Edited by Mel
"Mohon maaf atas ketidaksopanan karena kami memakai topeng, tapi saya pikir ini cocok dengan julukan kami sebagai Hidden Count dan Hidden Manor!" Ujar paman Odel yang tersenyum dari balik topengnya.
"Ini?" Tanya keduanya ke arah Ratu.
"Pria ini adalah guru Hans dalam hal The Way of The World, panggilannya adalah Faceless." Sang Ratu tersenyum dan memperkenalkan.
Keduanya hanya mendengus, mereka membungkuk ke arah Ratu dan pergi setelah mendapat izin,"Yang Mulia, upacaranya sudah selesai kami berdua ijin meninggalkan tempat ini."
Paman Odel mengikuti arah langkah keduanya, topeng polos tanpa figur itu memandang kedua orang petinggi kerajaan itu.
"Bagaimana? Sombong dan angkuh bukan?" Tanya Sang Ratu.
"Mereka adalah sebagian contoh dari orang-orang kuat dan kaya, mereka tidak menganggap orang biasa sebagai lawan bicara yang sepadan."
"Di dunia ini, di mana kita hidup sekarang, kekuatan dari jiha mengubahkan banyak hal, namun yang paling banyak berubah adalah manusia."
"Engkau mungkin belum merasakannya, tapi mereka yang melewati tingkat bintang, merasakan perbedaan yang begitu besar." Sang Ratu mengelus kepala Hans.
"Sebuah perbedaan.."
"Perbedaan, seakan-akan kau bukan lagi manusia."
"Namun dewa.." Sang Ratu berjalan keluar, meninggalkan Hans, Paman Odel dan Bayu.
Hans menghitung dengan jarinya, berpikir.
Di sisi lain, Paman Odel melihat ke arah Bayu,"Sebegitu besarkah godaan kekuatan, Bayu?"
Bayu memandang paman Odel, ia berbalik. Menarik nafas, kemudian berbalik lagi menghadap paman Odel.
Ia mengangguk,"Kekuatan itu seakan bertanya, siapa aku?! Ketika kita menjawab ia akan melemparkan sebuah keraguan, membuat kita terus berjuang untuk mengingat siapa diri kita."
"Setiap orang yang mencapai tingkatan bulan akan menghadapi pertanyaan ini. Masing-masing harus mencari jangkar mereka, jangkar yang mengingatkan mereka tentang siapa diri mereka." Sambungnya.
"Raden, Raden sudah mencapai siklus terakhir dari pertapaan tingkat bintang." Ia terlihat ragu, namun tetap melanjutkan penjelasannya.
"Terlebih lagi, siklus yang Raden alami teramat sempurna, aku tidak percaya hal semacam ini nyata! Tapi Raden memilikinya, suara itu pasti datang juga, aku khawatir Raden-" Ia belum menyelesaikan perkataannya, namun Hans mengangkat kepalanya.
Hans menggeleng,"Paman Bayu, aku tentu mendengar perkataan itu, namun Tuan Yu'da selalu ada bersamaku. Ia sudah terlebih dahulu menanyakan pertanyaan ini satu tahun lalu!"
Hans berjalan, melewati Bayu dan Odel yang kebingungan.
"Setahun lalu?!" Bayu membatin, terheran.
"Lalu apa yang Raden jawab?" Bayu bergetar, bercampur cemas dan ketakutan. Ia sendiri menghadapi betapa besar keraguan yang ia rasakan setiap kali harus menjawab.
"Aku melihat jawabannya bukan sebagai jangkar, karena kapal tetap harus berlayar dan mengangkat jangkar." Hans berhenti, terlihat perubahan besar terjadi pada Hans setelah kematian Ananias tiga bulan lalu.
"Aku tidak mempunyai apa-apa, identitas yang aku miliki sekarang ada karena pemberian Ratu, sedangkan satu-satunya yang aku temukan menggunakan kekuatanku sendiri adalah semesta."
Ia berbalik dan tersenyum dengan begitu bahagia,"Bila semuanya diambil dari padaku."
"Kekuatan, kekayaan, kepandaian, segalanya."
"Yang tersisa adalah pengenalan ku akan semesta, semesta baru yang Tuan Yu'da tunjukkan setelah kematiannya." Hans tersenyum, Odel dan Bayu lupa kapan Hans terakhir kali tersenyum seperti ini.
"Aku sudah mengenal jiha dan kekuatan jauh sebelum memasuki akademi, mengenalnya dari seseorang bernama Tuan Atkinson."
"Ia orang yang sangat kuat, namun yang ia tunjukkan adalah jiha dan kekuatan yang dingin. Kekuatan yang dipenuhi kematian dan ketakutan." Hans mengingat masa-masa perjumpaan pertamanya dengan jiha.
"Bahkan jauh dari pada itu, mungkin orang berpikir aku menolak mengingat masa laluku.."
"Namun sebenarnya berbalikan dengan itu semua, aku mengingat jelas setiap detik dari masa-masa itu."
"Ayahku, bahkan mentransplantasi ingatannya padaku, sehingga aku seperti orang tua yang hidup kembali. Beberapa bulan ini aku seperti hidup di posisinya."
"Dari masa kecilnya, hingga kematiannya. Aku menjalaninya, di posisinya." Ujar Hans.
"Aku merasa sangat tua saat ini, seperti kehilangan jati diriku. Kematian Ananias seperti merenggut helai terakhir dari kekanakanku."
"Namun akhirnya aku sadari, aku bukan ayahku, bukan pangeran."
"Aku adalah diriku sendiri, kehidupanku dimulai dari panti asuhan."
"Setidaknya itulah memoriku yang masih asli dan kubuat sendiri." Hans terhenti sejenak dan menghela nafas.
"Yang terpenting adalah di mana hati kalian berada. Di mana akar kalian berada, ketika aku kehilangan segalanya dan bukan apa-apa."
"Aku menemukan Semesta, dan itu cukup."
"Tuan Yu'da memberikan sesuatu yang bahkan jiha tak mampu beri, yaitu pengenalan tentang siapa pencipta dunia dan rahasia hati-Nya."
"Hal ini tak bisa diambil dari padaku dan ini aku. Pribadi yang mencari tahu tentang semesta."
"Pertanyaan mengenai siapa diriku, sudah terjawab puluhan tahun yang lalu!" Hans berbalik dan menepuk pundak Bayu.
Bayu mematung dan memandang Hans, tak lama jiha bergelora di sekelilingnya.
Ia berhasil mencapai tingkat bulan sabit, tingkat pertengahan dari pertapaan tingkat bulan.
"Raden, aku adalah Bayu. Bukan lagi senopati termuda Nusantara. Tapi aku kini Bayu, pedang Raden untuk berjalan mencapai Ridho Semesta!" Matanya bercahaya, penuh keyakinan.
Segala keraguan yang menghalanginya menjadi lebih kuat, terhapuskan oleh ucapan Hans.
Hans pun tidak menyadarinya, ketiganya dilingkupi jiha berwarna biru laut. Mereka dapat merasakan kesegaran lautan, seakan mereka terbenam ke dalam laut dalam.
Paman Odel memandang keduanya terkesima.
Setelah lebih beberapa jam, Bayu berjalan keluar dari aula.
Ia masuk ke dalam ruangan Hans, di dalam, keempat kapten pasukan berlutut, Bartus dan Benaya berdiri di kanan dan kiri Hans.
Pemuda itu kini tengah mengangkat glaive hitam, ia tidak mengenakan atasan, otot dan auranya memenuhi ruangan.
Melihat Bayu masuk, ia menghentikan latihannya.
Ruangan Hans berbeda dengan yang dahulu. Tempat ini sebelumnya merupakan ruang rapat yang amat besar, namun Hans membuatnya menjadi tempat latihannya.
Tempat ini pula adalah tempat pertemuan rahasia mereka, tempat ini kedap suara.
"Paman Odel, Anda memilih berbicara ketika menghadapi kedua orang itu di aula. Meskipun aku sudah berakting dengan baik, pasti Anda punya maksud lain?" Hans meletakkan, Glaivenya di atas meja kayu. Terlihat Glaive itu seperti ringan, namun lengan dan otot Hans seperti bergeliat karena dikerahkan sedemikian rupa.
"Tentu tuan muda, mereka berdua adalah rubah licik yang hidup lebih dari dua ratus tahun. Mereka pasti mencium kejanggalan bila tuan terlihat begitu kekanakan, apalagi mereka tahu apa yang tuan muda lewati."
"Oleh sebab itu aku membuat mereka fokus kepadaku!" Ujar Paman Odel.
"Tapi Anda menempatkan diri Anda dalam bahaya!" Ujar Hans pelan.
"Aku harap Anda sudah menyiapkan strategi khusus,"
"Paman Bayu aku harap Anda selalu siap memberi bantuan." Hans menatap paman Odel kemudian ke arah paman Bayu yang mengangguk ke arahnya.
"Baltus, bagaimana proses pembangunan fasilitas rahasia kita?" Hans berpaling ke arah Baltus.
"Boss, kita sudah membeli sebuah manor kecil di tengah hutan, letaknya berdekatan dengan akademi."
"Tempat itu adalah tempat kita menumbuhkan bibit, melakukan penelitian dan juga fasilitas penyelamatan."
"Hanya saja letaknya sangat jauh dari kota dan diyakini sebagai tempat berhantu."
"Dan satu hal lagi, aku baru mendapatkan informasi baru. Jumlah penduduk daerah miskin yang mati sudah mencapai sepuluh ribu orang."
"Kematian dan penculikan terjadi di ribuan titik berbeda, sehingga banyak yang tidak menyadarinya!" Ujar Baltus.
"Boss, kegiatan pembelajaran di akademi akan diselenggarakan beberapa hari lagi, biarkan aku membayar orang menyelidikinya, misi ini terlalu berbahaya!" Ujar Baltus mengingatkan.
Bayu dan para kepala pasukan mengangkat kepala dan memandang Hans.
Sosok muda yang tengah meminum teh itu terlihat begitu berubah, ia tidak lagi terlihat seperti anak-anak.
Memori seluruh hidup sang ayah memaksanya seperti bereinkarnasi menjadi sang ayah, ia hampir-hampir gila ketika seluruh informasi itu masuk ke kepalanya.
Hal ini sangat berbahaya dan jahat, Hans tidak membayangkan sang ayah melakukan hal ini padanya.
Ia hampir-hampir kehilangan jati dirinya.
Bisa dikatakan, ia telah melalui begitu banyak kehidupan. Menjadi orang lain untuk beberapa bulan.
Ia menggeleng,"Ini jalan yang ku pilih. Hanya aku sendiri yang bisa menjalaninya, atau aku bukanlah diriku lagi!"
"Aku mau keluar mencari udara, siapa yang mau ikut?!" Ia berujar, kemudian tersenyum dan mengenakan topengnya.
"Kami siap tuan muda!" Ujar seluruh penghuni ruangan, semangat luar biasa membuat tempat itu seakan bergetar.
Di sudut ruangan, seorang bocah kecil juga berlutut, Levi mengenakan katana di pinggangnya.
Ia kemudian menghilang seperti bayangan, teknik yang ia gunakan adalah langkah ketujuh dari tujuh langkah penciptaan.
Seorang Magi termuda dalam sejarah, bukan, sebutan yang tepat bagi mereka adalah 'reader' atau 'pembaca' dalam bahasa Utara.
Hans membentuk sebuah jaringan pencari informasi, mereka belum bisa melihat jiha namun dengan teknik yang Hans buat, orang tidak perlu dapat merasakan jiha baru bisa belajar dan menggunakannya.
Teknik Hans justru berkebalikan, teknik ini membantu manusia mempelajari karakter jiha berdasarkan gerakan tubuh yang ia buat.
***
- Suatu tempat di Pinggir Kerajaan Exodia -
Saat itu larut malam, berada di perbukitan tempat penggirikan anggur. Tempat itu di kelilingi tembok tinggi. Sekelilingnya dipenuhi pohon tinggi sehingga orang tidak dapat melihat tembok di belakang rimbunnya pepohonan itu.
Suara orang mengetuk gerbang terdengar.
"Siapa?" Suara dari balik gerbang.
"Membawa kiriman selanjutnya, ini kiriman terakhir bulan ini!" Seorang pria berambut, alis mata dan bola mata abu-abu terdengar.
"Hey, tunjukkan buktinya!" Seseorang mengintip dari atas gerbang, aksara pelindung di sekitar tembok menyala.
Seekor ular besar merayap, terbentuk oleh aksara dan membuka mulutnya siap menyerang.
"Baik-baik" ia membuka tangan kirinya, sebuah tato naga berkepala enam bergerak seakan-akan hidup.
"Baik, cepat bawalah masuk!" Ujar Penjaga.
Sang pria berambut abu-abu itu kemudian berteriak,"Canabis!"
"Cepat bawa masuk kirimannya!" Seorang pria dengan kapak mengangguk dan menarik enam kereta besar hanya dengan tangannya. Kereta itu ditarik oleh satu orang.
Setelah kereta itu masuk, bayangan tembok dan segalanya menghilang. Seakan tidak pernah ada apapun di sana.
- Di semak-semak satu kilometer dari tempat itu. -
"Tempat itu benar-benar nyata!"
"Ada aksara pelindung di sana, bagaimana cara kita masuk Raden?!" Bayu memberi bahasa isyarat, seperti bahasa untuk berbicara dengan orang tuna rungu.
"Kita menunggu…" Jawab Hans, ia sendiri tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Namun sang burung merpati menuntunnya sampai ke sini.
Hal yang terjadi di depannya juga merupakan kejutan baginya.
Tiba-tiba ekspresinya berubah, ia memberi isyarat,"Sembunyi!"
[Author's Note]
Terimakasih untuk semua supportnya, aku terharu karena kalian setia vote setiap hari. terimakasih.