"Sejak awal kau datang kemari, niatmu bukan untuk belajar kan?" Meena memulai pembicaraan.
Vivian menghela napas panjang, pandangannya di alihkan ke arah lain. Dia mempermainkan sesuatu di tangannya. Dia pun hanya terdiam.
"Vivian, kau tahu kan kita itu saudara. Aku bukannya tidak mengetahui niatmu itu. Kau tidak pantas memiliki perasaan lebih terhadapku. Apa kata orang tuamu nanti?" Meena mencoba memberikan pengertian. Alasan orang tua selalu menjadi salah satu senjata ampuh pada saat penolakan cinta di lontarkan untuk mengurangi rasa sakit hati.
Vivian hanya tersenyum kecil mendengar penolakan halus sepupunya itu. Oh, ternyata dia sudah menyadarinya sejak lama rupanya. Pantas saja sikap Meena selalu saja dingin padanya. Tapi itu bagus, sekarang jadinya sudah tidak ada lagi yang akan di tutup-tutupi.
"Sudah terlambat, sepupu." Balas Vivian singkat. Dia masih belum menatap Meena.
"Terlambat, apa maksudmu?" tanya Meena bingung. Apa lagi yang akan Vivian perbuat kali ini.