Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 83 - Aksara 45B Dendammu atau Dendamnya?

Chapter 83 - Aksara 45B Dendammu atau Dendamnya?

Un edited

Hans terdiam, bersembunyi di celah pohon besar, ia masuk ke dalam. Di seberangnya, di pohon besar lain, Alexander bersembunyi, ia terlihat kebingungan. 

Tak lama suara langkah terdengar, langkah kaki besar, seperti makhluk raksasa tengah berjalan. 

Keringat mengucur turun, Alexander ingin menoleh.

Namun Hans mengangkat tangannya, membentuk berbagai simbol dalam bahasa isyarat.

"Jangan bernafas menggunakan hidung!"

"Gunakan pernafasan kulit, jangan berisik!" 

"Tenangkan detak jantungmu!" 

"Beritahu yang lain!!" Hans menggunakan bahasa isyarat, Alexander menggunakan simbol yang sama memberitahu Bayu dan George yang berdekatan dengannya.

Krak!

Krak!

Dug!

Dug!

Suara ranting dan langkah kaki semakin dekat, sulur-sulur dan akar merangkak keluar seperti ular dari dalam tanah. 

Makhluk tanpa wajah dengan tubuh terbuat akar dan pepohonan berjalan gontai. 

Seakan orang mabuk, makhluk itu menggapai pepohonan tempat Alexander bersembunyi!

Jumlah mereka ribuan, tinggi mereka seperti raksasa setidaknya lima sampai sepuluh meter. 

Hans menatap Alexander, ia menggeleng. Meminta Alexander tetap tenang. 

Tiba-tiba, makhluk yang tengah memegang pohon itu menundukkan kepalanya, wajah tanpa muka itu terbuka, sosok mengerikan seperti iblis terlihat di dalamnya. 

Beruntung Alexander menggunakan topeng kayu, dan ia tidak bernafas. Sehingga perubahan ekspresinya tidak terlihat. Ia menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan suara.

Akar seperti lidah menjulur, berusaha merasakan permukaan topeng itu. 

Bayu, George dan Hans melotot, mereka langsung berhadapan dengan posisi Alexander. 

Bayu bersiap mengeluarkan golok samudra miliknya. 

Alexander beruntung ia menggunakan teknik pernafasan menggunakan kulit, menggunakan sirkulasi jiha untuk mengikat oksigen dan membawanya masuk melalui pori-pori kulit.

Akar itu mendorong Alexander masuk semakin dalam, tubuhnya membentur dinding pohon. Ia hampir-hampir tidak tahan dan hendak melawan. 

Beruntung makhluk itu kemudian mengangkat kepalanya dan lanjut berjalan.

Ia berjalan menuju bangunan misterius di belakang pepohonan. Ketika para Treant besar itu berjalan menjauh, aksara terbentuk seperti peri yang melayang-layang di sekitar para Treant yang baru saja mereka temui. 

Meski begitu Hans masih menggeleng. 

Alexander bingung, namun sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri mendekatinya. 

Ribuan makhluk seperti asap bermunculan, mereka seperti mengenakan jubah hitam dan melayang satu hingga lima meter di atas tanah. 

Mereka seperti belalang banyaknya, wajah mayat manusia yang penuh retakan terlihat, kedua soket mata mereka kosong. 

Terdengar suara tangisan ketika makhluk-makhluk itu melayang mendekat. 

Seperti kilat, makhluk itu melesat dan muncul di hadapan Alexander, mengapa Alexander? Karena ia tengah panik akibat 'kunjungan' Treant sebelumnya, hati dan pikirannya dalam keadaan lengah. 

Keraguan dan kepanikan itu menjadi makanan bagi sang makhluk astral, wajah makhluk itu berubah menjadi wajah Alexander. 

Tubuh Alexander mengejang, Bayu hendak bergerak, namun burung merpati yang menuntun Hans terbang dan hinggap di pundak Alexander.

Alexander tidak dapat mengendalikan diri, ia melihat wajah sang makhluk astral menjadi wajahnya, di penuhi retak dan bau busuk. 

Ia hampir membuka suaranya, namun burung merpati itu kemudian berubah menjadi seekor singa raksasa, ia menginjak makhluk itu dan membuatnya musnah seketika. 

"Engkau tidak tunduk pada penguasa Alam Roh! Enyah!" Suara Yu'da terdengar. Bukan hanya makhluk yang menyerang Alexander, ratusan makhluk lainnya hancur menjadi debu energi dan menghilang bersama malam. 

Hans dan para pengikutnya berlutut, menunggu suara Yu'da,"Kita menunggu di sini, pertempuran yang akan terjadi sangat berbahaya bagi kalian."

"Aku Roh, dan membutuhkan tubuh. Dan tak satupun dari kalian mampu menampung kuasa besar yang ada padakugp." Ujar Yu'da kemudian mendekat ke arah Hans dan mengelus kepala Hans dengan kepalanya. 

"Seseorang yang kau kenal ada di sana, seorang anak yang malang.." kemudian suasana menjadi hening. Aura suci Yu'da membuat suasana menjadi tenang, setiap mata memandang ke arah yang sama. 

"Setelah ini, aku akan menuntunmu, ke seseorang. Yang akan menjadi penuntun dan walimu." Ujar Yu'da lembut.

"Waktuku sudah tiba, aku hendak kembali ke sisi Semesta. Temui aku di alam Roh ketika waktunya sudah matang." Ia tidak bisa terus menerus mengganggu jalannya hukum yang bergerak di dunia. Ruang, Waktu, Gravitasi dan berbagai hukum lainnya terbuat sebagai pembatas, sedangkan roh, tidak mengenal batas. 

"Setelah aku pergi, semesta akan mengutus Roh penghibur yang akan menuntun engkau ke seluruh kebenaran. Sebelum itu, mari kita selamatkan anak malang itu." Yu'da terlihat melankolis ketika ia mengatakannya. 

***

Fidelis berjalan melewati gerbang besar, Canabis menarik barisan kereta berisi orang-orang terlantar dan para tunawisma muda yang meronta dari balik jeruji kereta. 

"Lepaskan kami!"

"Makhluk terkutuk!" Pemuda pemberani mengulurkan tangannya keluar mencoba menarik leher Canabis. 

Ketika tangan itu menyentuh lehernya, kepala Canabis terjatuh ke tanah. Darah menyemprot keluar dari lehernya dan menyemprot ke berbagai penjuru,

"Kira akan mati, kita akan mati!" Seorang pemuda kurus menjerit.

Puluhan lainnya merangkak ketakutan ke sudut lain kereta, darah yang menyemprot kemudian berubah menjadi kabut merah yang menutupi seluruh lorong. 

Para penjaga terkejut menyaksikan hal itu, mereka mencabut senjata dan berjalan ke arah tubuh Canabis yang perlahan berlutut dengan satu kaki kemudian terjatuh ke tanah, seakan mati. 

"Kau beritahu boss cepat! Yang lain ikut aku dan memeriksa!" Seorang pria dengan rambut acak-acakan menarik salah seorang temannya dan berujar, ia menghunus pedangnya dan mengeluarkan jiha dari tubuhnya. 

Ia menghampiri tubuh Canabis yang tergeletak dan menendangnya, tubuh itu tidak bergerak. 

"Cepat tarik kereta ini ke dalam!" Ujar pria bermbut acak-acakan. 

Kereta itu kemudian mereka tarik beramai-ramai, setidaknya ada sepuluh orang penjaga yang menarik kereta-kereta itu dengan sekuat tenaga.

Kereta itu bergerak maju dengan perlahan, sementara mereka yang terkurung di dalamnya bergetar ketakutan. 

"Boss bagaimana dengan mayat tanpa kepala itu?" Tanya salah satu penjaga kepada pria berambut acak-acakan, ia adalah wakil kapten dengan kekuatan kesatria bintang empat. 

Tak lama ia melihat sang Kapten dan penjaga lainnya berjalan turun dari atas tembok,"Kapten, ada hal yang janggal, penarik keretanya tiba-tiba mati!"

"Aku tidak menemukan pria berambut abu-abu itu!" Sang pria berambut acak-acakan itu seketika melapor ketika berhadapan dengan sang Kapten penjaga. 

"Bunyikan lonceng! Beritahu yang lain!" Ujar Sang Kapten, ia adalah seorang kesatria tingkat bulan sabit. 

Belum sempat ia berujar, ribuan sulur dan akar keluar dari dalam tanah dan seketika menghabisi semua penjaga. 

Sulur-sulur itu menyerap jiha dari tubuh mereka hingga kering, kemudian darah dan daging mereka.

Satu persatu penjaga berjatuhan, ibarat kulit pohon kering yang gugur ketika musim gugur berakhir. Para penjaga jatuh, layu dan mati.

Sang Kapten yang adalah kesatria tingkat bulan sabit masih mampu bertahan, ia berusaha berteriak, namun akar-akar itu segera naik dan menarik lidahnya. Tubuhnya kaku tak mampu bergerak, hanya gerakan bola matanya yang bergetar ke kanan dan kiri yang menjelaskan semua. 

Akar itu kemudian masuk ke tubuhnya, ke dalam kerongkongan hingga ke lambungnya. Menghancurkan dia dari dalam, ia tidak bisa melawan karena akar dan sulur itu membawa racun neurotoksin yang juga dapat meracuni jiha!

Ahli obat pada masa lalu adalah juga ahli racun, dan sebaliknya seorang ahli racun pasti juga seorang tabib yang hebat. 

Oleh sebab itu tidak ada yang ingin bermasalah dengan tabit dan dokter pada era ini.

Akar itu kemudian menarik masuk jenazah-jenazah itu masuk ke tanah, meninggal lubang-lubang yang begitu banyak. 

Suasana kembali menjadi teduh, tak lama angin membawa dedaunan jatuh dari pepohonan, seorang pria berambut, alis dan mata abu-abu terbentuk dari ribuan daun. 

"Fidelis, mengapa kau tidak menyisakan mangsa untukku?!" Sosok tanpa kepala menjambak sebuah kepala yang berbicara, membawanya dengan tangan kanannya. 

"Caramu terlalu lama, lagi pula seorang kapten penjaga saja memiliki kekuatan tingkat bulan sabit," ia kemudian mengarahkan pandangannya pada kastil gelap yang menyatu dengan tebing.

"Kehadiran kita sudah diketahui, buat apa sembunyi-sembunyi?!" Canabis bertanya, ia kemudian menyodorkan tangannya, seakan meminta sesuatu dari Fidelis.

Fidelis kemudian mengambil kapak besar dari dalam cincin interdimensi miliknya kemudian menyerahkan pada Canabis. 

"Canabis kita berpencar, aku akan melakukan serangan kejutan, kau alihkan perhatian mereka!" Fidelis kemudian menghilang, menjadi dedauan dan terbawa angin ke arah kastil gelap itu.

"Hahaha mari mulai parade kematiannya!" Canabis tertawa dan dengan riang berjalan dengan langkah bessr ke arah kastil besar itu.

Sementara para tawanan tertidur pulas oleh sebab obat tidur yang dikeluarkan tanaman milik Fidelis, para tawanan hanya orang biasa yang tidak memiliki jiha mungkin hingga semua yang terjadi selesai mereka mungkin belum sadar juga.

***

Hans dan pasukannya mengikuti makhluk-makhluk itu dari belakang, tiba-tiba ia terhenti, kemudian ia seakan mendapat sebuah wahyu,"Sesosok makhluk tanpa wajah, dengan tubuh seperti manusia duduk bersila di udara. 

Ia berada di atas sebuah kastil besar, puluhan ribu makhluk seperti asap yang menyerang Alexander sebelumnya mengelilingi dirinya.

Penglihatan itu berakhir, Hans terengah-engah, pasukan itu kemudian melihatnya dengan khawatir.

Hal itu terjadi hanya dalam hitungan detik, tapi mereka dapat melihat wajah Hans terkejut. 

"Mengapa ia ada di sini?!" Hans berucap pelan, pasukannya mendengar suaranya.

"Gusti Raden, siapakah yang anda maksud?!" Bayu bertanya. 

Hans terdiam, kemudian menjelaskan.

"Ketika aku meninggalkan kota Elim dan dalam perjalanan menuju akademi, aku bertemu dengan seekor roh rusa hutan,"

"Ia kemudian membawa aku menemui tuannya, Danyang, ia duduk di sebuah kursi besar yang berukuran seperti gunung."

"Ia berkata akan memberikan kekuatan luar biasa bila aku mengijinkannya tinggal dalam tubuhku," Hans terdiam.

"Ia memberi aku waktu lima tahun, tapi sekarang belum genap. Apa yang ia lakukan di sini?!" Tanya Hans. 

"Anda melihat Danyang itu di sini??" Tanya Bayu, ekspresinya berubah. 

Hans menggeleng,"Ia memiliki dua belas murid, dan makhluk yang aku lihat adalah salah satunya. 

"Kita harus menunggu, bila kita maju sekarang akan sangat berbahaya bila kita terjebak di antara pertarungan mereka." Hans kemudian menutup mata dan bermeditasi, bertanya kapada tuan Yu'da apa yang harus mereka lakukan.

"Pergilah ke Utara, mendakilah dari sisi air terjun,"

"Berhati-hatilah.." Suaranya terdengar dalam hati Hans, ia kemudian membuka matanya. 

"Kita memutar, kita gunakan jalur lain." Pasukannya kemudian mengangguk, mereka kembali mengenakan topeng dan melompat dari satu dahan ke dahan lain. Seperti bayangan mereka muncul di satu cabang kemudian menghilang dan muncul di cabang lain.

Ketika mereka tengah berlari burung merpati itu kemudian terbang keluar dari kening Hans, kemudian melayang dan berubah menjadi rajawali, ia terbang dan menembus awan. 

Membuat Hans dapat melihat semua lanskap dengan jelas!

**

Canabis berdiri di tengah ratusan orang, mereka semua memiliki kekuatan beragam, yang paling lemah adalah kesatria bintang tingkat tiga dan yang paling kuat adalah kesatria tingkat bulan purnama. 

Meski dikepung Canabis hanya tertawa lepas,"hahaha sangat menyenangkan sangat menyenangkan!" 

Ia kemudian melepaskan cahaya merah berbentuk tabung yang semakin lama semakin besar dan menyelimuti mereka semua. 

"Domain Ilusi!" Canabis tersenyum jahat. 

Canabis berjalan santai ke arah seorang penjaga, ia menepuk bahu sang penjaga, yang kemudian membuat penjaga itu berbalik dan melihat orang lain yaitu temannya, namun karena ilusi rupa temannya menjadi seperti Canabis yang tengah tersenyum mengejek. 

Keduanya kemudian saling membantai, keduanya melihat wajah lawan mereka adalah sang penyusup. 

"Hahahah" Canabis tertawa, melihat musuh-musuhnya seakan sakau akibat obat terlarang dan kehilangan kesadaran mereka oleh karena ilusi miliknya. 

"Sebuah maha karya yang begitu indah!" Ujar Canabis kemudian berlalu dengan bangga dalam langkah kaki besar.

Sementara itu.

Fidelis menginjakan kakinya di sebuah aula besar, di belakangnya ratusan orang mengering. Sebagian tertancap ke dinding, sebagian terbelah-elah.

Mereka semua terbunuh dengan cara yang amat sadis. 

Ketika ia memasuki aula, seorang pria tampan duduk di aula besar itu. Ratusan penjaga lainnya melindungi dia, tiga orang diantaranya mengenakan jubah hitam.

Pasukan ini terlihat berbeda, mata mereka memerah, tubuh mereka pun seakan habis terebus air panas. Mereka seperti Ananias ketika ianhilang kesadaran.

Ia tersenyum ke arah Fidelis,"Akhirnya engkau datang juga!"

"Syring O Meylia! Sekarang aku akan membantai mu, menghancurkanmu! Melemparkan jasadmu pada belatung! Dan menikmati setiap proses dagingmu termakan hidup-hidup!" Fidelis yang sebelumnya pendiam dan dingin itu menunjukkan keganasan seperti serigala yang terpojok. 

Ia melepaskan semua amarahnya yang ia tanam dan sirami setiap harinya.

"Syeni maaf membuatmu menunggu begitu lama, tapi hari ini aku akan membalaskan dendammu!" Ujar Fidelis, kemudian tempat itu bergetar. Tubuh Fidelis kemudian bercahaya, cahaya berwarna hijau yang kemudian merubah sebagian tubuhnya menjadi mengeras seperti pohon. 

Suara dengung keras terdengar, tak lama ribuan tombak akar menembus seluruh aula dan menyerang ke arah Syring O Meylia dan pasukannya.

Ketika di lihat dari luar, ratusan Treant memanjat kastil itu, membuat seakan kastil itu di penuhi pepohonan. 

Author's Note:

Maaf yaa telattt, yang punya akun Dreame aku boleh minta follow kah? Hehehe Terimakasih.

@gulahitam