Katerina melihat ketiga sahabat kemudian itu secara tak sengaja di belakang sekolah dari jendela ruang OSIS. Ia sedang menunggu Denny yang mengikuti rapat anggota OSIS di ruang sebelah dan tak sengaja mendengar pembicaraan ketiganya. Raja tampak kesal. Ia menyalakan motor dengan keras. Seorang cewek cantik berambut kuncir kuda tampak berdiri di dekatnya, menangis.
"Lu terlalu ikut campur dengan hidup gua, Lan." kata Raja dengan tegas.
"Tapi itu kan demi kebaikan lu juga...kalo lu tetap bergaul sama mereka bisa-bisa lu nanti dikeluarin dari sekolah. Gua peduli banget sama elu, karena itu gua ikut campur..."
Raja kini menatapnya dengan sinis. "Jangan mentang-mentang jadi cewek gua, terus lu pikir lu bisa seenaknya ngatur hidup gua, ya... Sorry, Lan..."
Cewek itu menampar Raja dan berlari pergi dengan airmata berderai. Cowok itu tampak geleng-geleng saja dan mengangkat bahu. Rio muncul bersama Chris yang terlihat pucat dan menanyakan apa yang terjadi. Raja menceritakannya seolah hal itu sesuatu yang sangat biasa dan mereka menanggapi serupa.
"Mulai ngatur hidup gua..."
"Oh... Jadi putus, nih?"
"Kayaknya, sih."
"Lumayan juga, ya...3 bulan. Yang terakhir cuma...mm..berapa lama, Yo?"
"Satu setengah."
"Tul."
"Nggak ada cewek yang nyambung, sih..."
Katerina tertawa dalam hati mendengar pembicaraan mereka. Sok kecakepan banget, sih...pikirnya gemas. Raja memang berwajah tampan dan penampilannya paling keren di antara ketiganya, tetapi Chris menurutnya lebih menarik karena ia memiliki tingkah kocak dan tawa yang menular. Sedangkan Rio...hmm, lebih baik tak usah kenal sama sekali.
"Untung Rio pinter ngomong, kalo nggak kita tadi udah dapet surat panggilan buat orangtua..." komentar Raja. "Jelas-jelas nggak ada bukti bahwa kita pelakunya.."
"Lu cocok jadi pengacara, Yo." kata Chris menambahkan.
Katerina tak bisa mendengar apa-apa lagi karena mereka kemudian pergi.
***
Keesokan harinya ia dan Denny bersiap-siap melaksanakan rencana mereka. Pelajaran Biologi bersama Bu Ani hari itu memang dilakukan di laboratorium.
Mereka ditugasi meneliti hewan-hewan berbuku menjijikkan yang ditaruh dalam botol-botol air keras di lemari dan membuat laporannya. Ada laba-laba, kalajengking, dan lipan besar. Semuanya terlihat persis seperti hidup dan beberapa anak perempuan tidak berani dekat-dekat.
Denny dan Katerina hanya mencatat seadanya, perhatian mereka lebih pada binatang-binatang yang masih hidup. Tikus-tikus kecil berwarna putih yang akan mereka selamatkan tampak tak berdaya dalam sebuah kurungan besar. Menatap mereka dengan mata bulat yang lucu.
Katerina segera teringat pada hamsternya yang ada di rumah.
Denny menyobek beberapa lembar kertas dari bukunya lalu menyelipkannya ke bingkai jendela, lalu menutupkannya. Sepintas lalu jendela itu terlihat tertutup dengan baik.
Bu Ani pun bukan orang yang sangat rajin memeriksa segala sesuatu. Nanti saat pealajaran usai mereka akan kembali, masuk melalui jendela dan membebaskan tikus-tikus itu.
Bel yang ditunggu-tunggu pun berbunyi. Dengan semangat murid-murid 1E membereskan buku-buku mereka dan kembali ke kelas. Koridor sepanjang sekolah telah ramai dipenuhi lalu lalang murid yang menikmati waktu istirahat mereka ke kantin.
Denny dan Katerina berjalan dengan sangat tidak menarik perhatian ke arah laboratorium Biologi. Katerina yang berjaga di lorong, sementara Denny dengan cekatan menyusup lewat jendela.
"Beres, Kat!" Denny muncul tidak sampai lima menit kemudian sudah membawa 20 ekor tikus putih dalam tasnya. Katerina lega sekali. Tak disangkanya proyek penyelamatan tikus-tikus itu akan berlangsung dengan sangat mudah.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan dengan tikus-tikus ini?"
"Melepaskannya ke alam bebas tentunya." Kata Denny gembira, "Tapi sebelumnya tak ada salahnya untuk sedikit bersenang-senang."
Keduanya saling berpandangan.
"Mari kita bersenang-senang..!!" kata Katerina semangat.
Mereka baru saja hendak berbalik pergi ke arah kelasnya ketika tanpa diketahui dari mana datangnya Bu Ani muncul di hadapan mereka.
"Eeh..ee…selamat siang, Bu.."Katerina membungkuk sedikit.
"Ngapain kalian berduaan di sini? Pacaran, ya?!"
"Nggak kok, Bu…" jawab Denny singkat. Ia berusaha terlihat tenang, walaupun tangannya yang berada di dalam tasnya terasa geli luar biasa digigiti beberapa tikus. Sialnya biantang-binatang itu menjadi ribut bercuit-cuit melepaskan diri.
"Bunyi apa itu?"
Katerina dan Denny saling pandang tak mengerti.
"Bunyi apa, ya? Kamu dengar sesuatu, Kat?"
Katerina menggeleng polos, "Nggak. Memangnya Ibu dengar bunyi apa?"
Bu Ani mengerutkan keningnya. "Hmmh…aneh sekali kalau begitu… Ah, sudahlah…kalian jangan pacaran terus! Awas…kalau sampai Ibu mergokin kalian pacaran!!"
Mereka mengangguk-angguk.
Bu Ani sudah hampir berlalu ketika seekor tikus lolos dari tas Denny dan melarikan diri tepat ke arah guru galak tersebut.
***