Pelajaran sudah dimulai. Sementara Tn.Elga menjelaskan, semua murid memperhatikan dan mencatat termasuk Arka. Walaupun Arka belum pernah sekolah tapi dia memiliki daya tangkap yang kuat. Tentu saja dia juga bisa dengan mudah beradaptasi dengan kegiatan belajar itu.
"Eh" di tengah-tengah mencatat, pulpen Arka kehabisan tinta. Dia menggosokannya beberapa kali ke kertas, dan itu memang sudah habis.
"Kamu butuh pulpen? Ambil punyaku" Hanna menyodorkan sebuah batang pulpen pada Arka.
Karena Arka tidak memiliki alat tulis lain, dia langsung mengambilnya.
"Terimakasih" Ucap Arka. Ketika Arka hendak menulis kembali, dia memperhatikan pulpen Hanna yang dipegangnya tersebut. Pulpen itu berwarna dasar merah muda dengan motif anime kepala kelinci dan bunga, terlihat sangat imut. Sesaat Arka melirik ke arah Hanna, gadis itu memiliki raut muka polos dan mata jernih yang membedakannya dari orang lain. Sikapnya selalu ceria dan dia juga sepertinya menyukai hal-hal yang imut, gadis ini benar-benar manis!
Arka tidak bisa untuk tidak merasa nyaman saat memandangi Hanna. Entah kenapa Hanna ini mempunyai aura unik yang menenangkan.
Mungkin, dunia manusia memang tidak terlalu buruk. Banyak hal-hal seperti 'Hanna' yang bisa membuat jiwa Arka rileks. Selama ini dia sangat menutup diri dan jarang berinteraksi dengan dunia luar. Soul meditation dan tekadnya untuk balas dendam benar-benar membuat mentalnya lelah. Suasana dan keadaan di sekolah yang aktif dapat perlahan merilekskan fikiran nya. Sepertinya, ide Rha untuk mengirimnya sekolah tidak jelek. Bagaimanapun Arka mulai merasa cukup nyaman dengan atmosfer sekolah tersebut.
Sehari itu Arka menjalani hidupnya layaknya seorang siswa. Tapi dia sama sekali belum banyak bicara dan bergaul dengan orang lain. Siswa lain, walaupun mereka ingin berkenalan dan mengobrol dengan Arka, namun melihat sikapnya yang dingin dan acuh mereka merasa segan. Mereka menduga kalau Arka ini berasal dari latar belakang yang bagus, mungkin setidaknya dia adalah anak pejabat kota atau seorang konglomerat kaya, sebagian beranggapan kalau dia adalah orang biasa-biasa saja melihat penampilannya yang biasa. Namun, siapapun tidak akan menduga tentang identitasnya yang luar biasa.
Ketika hari mulai sore, di balkon gedung kelas lantai dua...
Hanna berjalan santai dengan raut wajah nya yang selalu ceria. Sebuah tas berwarna merah cerah polos menggantung di punggung nya. Saat ini sekolah sudah sepi karena hari telah sore. Hanya ada beberapa orang yang masih terlihat di sana termasuk Hanna.
Ketika Hanna akan turun melewati tangga, ia merasakan sesuatu bergetar dalam saku bajunya, itu adalah ponsel dia sendiri. Seseorang menghubunginya, saat melihat, wajahnya langsung berubah cerah.
"Hallo ibu..
Kenapa kalian tidak bisa dihubungi selama seminggu terakhir ini...
Baiklah aku mengerti Ibu dan ayah sedang sibuk...
Mn dua bulan?
Baiklah tidak masalah,,
Sampai jumpa"
Tut..
Hanna menghembuskan nafas panjang. Wajahnya yang semula berseri-seri sekarang terlihat murung. Tadi itu yang menelfon adalah ibunya sendiri yang sekarang berada di luar kota.
Hanna sudah sejak lama tidak tinggal dengan orang tuanya. Itu karena ayah dan ibunya cukup sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ibunya adalah kepala sekolah yang ditempatkan di sekolah tinggi Lautan Barat, ayahnya juga seorang arsitektur yang sedang menangani proyek panjang di kota tersebut. Jarak dari kota Lautan Timur ke kota Lautan Barat tidaklah dekat. Keduanya dipisahkan oleh kota Lautan Tengah dan Canyon yang luas. Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak kedua kota tersebut menggunakan kendaraan kurang lebih lima jam. Itu sebabnya kedua orang tua Hanna tidak bisa tinggal di kota Lautan Timur sementara mereka bekerja di kota Lautan Barat.
Tapi biasanya mereka akan pulang beberapa kali dalam sebulan untuk menghabiskan waktu dengan Hanna. Namun, tiga bulan terakhir ini mendadak mereka sibuk secara bersamaan. Bahkan mereka sulit sekali untuk dihubungi. Ini membuat Hanna sedikit tidak berdaya, terlebih ibunya baru saja menelfon dan memberitahu kalu dia akan pergi ke luar negeri sore ini untuk kepentingan sekolah selama dua bulan. Itu sangat mendadak, mereka bahkan tidak punya waktu untuk saling bertemu dan mengucapkan selamat tinggal.
Walaupun Hanna merasa kecewa, tapi dia tidak begitu terkejut karena hal seperti itu sudah biasa terjadi. Dulu, ayahnya pernah pergi selama setahun lamanya ke luar negeri, keberangkatannya pun juga mendadak, bahkan Hanna baru mengetahuinya ketika ayahnya sudah terbang. Hal-hal semacam itu sudah biasa dalam hidup Hanna. Ditinggalkan orang tuanya yang selalu sibuk, hidup sendiri dan mandiri. Itu semua tentu bukan hal yang Hanna inginkan, tapi dia tidak pernah mengeluh dengan hidupnya yang seperti itu. Sebisa mungkin dia selalu berusaha mengerti keadaan orangtuanya, sebisa mungkin ia selalu bersikap ceria.
Saat ini walaupun Hanna sedang tidak dalam mood yang baik, dia masih memiliki ekspresi santai di wajahnya.
"Ini sudah sangat sore, aku akan pulang sekarang" Hanna bergumam saat melihat jauh ke bawah dimana lapangan olahraga berada. Di Sana terlihat beberapa orang siswa yang sedang bermain basket, namun sepertinya orang-orang itu telah selesai bermain dan bersiap untuk pulang juga.
Hanna mulai beranjak meninggalkan tempat itu. Saat tiba di lantai bawah, langkah gadis itu tiba-tiba berhenti. Matanya sedikit memicing. Dari arah koridor terdengar suara ribut, seperti dua orang yang sedang cekcok. Hanna dengan berhati-hati berjalan ke sana untuk memeriksanya.
"Seharusnya kamu tidak melawan, Terima kematianmu dengan senang hati itu lebih bagus" Seorang pria berpakaian putih dengan topeng hitam setengah wajah berkata dengan dingin pada pemuda di hadapannya yang sudah babak belur. Pemuda yang dalam keadaan menyedihkan itu memakai seragam hitam plat grey, menandakan kalau dia adalah siswa SMA Lautan Timur. Sedangkan pria bertopeng yang berdiri di depannya itu, dilihat dari pakaian, topeng, dan logo elang bermata biru yang dia pakai, orang bisa menebak kalau pria itu adalah pembunuh bayaran dari sebuah perkumpulan bernama Heavenly Spy!
Heavenly Spy adalah organisasi mata-mata dan pembunuh bayaran yang sudah banyak dikenal orang. Organisasi ini menawarkan jasa pembunuhan dan menyewakan mata-mata untuk semua kalangan dan faksi. Dari mulai orang biasa, mafia, penjahat, pemerintah hingga militer, mereka semua menyewa agen Heavenly Spy untuk menyelesaikan pekerjaan mereka yang tidak bisa dituntaskan sendiri. Kedengarannya memang sangat aneh, tapi itulah kenyataannya. Oleh karena itu Heavenly Spy tidak bisa dianggap legal atau ilegal. Disamping membantu pemerintah mereka juga membunuh orang-orang sebagai pekerjaan mereka.
Pemerintah tingkat manapun tidak bisa mengendalikan organisasi yang satu ini. Heavenly Spy benar-benar terlalu kuat, organisasi ini sudah mengakar di seluruh pelosok dunia. Bahkan jumlah anggotanya pun mencapai jumlah yang mengejutkan. Heavenly Spy, saat mendengar namanya pun orang akan merasakan tekanan besar.
Saat ini, tampaknya salah satu agar Heavenly Spy ini mendapat misi untuk menghabisi salah seorang siswa SMA Lautan Timur.
Sekarang, pemuda malang yang menjadi target itu mengeluarkan darah segar dari pelipisnya. Setelah membela diri habis-habisan, mungkin sekarang dia harus pasrah dibunuh. Dia sama sekali tidak punya banyak kemampuan untuk melawan pembunuh yang sudah terlatih itu.Dewa kematian sudah ada dihadapannya, dia benar-benar sudah putus asa!
"Sudah menyerah, bagus, sekarang... " Pria bertopeng itu tersenyum menyeringai, dia menodongkan pistol ke arah korbannya itu.
Namun.. Sebelum dia sempat menekan pelatuk, satu pukulan keras mendarat di tengkuknya.
'Prak' Hanna dengan sekuat tenaga memukulkan stik bisbol kepada pembunuh itu. Walaupun cukup keras, itu hanya bisa membuat kepala orang tersebut pening untuk beberapa saat.
"Hans, ayo pergi! " Hanna meraih pemuda yang masih bertekuk di lantai dan membawanya lari. Pemuda itu yang bernama Hans bagaimanapun, setelah melihat ada orang yang menyelamatkannya entah bagaimana mendapatkan kekuatan dan harapan baru. Dia bersama-sama dengan Hanna berlari secepat yang mereka bisa. Sementara pembunuh itu, setelah pulih dari peningnya dia juga berlari mengejar kedua orang tersebut.
Lingkungan Sekolah padat dan juga berputar-putar hingga Hanna dan Hans belum bisa keluar untuk meminta bantuan. Sekolah sudah sangat sepi, mereka tidak mendapati satu orang pun ada di sana. Jantung Hanna berdetak dengan sangat keras menghadapi situasi seperti ini. Mereka terus berlari sekencang yang mereka bisa.
'Brukk' saat Hanna berbelok untuk menuju koridor lain tubuhnya menabrak sesuatu yang agak keras. Gadis itu sedikit terpental ke belakang, dan ketika melihat kedepan, Hanna mendapati seorang pria dengan seragam sekolah yang sama dengannya, dia adalah Arka. Hans yang lari bersama dengan Hanna juga berhenti saat Hanna menabrak tubuh Arka.
"Kau.. " Hanna ingin berkata namun orang yang mengejar mereka sudah tiba. Dia dengan takut bersembunyi di belakang Arka dan Hans yang bersamanya juga berdiri di samping Arka dengan khawatir.
Arka sedikit mengangkat alis. Apa yang terjadi dengan kedua orang ini sampai mereka menjadi panik dan berlari-lari seperti itu.
Saat melihat pria berpakaian putih dengan topeng hitam di hadapannya, Arka mengedutkan wajahnya. Heavenly Spy? Arka langsung bisa menebak apa yang terjadi.
"Arka" Hanna berkata dengan nada tertekan.
Arka di sisi lain masih memiliki ekspresi dingin dan datar seperti biasa. Pria bertopeng di hadapannya juga hampir memiliki ekspresi yang sama.
Pembunuh itu sedikit menyipitkan matanya saat melihat Arka. Orang dihadapannya terlihat masih sangat muda tapi memiliki temperamen dingin dan ketenangan yang luar biasa. Bagaimanapun, setiap anggota pembunuh dari Heavenly Spy sangat tangguh dan mempunyai aura menekan yang mengintimidasi. Orang akan gemetar saat dihadapkan dengannya. Namun Arka ini, bahkan tidak menunjukan ekspresi terkejut sedikitpun saat melihatnya. Orang seperti itu benar-benar memiliki kendali diri yang bagus.
"Kau dari Heavenly Spy bukan? Pergilah, aku sedang tidak ingin berkelahi" Arka berkata dengan acuh.
Pembunuh itu tersenyum simpul. Anak muda itu, entah dia sombong atau terlalu percaya diri.
"Aku akan pergi setelah menyelesaikan misi ku"
"Misi? Maksudmu dia? Kau tidak akan bisa membunuhnya sekarang" Ucap Arka seraya melirik ke arah Hans di sampingnya. Hans sekarang memiliki wajah pucat, darah masih mengalir dari pelipisnya.
"Oh benarkah, kenapa aku tidak bisa membunuhnya? Sekarang jangan membuang waktu ku, biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku! " Selesai berkata, pembunuh itu menerjang ke arah Hans mengarahkan sebilah belati tajam dengan cepat, namun pergerakannya tiba-tiba berhenti. Orang itu mendapati tangan Arka menahan tangannya kuat. Pembunuh itu tertegun, reaksi Arka ini benar-benar cepat.
"Sudah aku bilang, kau tidak akan bisa membunuhnya sekarang" Ucap Arka. Lalu dengan satu kali pukulan di perut dia mengirim pembunuh tersebut beberapa meter ke belakang. Orang itu memuntahkan seteguk darah dari mulutnya.
Saat ini ia merasakan organ-organ dalamnya sangat sakit. Pukulan anak muda ini memang tangguh, sekarang dia bisa merasakan tekanan hebat dari Arka ini.
Setelah menerima satu pukulan berat, dia sama sekali tidak ingin merasakan yang lainnya lagi. Dengan segera, pembunuh bayaran itu pergi untuk melarikan diri.
Baik Hanna maupun Hans sama-sama terperangah melihat pemandangan di depan mereka. Pembunuh itu dikalahkan hanya dengan satu kali pukulan! Arka yang pendiam itu benar-benar terlalu mengejutkan. Di sisi lain mereka juga merasa lega karena lepas dari bahaya.