Unedited
"Ribuan hari di habiskan dalam dendam, mengasah pisau hati agak kelak dapat membayar kan hutang darah.
Sendu dan rindu menemani di setiap engkau terbangun, menahan lelah hati yang sendirian.
Bukan kekuatan yang menjadi jawaban, namun keikhlasan.
Sebab tidak ada perpisahan yang abadi, sebab roh tidak akan pernah mati.
Biarkan matamu memandang dan melampaui, segenap sedih dalam sukma mu, lepaskan sakit dan beban dalam jiwamu.
Sebab engkau adalah benih, dan tidak ada pohon dengan dua rasa. Engkau harus memilih cinta atau dendam sebagai rasanya.
[|]
Fidelis dengan mata nanar, melepaskan semua jiha miliknya, sebuah lambang matahari bersinar. Namun, perlahan ular yang berada di lengannya bergerak dan mengekang matahari itu dan membuatnya menjadi hitam.
Syring O Meylia awalnya tersenyum sinis dengan percaya diri, mengalami perubahan ekspresi.
"Kau menjual jiwa mu pada Iblis demi membunuhku?! Hahahahah?! Kepada salah satu dari 7 Tujuh Dosa Manusia?"
"Hahahahaha! Menarik ! Sungguh menarik!" Syring tertawa, ia tertawa seperti orang gila, menjerit sambil menepuk-nepuk tangannya.
"Menjual? Heh, lebih tepatnya mencurinya!" Canabis berjalan masuk, tangan kirinya menggendong kepalanya dan tangan kanannya memikul kapak miliknya, wajahnya memandang Syring merendahkan.
Di bahu kiri Fidelis terlihat bekas jahitan, tangan kirinya itu memiliki ukuran dan warna berbeda dengan tubuh dan tangan kanan miliknya.
Ia menyambung paksa tangan itu dengan dirinya, hal itu membuat sebagian pengaruh jahat mulai merusak jati diri Fidelis. Berusaha mengkonsumsi tubuh dan jiwa Fidelis untuk menggantikannya.
"Hmmph!"
"Tujuh dosa manusia hanyalah bawahan dari yang mulia Naga Imajinasi!" Ujar Syring.
"Mencuri kekuatan tujuh dosa? Akan ku tunjukkan, kekuatan yang kuperoleh setelah menelan benih kehidupan milik isterimu! Hahahahahahaha!"
"Sungguh menyenangkan! Membunuh suami dengan kekuatan yang aku peroleh setelah membunuh isterinya! Magnificent!" Kelakar Syring, ia tersenyum lebar mempertontonkan taring miliknya.
Tubuhnya bersinar, terbesit bayangan berwarna hitam dari tubuhnya. Para pasukan yang mengelilinginya menggelepar, roh mereka tertarik keluar, terhisap oleh aura hitam milik Syring.
Udara seakan tersedot, kegelapan berkerumun pada Syring.
Suasana hening tercipta, bersamaan dengan itu ledakan energi kegelapan meluap keluar.
Menghancurkan seluruh kastil, menghantam ratusan treant yang berada di luar.
Fidelis berubah menjadi ribuan dedaunan hijau dan menyeret Canabis bersamanya.
Sebuah lubang besar tercipta, lubang berukuran sebesar danau muncul tiba-tiba mengelilingi Syring.
Kedua matanya dipenuhi cahaya ungu, tiga buah tanduk muncul di kepalanya. Aura kegelapan masih menyeruak, ia kemudian tersenyum jahat.
"Tolol … " Syring berucap lirih, senyumnya padam dan bersamaan dengan itu, tubuhnya seakan bergetar dan menghilang.
Canabis mengaktifkan domain ilusi miliknya, Fidelis juga mengaktifkan pakaian pelindung yang membuatnya terlihat seperti treant.
Fidelis dalam kondisi amat fokus dan berjaga-jaga, meski begitu ia terkejut mendaoati bisikan di telinganya.
"Got you … " suara bisikan terdengar dari belakangnya, hal itu membuat Fidelis dengan cepat berbalik, yang menyambutnya ialah dua buah tangan seperti cacing yang keluar dari perut Canabis.
Kedua cacing itu menggerogoti tubuh dan tulang belakang Canabis.
"Tumor … "
"Kukuku … enak sekali!" Suara Syring terdengar, berbisik di telinga Fidelis, gumpalan daging muncul di leher Fidelis.
"Kau sudah ku tandai!" Kelakar Syring, sebuah mulut muncul dari gumpalan daging itu dan menjilat leher Fidelis.
"Hmmh! Aku ini makhluk astral luka pada tubuhku mana ada artinya!" Canabis mendengus.
"Lalu bagaimana dengan tumor di jiwamu?"
Seketika itu tubuh Canabis hancur berkeping, membuat ia bercahaya hitam ke-unguan.
Tak lama, cahaya itu berubah menjadi sebuah pohon.
Canabis bukanlah manusia, melainkan sebuah pohon besar yang berhasil mencapai tingkat setengah dewa dan mampu berubah seperti manusia, sayangnya, pohon jelmaan itu memiliki batang dan akarnya yang terpotong.
Pohon yang layu itu adalah Canabis yang sebenarnya!
"Canabis!" Jerit Fidelis, ia membentuk aksara.
"Fidelis! Aku tidak akan bertahan lebih lama, aku akan memegangnya, kau bunuh saja dia, kawan!" Canabis berubah-ubah, untuk beberapa saat ia pohon dan beberapa saat kemudian menjadi sosok manusia.
"Canabis!" Fidelis berteriak keras, matanya memerah, tubuhnya secara tiba-tiba menjadi besar.
Gambar ular di lengan kirinya bercahaya, sebuah mulut besar muncul di telapak tanganya.
"Gluttony!"
Mulut itu menghisap habis seluruh energi kegelapan yang ada di tempat itu, bahkan menelan paksa bibit tumor yang di tanamkan Syring pada tubuh Fidelis.
Wajah yang sebelumnya terceplak di tubuh Fidelis itu menghilang, diikuti suara langkah kaki dari arah belakang.
Fidelis melayang di udara seperti dewa, jiha kehidupan dan energi kegelapan beradu dalam tubuhnya.
Saling serang, keduanya hendak menjadi tuan atas tubuhnya. Danau besar yang kosong itu bergemuruh, ketika dua kekuatan itu membentuk pusaran energi yang juga menggetarkan daratan.
"Arghh!" Fidelis memuntahkan darah.
Di hadapannya muncul sosok raksasa yang mengerikan, ia memiliki perut membusung seperti raksasa menelan gunung. Wajahnya bodoh seperti orang tanpa pikiran, perutnya memiliki sebuah mulut besar dan lidah penuh darah.
Ia tidak dapat melihat ujung kepala dari raksasa itu.
"Nakraib uka nakamem aynaumes,"
(Biarkan aku memakan semuanya)
"Isome, akigol, narikip nad umhor."
(Emosi, logika, pikiran dan rohmu!)
"Ahahahah,"
"Iagabes aynitnag naka nakirebuk uknataukek! Kukuku … "
(Sebagai gantinya akan kuberikan kekuatanku! Kukuku!)
Suara dalam bahasa aneh terdengar hanya bagi Fidelis, tubuhnya bergetar di hadapan raksasa itu.
"Tidak!!" Fidelis berteriak, memanfaatkan kesadarannya yang tersisa, ia melesat bagai peluru.
Tubuhnya memancarkan dua energi seperti sayap di punggungnya, kedua sayap itu membawa Fidelis ke hadapan Syring, ia di kelilingi ratusan mayat anak buahnya.
Beberapa orang lainnya berlarian ke arahnya berusaha berkumpul dan membantu Syring, tuannya.
Fidelis mencekik leher Syring, berusaha menghancurkan lehernya.
Kekuatan di balik cekikan itu hampir membuat lehernya hancur, namun ia tidak tinggal diam, ia bersalto dan menendang Fidelis dengan kakinya.
Hal itu mementalkan Fidelis, jauh hingga puluhan meter.
Syring memuntahkan darah, namun ia tersenyum. Mayat-mayat itu bergetar, dan jantung mereka yang masih berdegup itu ia tarik keluar.
"Hmmph!" Dengusnya, ia kemudian melesat. Kemudian muncul bagai bayangan di tengah-tengah kerumunan penjaga yang merupakan anak buahnya, memulai pembantaian pada orang-orangnya sendiri!
Fidelis terpental, kekuatan di balik tendangan itu mematahkan tulang rusuknya. Erosi kegelapan semakin kuat mempengaruhi sebagian lain tubuhnya, mengubah ¾ tubuhnya menjadi hitam.
Kekuatan yang ia memiliki semakin besar, mulut di telapak tangannya menyedot seluruh aura kegelapan yang ada di sekitarnya.
Pada awalnya hanya tangannya yang menjadi membesar, di ikuti kaki kiri anda sebagian tubuhnya. Hal itu seakan-akan tubuhnya adalah balon.
Kemudian ia tertawa dengan amat keras,"Hahahahaha! Semuanya adalah makanan, dan semua makanan adalah milikku!"
"Hadil iarugnep!"
(Lidah pengurai!)
Setelah ia berkata demikian, semua energi yang memenuhi tubuhnya mengalir ke tangan kirinya.
Mulut di telapak tangannya terbuka!
Menembakkan energi kegelapan yang begitu besar, seakan energi itu adalah lidahnya.
Fidelis membungkuk dengan kedua kakinya mengambil kuda-kuda untuk menahan dorongan balik dari energi yang ia lepaskan. Kakinya menjadi penuh dengan otot, kekar, akibat erosi dari energi kegelapan mengubahkan struktur tubuhnya.
Ia berada di dalam cekungan yang tercipta akibat ledakan kekuatan Syring, cekungan itu kini menjadi semakin dalam, ditambah kabut hitam yang menyelimutinya. Tempat itu sekan tengah diselimuti badai.
Di tengah gumpalan awan hitam dan kegelapan malam, gemuruh keras terdengar. Serangan Fidelis muncul seperti pusaran angin yang bergerak horizontal.
Syring merasakan getaran di sekitarnya, matanya berkontraksi ketika melihat serangan luar biasa itu.
Ia menarik kembali tentakel yang tengah menyerap jantung dan darah anak buahnya, ia bersalto dan berusaha menghindar.
Serangan Fidelis seakan memiliki mata, keduanya berkejaran.
Syring membentuk tangan besar menggunakan tentakel miliknya mengadu kekuatannya dengan energi kegelapan yang mengejarnya.
Namun bukannya terjadi benturan, namun tangan besarnya itu justru terurai dan terserap.
"Sial! Aku harus lari!" Syring membatin, ia memutuskan tangannya sendiri. Kemudian berusaha sekuat tenaga untuk lari.
Sebagian tubuhnya tercacah seperti kertas masuk ke mesin pemotong, darah ke-unguan menetes deras di tanah.
Ia bergerak seperti bayangan, namun lidah yang terbentuk dari energi itu kerap mengejarnya.
Tiba-tiba.
Sepasang tangan muncul dari dalam tanah, membuatnya terjatuh, Syring berguling di atas tanah.
Lidah pengurai itu menyerangnya tanpa ampun.
Meski begitu bagian tubuhnya yang tercerai berai berlari ke arah yang berbeda.
Membuat sang lidah pengurai bingung.
Canabis tersenyum, tangan itu adalah serangan terakhirnya. Pohon itu semakin mengering dan layu, wajah di batang pohon itu kemudian berujar,"terimakasih Fidelis, maafkan aku … "
Dari atas langit sosok lain melayang turun, Fidelis yang hampir kehilangan kewarasannya tidak memedulikannya.
Ia bersiap melompat, begitu dalam ia mengambil ancang-ancang hingga seakan berjongkok. Kemudian melesat bagai rocket lepas landas, tubuhnya kini seperti raksasa. Dengan tinggi delapan hasta, ia mendarat dengan keras beberapa meter dari pohon yang telah layu dan mengering itu.
"Canabis … " Ucapnya lirih, air matanya menetes dari sepadang mata yang nanar itu.
Tubuh besarnya kaku, keinginan membunuhnya seakan hilang.
Ia berlutut, mendarat dengan kedua dengkulnya.
"ARGHHHH!!"
"ARGHHHH!!"
"APA ARTI SEMUA KEKUATAN INI, MEREKA SEMUA BERMATIAN SATU PERSATU!" Ia meraung seperti hewan buas yang terluka.
Ia merangkak mendekat, meletakkan kepalanya di akar-akar kering pohon besar itu, pohon yang adalah sahabat pertamanya.
Ia menyentuh akar kering itu lembut, air matanya mengalir makin deras.
Ingatannya membawanya ke masa perjumpaan pertama mereka.
*
"Hai pohon kecil, aku akan menumbuhkanmu menjadi pohon paling sempurna!" Ujar seorang bocah berambut abu-abu, di sampingnya seorang pria berkacamata tersenyum ke arahnya.
Keduanya kemudian berjalan masuk ke dalam sebuah bangunan besar, kastil lebih tepatnya.
"Ayah, ehm, maksudku Professor, percobaan apa yang akan kita lakukan hari ini?!" Tanya bocah bermabut abu-abu.
"Fidelis, kita sebagai pewaris gen pohon kehidupan memiliki kemampuan untuk memanipulasi tumbuhan dengan darah kita, sayangnya hanya bibit yang kita tumbuhkan dari biji yang telah di rendam dalam darah kita yang akan berhasil berubah!" Pria berkacamata itu tersenyum.
Dengan wajah penuh cahaya Fidelis mengangguk, kemudian melihat pohon kecil di tangannya.
Malam menjelang, bocah berambut abu-abu itu masuk ke kamarnya dan tidur sambil memeluk tanaman di sisinya.
"Canabis, kamu akan jadi tanaman terhebat! Aku janji!" Ujar Fidelis kecil.
*
"Hahaha, Fidelis inikah pohon yang kau ceritakan itu?!" Seorang gadis kecil melihat pohon kecil itu dengan senyuman.
"Tentu saja, aku akan membuatnya menjadi pohon terhebat, dan dia akan membantu kita mengelilingi dunia bersama-sama!" Ujar Fidelis optimis, memeluk pohon kecil itu dengan erat.
"Baiklah, aku pegang janjimu ya!" Ujar sang gadis kecil.
*
Ingatannya kemudian berganti, ia dengan samar-samar membuka matanya.
Sebuah kota penuh darah dan kebakaran mengelilinginya, matanya tidak dapat melihat dengan jelas.
Namun ia dapat menerka, sosok yang berdiri di depan Isterinya-- melindunginya.
"Fidelis, maafkan aku …" Sosok yang berlutut dan memunggungi isterinya menangis, tak lama sebuah cakar besar menebas kepalanya!
Ia menutup matanya karena takut, namun ketika ia membuka matanya hanya sosok Syring yang ia lihat.
*
Fidelis tersentak,"Tidak, apa yang terlihat bukan kejadian sebenarnya."
"Ada yang janggal, aku dan Canabis tak akan kalah dari Syring waktu itu. Aku seharusnya mampu melarikan diri!"
Ia bangkit dan berbalik, mencari serpihan tubuh Syring.
Namun yang menyambutnya adalah sosok tanpa wajah dengan enam tangan.
Murid terkuat Umbara, Taskara Lara.