Setelah berjalan cukup lama akhirnya kami tiba di alun-alun desa.
Disini cukup ramai.
Bangunan yang mengitari alun-alun cukup rapat, hanya terpisahkan oleh beberapa gang kecil.
Tentunya bangunan yang ada disini tidak seperti gedung-gedung hanya sebatas bangunan yang terbuat dari kayu palet yang disusun menyerupai rumah atau bangunan. Ada beberapa bangunan dari tembok, itu adalah bangunan serikat petualang dan serikat pedagang.
"Kita akan ke bar kenalanku dulu, aku akan mengenalkanmu padanya, setelah itu kita pergi ke toko peralatan lalu mentraktirmu jajanan atau makan"
Melihat wajahnya, Belric tampak mempunyai rasa kangen pada kenalannya itu. aku mengerti hal ini seolah ada tulisan pada jidat Belric mengatakan "Aku kangen sekali".
"Mmm"
Aku mengangguk setuju dengan ajakannya.
Mau bagaimana lagi, menolak pun akan percuma saja karena aku sangat asing dengan tempat ini. aku terpaksa menyetujuinya.
Belric memimpin jalan, aku berjalan disebelahnya dengan tempo yang diperlambat sedikit untuk membaca arah yang dituju Belric.
Ini desa yang cukup besar, yang aku tahu dari Belric bangsawan yang menguasai desa ini murah hati kepada rakyatnya.
Aku memperhatikan berbagai toko disekitar alun-alun desa.
Mulai dari toko peralatan, senjata, armor, bertani, beternak, memasak, alchemist, dan magic. Memang terlihat lengkap, tapi barang yang dijual oleh mereka kelihatanya hanya yang umum saja. Sampai pada akhirnya mataku tertuju pada sebuah pedang kayu di toko senjata yang aku lewati.
aku tidak melepaskan pandangan ini, sambil berjalan aku terus melihat pedang itu.
"Paman, bolehkah sepulang nanti aku dibelikan pedang kayu yang disana itu? tidak ditraktir makanpun aku tidak apa, aku ingin itu"
Tanganku menarik lengan baju Belric untuk menarik perhatiannya.
"Kenapa tidak sekarang? Ayo kita kesana untuk menyapa bos lamaku"
Belric tersenyum ketika dia bilang itu.
"Tampaknya kamu banyak sekali kenalan ya paman?"
Aku mencoba untuk menyindirnya sedikit.
"Tentu, aku seorang pekerja keras, siapa yang tidak mengenalku? Haha"
Pose dan raut wajah itu...itu terlihat seperti sedang menyombongkan diri. Sekilas dirinya mirip seperti kenalan lama yang aku benci.
Ahh... aku jadi teringat bos, apa dia bisa memenangkan pertempuran tanpaku?
---
Tampaknya toko ini cukup ramai.
"Selamat siang tuan Goldraund"
Belric menyapa pemilik toko yang terlihat agak sibuk.
"Selamat Si— oh tidak, jangan katakan ini sebuah ilusi. Atau aku sedang bermimpi"
Pemilik toko senjata ini sepertinya dikejutkan oleh sesuatu.
Apa yang membuat dia sampai terkejut begitu?
Pemilik toko itu dengan cepat menghampiriku kemudian merabaku layaknya aku sebuah barang antik.
"Belric, padahal aku melihat dengan mata kepalaku sendiri anak ini—"
"Tidak, tidak, tidak tuan, ini tidak seperti yang kau bayangkan"
Belric langsung memotong kalimat yang akan dilontarkan pemilik toko itu.
Aku penasaran dengan kalimat yang akan diucapkan pemilik toko itu, tapi Belric langsung membenarkan kalimat pemilik toko itu.
"Ceritanya panjang, kupikir lebih enak aku menceritakan ini dengan santai"
Belric mencoba mengelak untuk menjelaskannya sekarang.
"Apa sudah selesai berbincang-bincangnya paman?"
Aku menyela pada situasi yang aneh ini, aku tidak ingin berlama-lama disini.
"Kedatanganku kesini selain menyapa bos lamaku, aku ingin membelikan anak ini sebuah pedang"
Belric langsung menjelaskan maksud tujuannya datang kesini
"Tentu saja, silahkan"
Pemilik toko itu mempersilahkan aku memilih sendiri. Sementara Belric mengobrol dengannya di depan meja kasir.
"Aku ingin pedang kayu ini paman"
Tidak berlama-lama aku memilih pedang kayu ini diantara tumpukan pedang bekas.
"Kamu punya penilaian yang bagus juga untuk ukuran anak seusiamu, itu sepertinya pedang untuk latihan. Pedang itu dijual oleh seorang bandit, mereka mencoba menaklukan dungeon "muda" untuk dijadikan markas rahasianya tapi usaha yang dilakukannya sia-sia, katanya ketika beberapa tahap lagi mereka bisa menaklukkan dungeon itu tiba-tiba monster yang kuat muncul dihadapan mereka. Semua bandit itupun memutuskan untuk membatalkan rencana menaklukkan dungeon itu dan membawa harta jarahan seadanya termasuk pedang kayu itu"
Paman pemilik toko itu menjelaskan dengan rinci tentang pedang kayu ini.
Ada sesuatu yang membuatku tertarik, tentang dungeon "muda".
"Paman, apa itu dungeon "muda"?
Aku mulai mencoba mengorek informasi lebih banyak tentang dungeon. Tampaknya kehidupanku akan terjamin ketika aku bisa menaklukan sebuah dungeon.
"Ahahaha, semangatmu bagus nak, aku bisa melihatnya dari matamu yang penuh tekad itu"
Tentunya itu hanya pujian semata hanya untuk menghiburku. Yang aku tahu tidak ada satupun skill atau sihir yang bisa mengetahui tekad seseorang.
"Apa kamu ingin menaklukkan dungeon itu? ... huh??"
Itu... nada suaranya, aku membencinya. Itu terlihat seperti sedang menggodaku untuk benar-benar menaklukan dungeon itu.
"Baiklah nak, aku suka tekadmu itu, jadi aku berharap padamu suatu saat nanti kamu bisa menaklukan dungeon itu. ingatlah nak! Bahwa dungeon "muda" itu adalah dungeon yang masih tumbuh untuk menjadi dungeon, medannya pun berbeda-beda, infrastruktur dari dungeon terkadang masih ada yang rapuh, meski begitu monster-monsternya cukup kuat. Untuk orang biasa seperti kita mustahil untuk menaklukan dungeon muda. Meski begitu aku tetap menyukai tekadmu nak!"
Dia membuat seolah-olah hal itu mustahil untukku, dia benar-benar tidak mengetahui siapa aku sebenarnya. Tapi aku akan memaafkan paman ini, karena aku mendapat beberapa lagi informasi yang cukup membuatku tertarik.
"Kalau begitu paman, apa semua jarahan dari dungeon itu berharga?"
Aku melanjutkan pertanyaanku tentang dungeon, kali ini tentang harta jarahan.
"Tidak, Dungeon yang sudah "matang" sekalipun terkadang ada barang atau senjata yang tidak berguna contohnya saja seperti pedang kayu ini. diperiksa menggunakan sihir [[appraisal]] pun pedang ini hanya terbuat dari kayu, bahkan tidak mempunyai efek sama sekali dari pedang ini. ini mungkin pedang untuk latihan saja"
Paman itu lalu pergi meninggalkan kami sesaat ke ruangan yang ada dibelakangnya.
Aku jadi teringat sesuatu.
Aku sudah cukup mendapat informasi yang berguna. Apa aku akan mengembalikan pisau yang kuambil tadi malam?
"Paman—"
Belric sesaat melirikku tapi kami berdua teralihkan oleh paman pemilik toko ini yang keluar dari ruangan itu sambil membawa sesuatu yang dibungkus oleh kain yang mirip sutra.
"Ini, Ariel— tidak, tidak. Siapa namamu nak?"
Paman pemilik toko meletakkan benda itu dimeja kasir.
"Imare"
Sebuah pedang? Pedang kecil? Aku penasaran pedang seperti apa yang ada dibalik kain sutra itu.
"Imare, aku berikan pedang ini padamu meskipun ini sekelas mid – end tapi kupikir ini akan berguna melawan monster, atau demihuman yang menyerang. Ini akan menjagamu. Aku melihat sisi lain diriku didalam tekadmu itu Imare. Aku berikan kedua pedang ini gratis khusus untukmu"
Pemilik toko ini menyerahkan pedang kecil ini padaku dengan kedua tangannya.
Aku perlahan mulai memahami apa itu manusia, mereka saling mewariskan tekad ke generasi selanjutnya agar bisa mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Aku mengerti.
Aku mengambil pedang kecil ini dengan rasa hormat
"Aku akan mewujudkan tekadmu itu paman! Itu pasti!"
Aku juga sebenarnya penasaran tentang dungeon itu. aku jadi ingin mencoba untuk menaklukkannya.
"Aku akan menamainya Detta"
Lalu aku mengikatkan pedang kecil ini ke belakang pinggangku.
"Nama yang bagus nak!"
Respond yang bagus datang dari pemilik toko itu dengan Belric yang ikut mengangguk setuju.
"Terimakasih untuk semua ini tuan Goldraund. Kalau begitu kami akan bergegas ke Bar Lucidsky, aku sudah lama tidak mengunjungi nona Cianan"
Belric pamit dari toko senjata ini dan menuju Bar Lucidsky.
Kami melanjutkan berjalan menuju Bar Lucidsky.
"Paman apa boleh aku berjalan-jalan sebentar?"
Aku ingin menghindari syok teman-teman Belric yang aku tidak tahu penyebabnya.
Aku akan menanyakannya nanti padanya.
"Tunggu sebentar, ini, ambil ini! ini berfungsi sebagai identitasmu. Jaga baik-baik itu, jangan sampai hilang, dan juga hati-hati kepada orang asing bisa saja mereka akan menculikmu"
Belric memberikan sesuatu seperti kartu, aku tidak tahu ini apa tapi aku akan menjaga baik-baik karena ini sangat penting.
"Baiklah, aku pergi dulu paman!"