Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 78 - Aksara 43A Manusia, Kekuatan dan Kegelapan Hati Mereka.

Chapter 78 - Aksara 43A Manusia, Kekuatan dan Kegelapan Hati Mereka.

Edited by Mel

[Mohon maaf karena updatenya telat]

[Sekarang dengan berat hati saya hanya bisa update 1 chapter setiap minggunya. Jadwalnya setiap hari jumat ya]

Tanpa sadar satu bulan berlalu begitu saja, Malcom terlihat kerepotan beberapa hari ini. Hans seakan tidak kenal lelah bekerja melakukan banyak hal.  

Jadwal Hans kini mulai tersusun, menjadi aktivitas rutin yang dilakukan setiap harinya. Setiap pagi-pagi buta dia akan berlatih bersama Benaya hingga pukul sepuluh, kemudian makan dan dilanjutkan dengan mengunjungi perpustakaan kerajaan, membaca di sana hingga pukul empat sore.  

Ketika sore ia kadang mengajar membaca dan memeriksa kesehatan anak-anak yang dahulu menjadi budak. Juga memeriksa hasil latihan para pasukan, Abner, Reinald dan Georgio yang kini bahkan lebih mahir menggunakan teknik yang ia ajarkan sebelumnya. 

Hal itu karena ketiganya berlatih tanpa henti, bukan hanya karena tanggung jawab, namun karena mereka sangat menikmati prosesnya. Sedangkan Hans harus melakukan pekerjaan lain dan tidak hanya latihan.  

Namun hari itu berbeda, Benaya diminta tinggal dan tidak ikut.  

"Ben, tugasmu hari ini adalah istirahat. Tidak perlu ikut denganku, lakukan meditasi dan juga istirahat yang cukup." Ujar Hans sebelum ia menaiki kereta kuda di temani oleh paman Odel, hari itu Marc dan Reinald juga ikut menemani dia.  

"Tapi.." Benaya hendak menolak tapi Reinald menggeleng ke arahnya.  

Benaya merasa terpukul, beberapa hari ini ia bertarung melawan Reinald untuk berlatih. Namun tidak pernah menang, bahkan setelah menggunakan mode perubahannya.  

Benaya berjalan masuk ke dalam manor sambil menunduk, ia kemudian duduk di meja makan dan merenung.  

Sebagai pengawal pribadi Hans, ia satu-satunya yang duduk dan tinggal di dalam ruangan yang sama dengan Hans. Meski berbeda kamar, ia makan dan duduk di meja yang sama dengan Hans.  

Benaya melamun memikirkan masa-masa ketika ia berada di penjara, juga mengingat masa lalunya ketika keluarganya di bantai.  

Ketika ia kehilangan keluarganya, dan pikirannya menjadi cacat, semua orang menjauhinya. Hanya paman Odel dan tuan muda yang memperlakukannya seperti manusia.  

Terlebih tuan muda bahkan mengembalikan kesadaran dan kemampuannya yang telah hilang.

"Aku berhutang banyak.." Gumamnya sembari menunduk.  

"Tch!" Mengepalkan tangannya.  

Hari-hari ini ia berlatih bagai orang gila, membuat tubuhnya yang memiliki tingkat penyembuhan tinggi itu mulai memanggul beban, terlebih juga beban secara mental. 

Bosan, ia berjalan turun untuk melihat anak-anak di bawah. Merasa mereka seperti adik-adiknya sendiri. Ia memandang keluar jendela, melihat ke arah mereka dari kaca tangga.   

Seorang bocah memandang keluar, kemudian terlihat ketakutan. Benaya kemudian menemukan sosok misterius mengenakan jubah hingga menutupi wajahnya.  

"Siapa orang itu?!" Benaya berujar dalam benaknya.

Dengan segera Benaya berlari turun, di depan gerbang ia berpapasan dengan Ananias, namun tidak menegurnya dan berlari keluar. Ananias terhenti dari langkahnya, kemudian mengejar Benaya.  

Benaya mengejar sosok berjubah yang berjalan menjauh, penjaga pintu, anak buah Bayu berjaga di sana.   

*** 

Setelah satu bulan semua orang telah pulih, hanya Bayu yang masih tidak sadarkan diri.  

Ia tertidur di lantai dua, di kamar sebelah kamar Hans. Gorden kain penutup kaca semua disingkapkan oleh para pelayan atas perintah Hans. Kamar itu mengarah ke hutan, terlebih beberapa celah kaca sengaja dibiarkan terbuka agar udara sejuk masuk.  

Tsk..tsk..

Jemari Bayu mulai bergerak, tubuhnya yang tengah tertidur itu bergetar. Matanya perlahan terbuka, karena silau, ia menutup matanya dengan kedua tangannya. 

Setelah beberapa lama, tangannya ia buka dan duduk di kasurnya.  

Melihat ruangan yang tak asing itu ia menghela nafas.   

"Sepertinya kita sampai dengan selamat. Benarkan?!" Ucapnya pelan.

Ia perlahan bangkit dan beranjak dari tempat tidurnya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh  sesuatu.

Ia bergegas menuruni tangga.  

"Benaya?!"

Ketika ia berjalan turun, ia melihat Benaya berlari keluar gerbang, ia merasa hal itu aneh.  

Ia mempercepat langkahnya dan mengikuti dia dari belakang, ia masih mengenakan pakaian tipis berwarna putih, layaknya pakaian pasien rumah sakit. 

Benaya berhasil memegang jubah orang itu, ketika ia menarik pria berjubah itu terkejut. Ia kemudian menarik kepala jubahnya agar menutupi wajahnya. 

"Eh?!" Benaya sedikit terkejut.

Meski tidak melakukan perubahan, tarikannya bisa menarik tiga orang sekaligus, namun sosok di balik jubah itu bisa melawannya. 

Ia merubah tangannya menjadi besar, hendak menarik sosok itu kembali, namun ia justru terlebih dahulu menerima pukulan dari Ananias dari belakang.  

Gubrak! 

Sosok Benaya terpental mengenai lampu jalan, namun tidak ada orang yang melihat mereka. Jalanan itu memang sepi karena berbatasan dengan hutan. Gedung-gedung tua di daerah itu pun terbengkalai dan tidak berpenghuni. 

Benaya berdiri, melihat sekeliling mencari sosok misterius yang kini telah menghilang entah kemana.  

Yang menunggunya hanya Ananias, ia bergerak seperti bayangan, tiba-tiba muncul di sebelah Benaya. 

Benaya mencoba bertahan, namun tidak mampu mengikuti kecepatan gerakan Ananias.  

Ananias meski secara kekuatan berada di daftar tengah bila dibandingkan dengan pasukan yang lain. Namun ia sangat ahli menggunakan langkah bayangan, Benaya menjadi bulan-bulanan. 

"Heh! Tak bisa melawan?! Bukankah kau waktu itu sombong sekali?!" Ananias menghina, ia muncul di sudut kiri, ketika Benaya memukul bayangannya di depan. Ia memukul dengan tangan kiri menyasar muka Benaya.  

"Siapa orang tadi?!" Tanya Benaya tak menjawab pertanyaan Ananias sebelumnya.  

"Sampah! Lemah! Mengapa tuan muda menjadikanmu pengawal pribadi bila kau selemah ini?!" Ananias terus menyerang mental Benaya, seorang bocah berumur sepuluh tahun.  

Ananias muncul dari belakang, menyasar kepala belakang Benaya.  

Benaya terguling, tidak bisa melawan balik.  

Ananias masih mengejarnya, tidak menyerah, ia muncul di hadapan Benaya berusaha menyerang kedua matanya. Tangan Ananias membentuk kail hendak mencolok matanya.  

Kedua tangan itu dipenuhi jiha, disertai nafsu membunuh yang terang-terangan. 

"?!!!!" Benaya terkejut, tak ia kira Ananias mencoba membunuhnya. 

"Apa yang kau lakukan?!" Suara familiar terdengar di telinga Benaya.  

Ketika ia menoleh, Bayu sudah berada di antara dirinya dan Ananias.  

Bayu menangkap tangan Ananias, kemudian menendangnya dengan lututnya.  

Ananias terlempar ke atas, kantung kulit terjatuh dari saku Ananias. Bayu melirik ke arah kantung itu, berjongkok dan memungutnya.  

Baru saja ia pegang, serangan lain datang ke arahnya. Ananias kehilangan kendali, matanya memerah.  

"Berikan obat itu!" Ia berusaha merebut kantung kain di tangan Bayu.  

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Ujar Bayu, ia kemudian meninju Ananias di mukanya.  

Bayu yang baru sadar masih mengenakan pakaian pasien, tubuhnya masih lemah karena lapar. Selama ini ia bertahan karena cairan infus yang membantu metabolismenya secara minimum.  

Benaya bergerak, memanfaatkan serangan Bayu ia melompat seperti gorila, memasukkan tangannya ke lengan Ananias, kemudian mengunci leher Ananias melalui sela-sela lengannya.

Ananias terus meronta, Benaya dengan susah payah membawanya. Pasukan Bayu dan para kapten pasukan pribadi Hans berlarian keluar. 

Mereka terlihat bingung, juga marah karena salah paham.  

"Tuan Bayu, saya minta penjelasan, mengapa Anda memukul orangku?!" Gordon berjalan dengan langkah besar, masih mengenakan pemberat tangan dan kaki, juga bertelanjang dada karena baru saja berlatih.  

"Hmm.. bila aku terlambat satu detik saja Benaya sudah pasti buta!!" Bayu terlihat kesal, moodnya sedang buruk karena ketika ia tersadar langsung menjumpai masalah. 

"Kau seharusnya lebih memperhatikan orang-orang di bawahmu!" Ujar Bayu dingin dan berjalan masuk, ia hanya menghormati Hans dan tidak menghiraukan prajurit Hans.  

Gordon hanya diam, kemudian meminta Benaya membawa Ananias masuk.  

"Jangan lepaskan dia, ikat dia dengan rantai! Dia sedang dalam kondisi mengamuk dan kehilangan kesadaran!" Suara dingin Bayu terdengar di kejauhan.  

Reinald memegang pundak Gordon, mencoba menenangkan dan memberi dukungan. Georgio menyilangkan lengan-nya, pasukan pribadi Hans sangatlah solid meskipun terkadang mereka suka bergulat dan beradu mulut ketika bercanda dan tersinggung.  

*** 

Suara rantai beradu terdengar, hari sudah sore, Ananias tidak mendapatkan obatnya, Bayu telah berganti pakaian dan duduk mengawasi Ananias dengan tatapan dingin.  

Pasukan yang lain menghentikan latihan mereka dan menjaga Ananias. Sebab Bayu menghunuskan pedangnya, tidak ada ampun.  

Hans berjalan dengan langkah besar, wajahnya sangat serius.  

"Minggir!" Ujarnya kesal, pasukan pribadi Hans dan pasukan Nusantara memberi jalan, kedua sisi seakan siap untuk bertarung kapan saja.   

Gordon dan Reinald berada di sisi Hans menceritakan semuanya,"Cukup, aku sudah dengar semuanya." 

Hans menoleh, membungkuk kecil ke arah Bayu,"Paman, bisakah aku meminta obat yang Anda temukan?"  

Suara Hans yang sungguh sopan membuat Bayu berdiri dan membungkuk,"Raden, maafkan aku memukul orang Anda!"  

Hans menggeleng,"Aku percaya pasti ada alasannya.." 

Hans tidak melanjutkan perkataannya, ia kemudian membuka kantung kecil di tangannya.  

Kantung itu terbuka, dan bau anyir tercium dari dalam.  

"Apa ini…?" Ujar Hans pelan, namun suaranya membuat semua mata tertuju padanya.  

"Panggil Baltus kemari! Cepat!" Hans berteriak, ia sudah mendapat sedikit petunjuk namun ia masih ragu.  

Malcom segera berlari, Danang mengikuti dia untuk membantu mencari Baltus.  

"Benaya! Siapkan peralatan ku!" Ujarnya lagi. 

"Reinald, cepat gali lubang sedalam tiga hasta, panjangnya kurang lebih dua meter dan lebarnya satu meter!" Tambah Hans. 

"Abner dan Narda, bantu Reinald!" Perintah Hans lagi, ia kemudian mulai menghitung dengan jarinya.  

Kepalanya berpikir keras, membuka semua ingatannya tentang semua buku pengobatan. 

Ia kemudian duduk di hadapan Ananias, Nardi dan beberapa orang lainnya memegangi dia. 

Hans kemudian membuka semua pakaian Ananias, otot-otot terbentuk sempurna, namun Hans menutup mata dan membuka mata jiha ​nya. 

Hans melihat benang jiha ​​milik Ananias menjadi tiga kali lebih besar dari sebelumnya, tubuhnya menjadi penuh vitalitas.  

Namun begitu banyak bercak-bercak hitam di setiap bagian aliran jihanya​, bahkan telah mencapai uma dan mengubahkan struktur tubuhnya.  

Hati milik Ananias telah membusuk, bahkan rohnya tercemar dan termakan sepenuhnya. 

Perasaan dan nuraninya lenyap, hanya jiwa dan tubuhnya yang tersisa. Ia tidak memiliki perasaan manusianya lagi, Hans tak bisa menyelamatkannya. 

Kepala Hans menunduk dan jatuh di perut Ananias, ia tidak menangis, namun sedih dan merasa gagal.

Seluruh prajurit terdiam.  

"Tuan muda, Ananias terlihat sehat dan semakin kuat? Tapi melihat Anda begini, ada apa?!" Pertanyaan Gordon seakan mewakili pertanyaan prajurit yang lain.  

Baltus berjalan dari belakang Hans, kemudian membungkuk,"Boss, aku sudah memeriksanya, bubuk ini terbuat dari campuran darah dan daging manusia." 

"Juga beberapa jenis daging dan rambut yang aku tidak kenali!" Jelas Baltus, yang kemudian membuat seluruh ruangan bergidik.  

*** 

Tiga minggu sebelumnya 

Ananias pergi menggantikan Gordon untuk membeli perlengkapan perang, Ananias sebelumnya meyakinkan Gordon bahwa dia ahli dalam penawaran.  

Gordon yang mengingat keadaan finansial Hans akhirnya menyetujuinya, hal itu pun karena dia tidak terlalu handal soal bisnis dan transaksi.  

Setiap perwakilan tim pergi menggunakan kereta kuda berbeda, ia berhasil menghemat hampir tiga puluh persen dari harga sesungguhnya. Ia mendapat banyak sisa uang dari hasil usahanya.

Ketika ia hendak berjalan pulang, ketika tengah melihat keluar jendela. Sang pengemudi kereta membawanya lewat jalan yang berbeda, tentu setelah berbincang ia paham maksud Ananias ketika meminta menunjukkan 'keindahan dunia' di kerajaan.  

Ia membawanya ke jalan berisi tempat persundalan dan pelacuran, wanita-wanita tanpa busana berdiri di sepanjang jalan. Masing-masing dengan cara merayu dan gaya yang memikat, Ananias tentu tak berupaya melawan.

Hari berlalu, sore menjelang, Ananias berjalan keluar dari gang sepi tempat dia melakukan 'transaksi' mukanya terlihat puas, ia keluar sambil mengikat tali celananya.  

Ketika ia berjalan keluar, ia dicegah oleh pria berjubah hitam,"Tuan, ramuan penambah stamina! Dengan ini Anda akan mampu menaklukan sepuluh gadis!" 

Mendengar hal itu Ananias mendengus,"Haha.. tanpa obat itu aku bisa menaklukan lima belas gadis! Pergi, aku tidak butuh!"  

Ananias hendak berlalu, namun kemudian pria berjubah hitam itu memegang tangannya. Ananias hendak mendorong dia, tapi tangannya tak bisa bergerak. 

Kuat sekali?! 

"Haha..Tuan, obat ini juga mampu meningkatkan kekuatan Anda! Anda ksatria suci kan?!" Sosok itu tertawa. 

"Maka obat ini akan lebih berguna untuk Anda!" Ia berusaha meyakinkan Ananias.

"Coba saja dahulu, untuk percobaan Anda tidak perlu membayar!" Tambahnya lagi.

Ananias terlihat ragu, namun pada akhirnya tetap mencobanya.

"Hmmm?!" Terkejut, ia mengambil lebih banyak obat dan membayarnya.  

"Kau bisa temui aku di alamat ini..?!" Ia menyerahkan alamat manor padanya.  

Tanpa banyak bicara lagi kemudian pergi, sosok itu tersenyum, senyumnya begitu jahat. Sosok itu tidak lain adalah dokter Doyle. 

Namun kini rambutnya habis, tubuhnya menjadi bongkok dan penuh keriput. Ia menjadi makhluk buruk rupa seperti ghoul.