Bagaimana aku mulai bertanya saat akan bertemu dengan Zein nanti darimana aku harus mulai membahasnya. Seharian ini aku memikirkan tentang hal itu saja sungguh membuatku pusing.
" Woy Verli kok nglamun aja sih lo daritadi pagi," buyarlah lamunanku karena dikagetkan oleh Echa.
" Ehm gak papa cuma lagi mikirin pelajaran aja kok," jawabku sepertinya sahabatku ini sedikit tidak mempercayai ucapanku dia menaikkan alisnya seperti sedang berpikir,
" Udah ah ke kantin yuk gue belum sarapan ,!" untunglah Indah datang dan menyelamatkanku dari interogasi Echa yang siap dilancarkan padaku.
Sampailah kami di kantin kami bersenda gurau sambil menikmati makanan kami. Tiba-tiba ada seseorang bergabung bersama kami.
" Aku boleh gabung gak disini,?" Kak Citra ternyata yang tiba-tiba duduk disebelahku.
" Iya kak silahkan kak,!" aku mempersilahkan dia duduk kami bertiga seketika itu berhenti bersenda gurau karena merasa tidak nyaman dengan situasi ini.
Kami meneruskan makan dengan hening dan akhirnya aku memutuskan akan kembali ke kelas.
" Verli nanti pulang sekolah kita bisa bicara gak berdua,?" kak Citra tiba-tiba membuka percakapan.
" Ehm bisa kak tapi aku juga gak bisa lama," jawabku.
" Ok dech nanti tunggu aku di lapangan basket belakang ya," aku mengiyakan kemudian aku,Echa dan Indah berpamitan untuk kembali ke kelas.
" Ver ada apaan kok tumben banget kak Citra nyariin lo,!" Tanya indah penasaran.
Aku menggelengkan kepalaku, tentu aku juga penasaran kenapa kak Citra tiba-tiba ingin berbicara denganku, pasti ada sesuatu yang sangat penting karena tidak biasa dia ingin berbicara denganku.
Bel sekolah berbunyi,
" Kalian pulang dulu aja gak usah nungguin gue," pintaku pada Indah dan Echa karena mereka gak tahu juga kalau Zein hari ini akan datang menjemputku. Ah Zein kenapa aku lupa tidak mengirim pesan untuknya tapi mungkin pembicaraanku dengan kak Citra tidak akan lama.
Aku berjalan menuju ke lapangan basket kulihat kak Citra sudah menungguku sendirian disana.
" Kak Citra maaf udah nunggu lama," sapaku pada kak Citra.
" Enggak kok aku juga baru dateng" katanya dengan lembut kuperhatikan sedikit terlihat kesedihan di wajahnya.
" Verli kamu suka sama Ardha,?" tanyanya padaku aku sedikit kaget mendengar pertanyaannya ni.
Aku terdiam sejenak,
" Gak apa-apa jujur aja,"
Aku mengangguk pelan mengiyakan pertanyaannya yang tiba-tiba itu.
" Kenapa kak Citra tiba-tiba tanya gitu,?" tanyaku singkat.
Kak Citra menjelaskan jika kemarin dia dan kak Ardha bertengkar sehingga dia pergi ke rumah kak Ardha tetapi malah melihat kak Ardha pergi keluar dari rumahnya dan mengikutinya. Dan kak Citra melihat kak Ardha menuju ke sebuah rumah dan itu adalah rumahku. Dia juga melihat kak Ardha yang memegang tanganku dan memandangku.
" Aku juga tahu sebenarnya Ardha suka sama kamu," wajahnya terlihat berubah menjadi sedih.
Aku bingung harus menjelaskan bagaimana tapi aku juga gak bisa memungkiri memang hal itu yang sebenarnya terjadi. Aku juga tidak ingin menyakiti perasaan kak Citra dengan mengatakan sesuatu yang akan menyakitinya karena kak Citra sepertinya adalah orang yang baik.
"Verli sebenarnya Ardha deket sama kamu karena dulu dia ingin bikin aku cemburu dan membalas kesalahan yang aku buat ke dia."
" Maksud kak Citra apa bilang ini ke aku?" aku semakin bingung mendengar perkataannya barusan.
" Mungkin misal aku sama Ardha gak balikan dan dia sama kamu pasti dia gak bisa ngelupain aku karena hubungan kalian di mulai karena Ardha hanya ingin buat aku cemburu n bales aku. Mungkin perasaannya ke kamu hanya sebagai pelampiasan tidak mungkin dari hati dia. Aku sama Ardha udah bersama sejak kami masih SMP, aku harap kamu tahu maksud aku Ver, " jelas kak Citra
Apakah dia ingin aku menjauhi kak Ardha dan memberitahu jika perasaan kak Ardha padaku tidak tulus hanya sebagai pengganti. Aku sungguh tidak percaya kak Ardha bisa seperti itu kepadaku bagaimana kak Ardha yang sangat kukagumi dan ku suka selama ini bisa begini. Kami sangat dekat, dia sangat memperhatikanku, walau aku memang benar-benar tidak memahami benar bagaimana perasaannya padaku sebelumnya.
" Verli aku mohon kamu bisa memahami perasaanku aku bener-bener gak bisa kehilangan Ardha," kak Citra menangis di depanku, bagaimana aku harus bertindak apakah aku harus berhenti sebelum memulai mengenal dia tapi jika aku terus begini aku adalah orang yang egois. Tapi aku juga tidak ingin menjadi menyakiti perasaan siapapun. Mungkin sebelum aku tersakiti lebih jauh lebih baik aku yang mundur dari semua ini. Apakah aku bodoh ataukah ini adalah pilihan yang benar?
" Kak semua adalah pilihan kak Ardha dan kak Citra. Aku gak ingin nyakitin siapapun, aku janji bakal pergi dari kak Ardha jika itu tidak menyakiti siapapun" aku pergi memegang tangan kak Citra kemudian aku beranjak dari tempatku berada.
Aku tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain, walaupun hatiku terasa sakit tapi aku pasti bisa menahannya.
Sebenarnya aku juga ingin mendengar dari kak Ardha sendiri tapi lebih baik aku diam aku tidak ingin menimbulkan masalah yang lebih dalam.
Aku berjalan menuju ke ruang kelasku yang sudah terlihat sepi, aku masuk dan menangis untuk beberapa saat disana.
Drtdrtdrtdrt terdengar hapeku bergetar aku tidak peduli dengan getar hpku...
Semakin lama getaran ponsel dimeja menggangguku.
Kutatap layar ponselku Zein terus menelponku, aku lupa kalau Zein sedang menungguku. Segera kuhapus air mata dan mencuci mukaku ku berjalan menuju gerbang sekolah.
Kulihat Zein turun dari motornya dan mondar-mandir dengan terus sibuk menelpon ke hapeku.
Apakah dia mengkhawatirkanku?