"Apa aku suka dengannya?"
Pertemuan pertama kali ketika reoni SMP terulang bertahap berulang-ulang seperti kaset rusak di otakku. Bagaimana dia menyebutkan namanya teringat dengan jelas, "Aditya Pratama."
Deg Deg Deg
"Jantungku, gimana ini. Tenang! Tenang!".
***
Keesokkannya..
...
"Dimana?"
"Tumben pagi banget nelponnya?" kataku dengan orang yang terdengar parau dan mengganggu tidurku.
"Ada di rumah kah?"
"Emm, iya."
"Hari ini ada waktu?"
"Waktu? Ada!"
"Besok?"
"Huft, besok ada."
"Besoknya?"
"Kamu mau ajak jalan aku kapan sih? ups..."
"Aku mau ajak kamu ke kampung halamanku."
"Apa?" Deg Deg Deg
***
Tok Tok Tok
"Hai..."
"Hei..."
"Dodit, ada apa?" kataku kaget.
"Sepertinya kamu nunggu orangnya. Siapa?"
"Ngak juga sih, ada apa?"
"Aku ada tiket biokop.."
"Emm, boleh. Aku siap-siap dulu ya" jawabku pada Dodit.
...
"Aku harus segera pergi sebelum dia datang, takut nolak tapi terlalu cepat jika itu harus ke kampung halamannya." gumamku.
***
SIAP!
Dodit menggandeng tanganku dengan mesra menuntunku masuk me mobilnya.
"Setelah nonton dinner ya?"
"Boleh, apapun boleh untuk hari ini."
"Yang bener?"
"Asal ngak aneh-aneh ya!" sambil mengangkat dua jari tanda dia harus berjanji.
"Sial!" Dodit melakukan dengan sengaja menggodaku dengan candaannya.
"Apa! Dasar ih.."
"Oke-oke.."
***
Di persimpangan jalan aku melihat mobil Aditya yang mencari celah menuju rumahku. Dan tiba-tiba berhenti dan berbelok seperti putar arah.
Deg Deg Deg
"Apa dia akan mengejarku?" gumamku.
"Hei, kenapa?"
"Ngak apa-apa!"
Tit Tit Tit
"Kenapa dengan mobil itu?"
"Abaikan saja, terus jalan saja!"
Tit Tit Tit
"Sial, cari masalah ini orang!" Dodit turun dan menghampiri mobil Aditya.
"Duh, gimana ini?" gumamku.
"Hei, ini jalan sempit apa maksudmu klakson terus! kamu pikir aku budek apa?"
Tit Tit Tit
"Eh, turun! sial!"
Tit Tit Tit
"Dodit, naiklah ke mobilmu!" kataku sambil berjalan menuju mobil Aditya.
Dia memaksaku untuk turun dari mobil Dodit.
"Oke!" Dodit mencoba menggandeng tanganku dan aku menepisnya.
"Aku bilang masuklah ke mobilmu tanpa aku!"
"Maksudmu? Aku ngak ngerti nih?"
"Yang di klakson itu aku, bukan kamu. Maaf, maafin aku untuk hari ini. Aku sudah membuat janji dengannya lebih dulu."
Dodit terlihat sangat marah dan membanting pintu mobilnya dan pergi.
***
"Kamu tak bicara sepatah kata pun dari tadi?"
Ini sudah kesekian kalinya aku mencoba mengajaknya berbicara tapi Aditya tak merespon semua yang ku katakan.
***
"Ini bukannya di SMP ku?"
"Aku mengembalikan ingatan pertemuan pertama kita."
"Maksudmu?"
"Dan disini kita akan bertemu untuk terakhir kali."
"Kamu, marah? kalau marah bilang dong! Aku sudah meminta maaf padamu! ini juga pertama kalinya kamu ngajak aku jalan. Terus.."
"Aku sudah pernah maafin kamu sekali."
"Apa? Kapan?"
"Apa dia cowok yang sama di perpustakaan itu?"
"Emm, iya. Tapi.."
"Jangan cari aku! Walaupun nanti aku akan mencarimu lagi. Abaikan aku saja sebisamu!"
"Kamu aneh banget sih! Aku buat kesalahan sekali.. emm, dan sama ini. Tapi bagaimana aku mengabaikanmu kalau aku menyukaimu!"
Aditya langsung menatapku dengan serius.
"Emosiku saat ini tidak stabil, maaf!"
Aditya meninggalkanku begitu saja sendirian di taman sekolah SMP, pertama kali aku mengenalnya.
***