Di Rumah Sakit...
"Aku tidak tau bagaimana caranya berterimakasih pada kalian. Entah apa yang akan terjadi dengan tuan muda Hans jika kalian tidak ada" Seorang pria paruh baya berkata dengan wajah setengah khawatir dan setengah lega. Dia adalah pengasuh Hans sejak dari kecil. Hans tumbuh dan berkembang di hadapannya, bagaimana mungkin dia tidak khawatir saat mendengar Hans hampir terbunuh.
Hanna dan Arka hanya sedikit tersenyum. Hans terluka cukup parah dan banyak kehilangan darah, jadi mereka membawanya ke rumah sakit. Hans sebenarnya adalah anak dari wakil walikota Lautan Timur, statusnya di kota tersebut bisa dikatakan tinggi. Karena itu setelah keluarganya dihubungi dan diberitahu tentang kejadian yang menimpanya, puluhan penjaga langsung dikirim ke sana. Yang membuat heran adalah dari sekian banyak orang yang dikirim ke sana tidak satupun dari mereka adalah keluarga Hans. Ayah dan ibunya sama sekali tidak datang.
Di sisi pembaringan, Hanna melihat Hans tersenyum pahit. Ini tentu Hanna mengerti, di saat seperti ini keluarga sangatlah dibutuhkan. Hans hampir mati tapi orang tuanya tidak bisa meluangkan waktu bahkan hanya untuk sekedar melihatnya.
"Pak Alberta adalah seorang wakil walikota, dia pasti punya banyak pekerjaan yang harus diurus. Aku yakin dia akan datang nanti" Ucap Hanna. Dia hanya mengatakan itu untuk sedikit memperbaiki mood Hans atau memberinya semangat.
"Aku tau, tidak masalah jika mereka tidak datang, aku baik-baik saja" Hans berkata dengan suara agak lemah.
"Mn, kamu memang harus baik-baik saja. Hans, ini sudah sangat sore, aku akan pamit sekarang"
"Sepertinya aku juga harus pergi sekarang" Kata Arka juga.
"Pergilah, aku yakin kalian juga sangat lelah, sekali lagi terimakasih banyak"
Hanna mengangguk, dia dan Arka pergi bersamaan.
"Arka, kamu tidak naik taxi?" Tanya Hanna ketika melihat Arka berjalan ke trotoar.
"Tidak"
"Aku juga tidak akan naik taxi" Hanna mengikuti dan berjalan di samping Arka.
"Arka, kamu tau aksimu tadi sangat hebat. Kau memukulnya sekali dan pembunuh itu langsung terpental jauh, dari mana kamu belajar bela diri sebagus itu" Hanna berkata antusias dengan mata yang berbinar-binar.
"Orang bisa belajar bela diri dimanapun jika mereka ingin"
"Benar. Jika saja aku bisa bela diri, maka tadi aku tidak perlu repot-repot berlari-lari dan bisa menghajar pembunuh itu untuk menyelamatkan Hans" Hanna mengepalkan tangannya, ekspresinya terlihat sangat manis.
"Kau menyelamatkan Hans padahal kau tidak punya kemampuan untuk melakukannya, benar-benar idiot" Ucap Arka dengan cuek.
Hanna menyipitkan kedua matanya "Apa itu salah? Dia dalam bahaya tentu aku harus menolongnya"
"Tapi kamu bahkan tidak bisa menangani pembunuh itu, dan malah ikut menjerumuskan diri dalam bahaya, tidakkah itu benar-benar bodoh. Kau tidak bisa menolong dirimu sendiri tapi ingin menolong orang lain"Arka berkata dengan dingin.
Mendengar itu Hanna menarik nafas pelan.
" Jadi maksudmu harusnya aku tinggalkan saja Hans waktu itu dan membiarkannya mati tanpa melakukan apapun? Tidak, bagaimana mungkin aku melakukan hal seperti itu. Jika aku diam saja dan melihatnya mati, maka aku akan merasa bersalah seumur hidupku"
"Kenapa harus begitu, bukan kau yang membunuhnya, walaupun kamu menolongnya tapi tanpa memiliki kekuatan yang cukup tetap saja dia akan mati dan mungkin kamu juga akan mati"
"Mati? Aku percaya bahwa kematian adalah hal yang mutlak. Jika memang sudah waktunya aku mati maka aku akan mati. Arka, kamu tidak mengerti. Semua yang aku lakukan itu adalah karena dorongan hati. Arka tidakkah kamu punya hati? "
Arka seketika tertegun. Ia merenung sejenak, Hati? Apakah dia punya hati? Hatinya sudah lama mati, bagaimana mungkin dia akan mengerti.
Di samping, Hanna menggelengkan kepalanya pelan, Arka ini benar-benar aneh.
"Eh, ice cream" Tidak jauh di depan mereka, Hanna melihat penjual, mata gadis itu segera berubah cerah.
"Arka, ayo kemari"
Arka melihat Hanna dengan heran, meskipun begitu dia tetap mengikutinya.
"Apa ini? "
"Ice cream, kamu harus mencobanya, ini sangat spesial, berbeda dari ice cream-ice cream yang dijual ditempat lain. Paman, 2 ice cream cokelat dengat topping caramel dan Choco chips" Ucap Hanna, pria paruh baya yang menjual ice cream tersebut tersenyum dengan ramah.
Arka tidak mengatakan apapun. Dia hanya berdiri di sana menyaksikan penjual ice cream itu menyiapkan pesanan Hanna.
Setelah selesai Hanna memberikan satu pada Arka.
Arka walaupun tidak ingin tetap mengambilnya, namun tidak langsung memakannya.
"Ayo cobalah" Hanna mendesak ketika Arka hanya memandangi ice cream itu. Arka dengan ragu menggigitnya sedikit. Ekspresinya langsung sedikit berubah. Ice cream ini... Sebenarnya rasanya tidak buruk, ada rasa manis dingin dan lembut, entah kenapa rasa-rasa itu memberikan sensasi menyenangkan.
Hanna tertawa kecil melihat raut wajah Arka.
"Bagaimana? "
"Lumayan"
"Habiskan itu, aku akanemesan rasa yang lain" Kata Hanna. Setelah itu dia mengambil dua es krim lainnya dan memberikan satu pada Arka. Arka sama sekali tidak menolaknya.
"Sudah aku bilang ice cream ini istimewa. Aku memang bukan pencinta kuliner, tapi aku tau beberapa hidangan bagus yang ada di kota ini. Arka aku menduga kamu adalah orang baru di kota ini, kalau kamu mau aku bisa menemanimu untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di sekitar sini"
Arka tersenyum dalam hatinya. Orang baru? Dia bukan orang baru di kota Lautan Timur. Hanya saja memang benar kalau dia tidak terlalu mengenal lingkungan kota karena dia hampir tidak pernah keluar dari tempatnya.
"Tidak perlu, aku tidak tertarik" Ucap Arka.
"Sungguh? Kamu bilang begitu karena kamu tidak tau betapa menakjubkannya tempat-tempat di kota ini. Huh Arka kamu ini sepertinya sangat introvert dan tidak punya pergaulan, sesekali kau harus menikmati hidup. Baiklah, sepertinya dari sini aku akan naik taxi, kita bertemu disini nanti malam pukul 8.00 oke. Kau harus datang. Aku pergi, sampai jumpa" Setelah membayar ice cream Hanna berlalu dengan taxi.
Sementara Arka masih berdiri di sana. Dia memandangi taxi yang membawa Hanna yang semakin menjauh lalu sedikit menengadahkan kepalanya untuk melihat langit yang mulai berubah warna.
Menikmati hidup, Mungkinkah dia masih punya mood untuk menikmati hidup?
****
Di salah satu perumahan kota dalam sebuah rumah...
Hanna yang telah berganti pakaian sekarang sedang bersiap-siap untuk pergi. Waktu sudah menunjukan pukul 7.30 malam, dia akan bertemu Arka di tempat mereka berpisah tadi. Tapi sulit untuk mengatakan apakah Arka akan datang atu tidak, toh janji temu ini adalah dia yang memutuskan sendiri. Gadis itu berdiri di depan cermin, dia melihat bayangannya sendiri di sana.
"Malam ini aku akan pergi dengan seorang teman baru. Nona Han'er, tidak perduli apa walaupun kau tidak diizinkan pergi kemana pun kau tetap butuh untuk bersenang-senang. Humph"
****
Gedung East Towers...
Seperti biasa, gedung kesenian East Towers di lantai dasar selalu ramai dan sibuk meskipun hari telah malam. East Towers total memiliki 5 bangunan spiral yang menyatu. Setiap gedung tersebut mempunyai ketinggian yang berbeda-beda. Gedung tertinggi dengan lantai terbanyak adalah gedung pusatnya yang disebut Centre Tower. Centre Tower memiliki total 999 lantai, karena tingginya gedung itu terlihat seperti sebuah menara, ini juga adalah alasan mengapa sekumpulan bangunan itu disebut East Towers. Empat gedung lainnya, masing-masing adalah White Tower 594 lantai, Red Tower 601 lantai, blue tower 66 lantai, dan purple tower 740 lantai. Dari kelima gedung tersebut, lantai pertama sampai lantai sepuluh adalah batasan maksimal yang bisa dikunjungi. Sedangkan untuk lantai ke atasnya sangat jarang orang pergi ke sana. Itu karena untuk menuju lantai yang lebih tinggi orang harus memenuhi kualifikasi tertentu.
Dari lantai satu hingga lima masyarakat biasa bisa mengunjunginya dengan mudah, namun untuk lantai enam setidaknya seseorang harus memiliki status lebih tinggi dari orang biasa, hal ini berlaku untuk setiap kenaikan lantai seterusnya. Intinya semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula tingkatan lantai yang bisa dia kunjungi di gedung East Towers. Walikota Lautan Timur pernah berkunjung ke sana dan lantai tertinggi yang bisa dia kunjungi hanya lantai sebelas. Itu benar-benar menimbulkan keheranan di benak semua orang. Seorang walikota hanya memenuhi kualifikasi sampai lantai sebelas! East towers, centre tower memiliki 999 lantai, bahkan bangunan terpendek, Blue Tower pun memiliki 66 lantai, jika walikota hanya memenuhi syarat hingga lantai sebelas, lalu untuk lantai seterusnya status macam apa yang akan memenuhi syarat? East Towers ini entah terlalu bergengsi atau apa, tapi itu benar-benar terlalu gila!
East Towers sudah berdiri jauh sebelum kota Lautan Timur ada. Pemerintah kota tentu saja tidak punya wewenang atau kekuasaan sedikitpun atas gedung itu. Sampai saat ini, kekuatan macam apa yang ada di balik East Towers masih menjadi misteri. Terlepas dari tidak diketahuinya pengendali gedung itu, orang masih sangat takut untuk menyinggung apapun yang berhubungan dengan East Towers, bahkan pemerintah tidak berani mengusiknya sedikitpun.