengan koki terbaik di Hidden Manor." Hans berujar menyombongkan diri.

Benaya terlihat kikuk ketika melihat Hans dengan bahagia memasak untuk mereka bertiga. 

"Hei Ben, kemari! Mari kita berlatih sambil menunggu Hans memasak!" Ujar Eleazar sambil mengorek telinganya kemudian meniup kotoran yang terbawa.

"Gulp!" Benaya menelan ludah dan berjalan dengan tubuh gemetar. 

[Author note]

Mohon maaf membuat kalian menunggu sangat lama, mengalami masalah dalam kehidupan nyata dari mulai Cinta, kesendirian dan beban pekerjaan.

terimakasih untuk semua yang selalu mendukung cerita ini meski saya menghilang.