Wajah cool Charma mendadak lenyap. Dia masih mengucek matanya melihat status Kimansu yang di luar perkiraan. Dia menanyakan hal yang sama untuk memastikan tidak salah lihat.
"Ini serius?"
"Iya."
PIP!
[Kimansu van de Galler, Homeless Hero, King of Bulu-bulu Kingdom, Divine Blue Linx King, Gold Fenrir's Successor]
[Level: 41, XP to next level: 1403]
[HP: 22275/22275, MP: 16929/16929]
[Element: Pyro, Tero]
[Passive Skill:
Son of Nature
- Trent (max HP x 10)
- Boulder (strength + 120%)
- Woodskin (critical life + 200%)
- Stomata (regenerate ability)
Son of Bitch
- Shitmouth (Ability to fraud, excuse, mislead,
- Peeping (Ability to reveal status)
- Taunt (Ability to be hated)
Gold Fenrir's Blessing
- Alpha of the pack (Respected by beastman tribe
- Coating (hide true power)
- Dimensional Door lvl 1 - lesser portal]
[Active Skill:
-Kolero (max) attack & agility x 3
- Super kolero (lvl 2) attack & agility x 8
- Viduparma (max) - infrared vision]
- Teroforte (max) HP & defense x 3
- Teroglido (max) destroy enemy defense 30%
- Super Teroforte (max) HP & defense x 12
- Vidutero (max) ability to see land structure
[Current status: Wanted, Cursed, Loved by beastman]
PIP!
[Strength: 2323, speed : 75, Intelligence : 120, perception: 200]
PIP!
[Attack : 17423, Defense : 51745, Agility: 1500, spirit: 203148]
Alam masih bergejolak saat Kinansu mematikan skill coating. Charma pun masih mengucek mata melihat defense dan HP Kimansu yang terbilang gila.
"HP maksimalku saja tidak sampai angka 5000, statusmu gila, Kimansu!"
"Yang benar?" Kimansu menjawab tidak percaya.
"Iya, sepertinya kamu dapat blessing unik di luar software yang aku berikan." Charma memejamkan matanya saat menempelkan tangan ke dada Kimansu. "Aku coba simulasi angka defense max milikmu dengan attack max punyaku. Pejamkan matamu," perintah Chama menguji kemampuannya."
PIP
[Charma max attack vs Kimansu max defense + HP]
[252000 x 4 = 1008000 VS 51745 + 22275x 12 x 3= 2664720]
"Gila! Mungkin kamu satu-satunya makhluk di dunia ini yang bisa menahan dua kali serangan terbaikku, Kimansu!"
Bukan hanya Charma, Kimansu juga kaget dengan angka 2,6 juta yang muncul di simulasinya. Dia baru tahu bahwa salah satu skill unik miliknya ternyata melipat-gandakan HP dan defense di angka yang mengejutkan. Namun belum sempat dia merayakannya, Charma lebih dulu memberi teguran.
"Kimansu, spiritmu benar-benar di angka 200 ribu?" Charma bertanya sambil mengernyitkan dahinya. "Aku kira cuma 20 ribu."
Kimansu ikut-ikutan mengernyitkan dahinya. Dia mengherankan teguran itu karena sampai detik ini dia belum tahu fungsi dari spirit itu sendiri.
"Memangnya spirit itu buat apa?" Dia bertanya.
Charma sejenak menunjukan gestur berpikir. Dia menepuk pundak Kimansu dan menjelaskannya dengan wajah datar.
"Spirit itu kualitas jiwa seseorang. Itu yang membuat alam bergejolak. Jumlah spiritmu itu 20% dari spirit seorang dewa terendah. Kamu tahu artinya?"
"80% lagi untuk menjadi dewa."
"Iya. Dan kamu harus segera menghidupkan skill coating-mu sebelum posisi kita terendus N.A.O"
***
Dua orang berjas rapi hilir mudik seakan mencari sesuatu di sebuah hutan. Kimansu yang tidak jauh dari mereka, berdiri gemetaran karena dua agen N.A.O itu pasti sedang mencari dirinya.
"Kenapa kamu baru bilang kalau jumlah spirit itu yang dilacak para dewa?" Kimansu berbisik protes.
Tapi Charma justru bersikap santai seakan dua agen N.A.O itu bukan ancaman.
"Tenang saja, selama spirit kita tertutup, mereka tidak akan tahu kita ini Homeless." Charma bicara tanpa repot-repot mengecilkan volume suaranya. Dia melirik jas salah satu agen itu dan berkata, "Kamu lihat tambalan kain di jasnya? Mereka itu cuma karyawan rendahan. Kita aman selema pura-pura tidak melihat mereka."
Kimansu melirik ke arah yang sama. Dia melihat dua agen itu bercengkrama dengan gaya bermalas-malasan.
"Kenapa pula kepala bagian menyuruh kita ke sini? Buang-buang waktu saja." Salah satu agen itu mengeluh. "Memangnya makhluk apa yang spiritnya cuma segitu?"
"Entahlah, mungkin dewa lokal. Biasanya kaum-kaum primitif itu menyembah binatang hingga spirit mereka naik," jawab rekannya sambil menyulut sebatang rokok.
"Bagi dong."
"Wah, rokokku tinggal sebatang nih."
"Kalau begitu joinan."
Agen itu langsung mematikan rokoknya. Dia mengeluarkan sebungkus mie instans dan alat masak portable dari sebuah portal.
"Kamu lapar? Kita joinan mie goreng, yuk."
"Ide bagus!"
Kimansu yang melihatnya langsung mencolek pinggang Charma.
"Mereka miskin sekali, aku jadi ingat seseorang."
"Kamu menyindirku?" Si Charma tersinggung. "Begini-begini aku ini mantan dewa manajer, tahu. Aku bukan kere. Uangku cuma habis buat gacha."
"Dapat ampas? Makan nasi kecap?"
Charma pura-pura tuli. Dia justru hendak menghampiri dua dewa yang baru selesai masak mie instans.
"Kamu mau ngapain?" Kimansu berbisik panik.
"Mengusir mereka."
Spontan, Kimansu berusaha keras mencegah Charma yang mau berbuat seenaknya. Attacker bertombak itu hanya menanggapinya dengan satu ayunan tangan.
"Kamu lupa aku ini mantan dewa? Aku tahu kelemahan dua agen itu. Lebih baik kamu diam dan pelajari caraku mengusir mereka."
Jantung Kimansu semakin deg degan. Tapi dia hanya bisa diam saat Charma membuka celana dan mengencingi mie instans yang hendak dua dewa itu makan.
Kontan, dua agen N.A.O histeris melihat mie gorengnya jadi mie kuah.
"Makan siangku!!!"
"Kurang ajar!!!"