Chereads / elina / Chapter 3 - bab 2

Chapter 3 - bab 2

Saat sudah di depan istana aku mulai menyelinap. Aku tidak menggunakan teknik portal untuk langsung masuk kepenjara bawah tanah. Karena istana ini memiliki lapisan yg menghalai portal apapun masuk atau keluar. Kecuali orang tertentu (orang kepercayaan).

Aku menyelinap. Dan melihat penjaga disini memiliki sedikit bagian terbuka di penutup kepala bagian belakang Dan kugunakan untuk membuat pingsan Penjaga yg menghalangi jalanku. Aku memukul kuat dikepala mereka. Dan memberi ramuan yg jika dihirup akan membuat tertidur selama 2 jam.

Banyak yg berubah dari istana ini. Aku agak penasaran kemana mereka membuang foto keluarga kerajaan sebelumnya. Foto ayah dan ibuku.

Aku melihat pintu penjara menuju bawah tanah dijaga 4 orang penjaga. Aku melempar bom asap. Dan memukul kepala 3 penjaga dengan cepat. Saat hendak memukul kepala penjaga ke empat dari belakang. Tangan sang penjaga dengan sigap menangkap tanganku dan membantingku kelantai dengan kuat.

"Ah.."ringisku pelan. Lalu langsung bangkit.

Aku langsung membuat tanganku berapi dan langsung melesat kebelakang sang penjaga. Aku hendak membuat pelindung kepalangnya panas.

"Kau.."ucap penjaga tersebut kesal dan langsung menarik pedangnya dari sarung pedangnya dipinggang. Dan menusukku.

Pada saat menusukku penjaga melihat tubuh tersebut menjadi air. Dan langsung jatuh kelantai membuat genangan air dan beberapa menjadi gelembung.

"Hei penjaga"ucapku sinis

Lalu langsung dengan cepat memukul kepala sang penjaga.

"Selesai. Berikan aku kuncinya."ucapku sinis lalu mengambil kunci di pinggangnya."terima kasih. Sebagai hadiah hirup ramuan ini"ucapku sambil memberi ramuan tersebut ke hidung penjaga.

Aku juga memberikan ramuan ke 3 penjaga lainnya.

"Permisi. Mimpi indah"ucapku pelan dan dingin sambil melangkahi tubuh penjaga tersebut.

Aku melihat ada

Saat dibawah tanah aku melihat penjara satu persatu. Dengan obor api. Yg ada di depan pintu saat awal masuk ke bawah tanah disini gelap dan kotor.

Aku melangkah pelan. Dan memeriksa satu persatu. Melihat mayat yg diborgol tangannya dengan penyegel sihir. Banyak mayat disini. Bahkan pintu selnya saja ter-alir aliran listrik.

Aku sampai ke 2 sel terakhir. Seingatku ini sel terakhir. Sudah lama aku tidak kesini. Tapi ingatanku selalu benar.

Saat aku melihat 2 sel terakhir. Aku melihat ada 4 orang disetiap sel. Dan aku melihat..

"Fia.. Kamu tidak apa-apa"tanya ku lalu langsung meletakkan obor api di tanganku.

"Elina. Kenapa kamu disini?"tanya fia.

"Aku seharusnya yg bertanya begitu"ucapku agak marah.

Aku dengan cepat membuka sel tersebut dengan kunci sel.

Lalu membuka borgol ditangan fia.

"Elina.."ucap fia lalu langsung memelukku.

"Kamu harus memberi tauku semuanya"ucapku pelan sambil membalas pelukannya.

"Iya. Sekarang kita harus kabur."ucap fia serius.

"Bebaskan satu sel lagi dan borgol ditangan mereka. Aku akan mengobati yg terluka sebentar."ucapku lalu memberi kunci kepada fia.

"Fia apa kerajaan sudah mengetahui wajah kalian?"tanyaku serius sambil mengobati Teman fia

"Tidak. Penutup wajah kami tidak dibuka sejak tadi. Dan kudengar seharusnya wajah kami ditunjukkna besok saat eksekusi mati kami didepan masyarakat. Kerajaan juga belum melihat kami dari tadi"

Kami langsung pergi keluar sel. Fia dan 7 temanya memakai masker sejak didalam sel.

Saat kami keluar dari area bawah tanah.

"Berhenti"perintah seseorang.

Kami langsung berhenti dan melihat didepan kami ada 30 penjaga.

"Menyerah. Aku akan memberi hukuman kalian ringan. Aku pangeran dimas"ucap dimas serius dan tegas.

"Atau jika tidak menyerah akan langsung dibunuh. Oh iya perkenalkan aku pangeran angga. Dan ini lisa penjagaku"ucap angga tegas.

Kami dalam posisi diam. Fia dan 7 kawannya tidak ada yg berani bicara.

"Ayo kita bermain pangeran."ucapku sinis

"Kau menantang kami pasukan kerajaan"ucap dimas dingin

"Tepat. Tangkap kami dengan cepat. Dan kamu boleh langsung membunuhku."ucapku dingin

"Baiklah. Kamu mengambil keputusan sendiri. Kalian akan mati dan dikenal lemah dan pecundang"ucap dimas tegas.

"Tapi, aku rasa kamilah yg akan bertahan hidup. Dan kerajaanlah yg akan malu. Karena kalah dari sekelompok pemberontak."ucapku sinis

"Kita lihat saja nanti. Aba-abaku tangkap dan serang mereka. Dalam hitungan satu, dua, tiga..."

-bersambung