Hallo everybody! Kita berjumpa lagi.
Di bagian ini kita akan mengetahui kenapa di awal-awal bagian novel ini mommy nya Aiden bilang kalau Aiden semakin mirip bapake eh maksudnya daddy nya wkwk.
Tapi kalau dipikir-pikir aku udah lama ga update ya? Harap maklum ya aku kan sibuk wkwk.
Sibuk apasih? Palingan sibuk liburan atau sibuk males-malesan.
Just information for you guys. Aku sibuk bisnis ini dan itu disamping hobi menulis ini. Aku menulis karena ide di kepala ku selalu berputar jadi setiap malam aku susah tidur atau dengan kata lain aku mengidap insomnia.
Bukan karena takut pada sesuatu ya guys tapi karena aku selalu sibuk berfikir ini itu alias memikirkan hal kecil sampai hal besar maka dari itu aku menuangkannya kedalam wadah ini supaya bisa tidur cepat.
Sekian dari curhatan saya Alemannus
Terima kasih
Sampai bertemu di bagian selanjutnya.
________
Aiden memasuki lobby kantor Abhivandya corp dengan tergesa-gesa. Sapaan demi sapaan hormat yang terus ia dengar tidak ia hiraukan. Kedua matanya sesekali menatap jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul satu siang. Shit!. Aiden memaki di dalam hati merutuki keterlambatan nya. Pasti wanita itu sudah menunggu nya dari tadi.
Ting!
Pintu lift khusus hanya untuk CEO Abhivandya Corp terbuka lebar di lantai paling atas gedung megah ini. Aiden langsung berjalan menyusuri lorong menuju satu-satu nya ruangan di lantai paling atas gedung ini. Seorang pria muda langsung berdiri membuka pintu ruangan CEO dengan cepat saat ia melihat Aiden yang dengan tergesa-gesa berjalan kearah ruangan miliknya.
"Apa Lova masih menunggu di dalam?." Tanya Aiden pada sekretarisnya-Dean.
Laki-laki itu mengikuti langkah Aiden sembari membawa beberapa berkas di tangannya.
"Miss Lova tidak ke kantor hari ini, sir." Jawab Dean.
Aiden langsung menghentikan langkah kakinya lalu memutar tubuhnya ke belakang menatap Dean dengan tatapan terkejut.
"Apa?!."
"Miss Lova tidak datang mengantar bekal untuk anda hari ini." Ucap Dean sembari menundukkan pandangan nya kebawah.
Aiden membalikkan badannya kembali lalu berjalan menuju meja kerjanya dengan cepat. Setelah ia mengambil posisi nyaman untuk duduk, Aiden kembali melontarkan pertanyaan mengenai Lova yang tidak datang hari ini. Sebenarnya mau sekeras apapun Aiden bertanya pada sekretarisnya. Pria itu-Dean tidak akan mengetahui nya. Bukankah sudah jelas kalau sekretaris tidak bekerja untuk masalah pribadi atasannya apalagi orang lain tapi sekarang Aiden malah bertanya tentang seseorang yang hanya Dean ketahui nama dan bentuk nya saja. Tidak lebih dari itu. Coba bayangkan bagaimana Dean dapat menjawab semua pertanyaan konyol atasan nya itu.
"Kenapa dia tidak datang?." Tanya Aiden kesal dan tanpa sadar Aiden kini menggebrak meja kerja nya. Dean mengerjapkan matanya terkejut namun pria itu segera menetralkan rasa terkejutnya.
"Miss Lova tidak menghubungi saya untuk memberitahu tentang alasan dia tidak datang hari ini sir." Jawab Dean tenang.
Aiden mendengus kesal setelah mendengar ucapan sekretarisnya.
"Ya memang seharusnya seperti itu!. Kenapa juga dia menghubungi mu sedangkan dia saja tidak pernah menghubungiku!." Ucap Aiden kesal.
Dean hanya diam tanpa ingin membalas ucapan atasannya. Dean tidak tersinggung ataupun marah dengan sikap atasannya. Dean sudah tahu kalau atasan nya yang ia kenal 17 tahun lalu itu sedang kesal karena wanita bernama Lova tidak datang hari ini. Suasana seperti ini sudah sangat lama tidak ia rasakan semenjak wanita masa lalu atasan nya itu pergi 5 tahun yang lalu. Dean sedikit menarik bibirnya keatas. Apapun hubungan atasan nya dan wanita itu sekarang, Dean berharap semoga wanita itu dapat membuat Aiden yang ia kenal dulu kembali lagi. Dean meletakkan beberapa berkas penting diatas meja kerja Aiden.
"Kalau begitu saya pamit undur diri,sir." Dean membungkukkan badan nya sebagai tanda hormat kepada Aiden lalu melangkahkan kakinya menuju pintu.
Aiden menghela napasnya pelan.
"Maaf kawan. Aku telah bersikap tidak profesional padamu tadi." Ucap Aiden dengan nada lelah.
Dan Dean menghentikan gerakan membuka pintu lalu berbalik kearah Aiden sembari menarik kedua sudut bibirnya keatas.
"Tidak apa-apa kawan. Kalau boleh, aku memberi saran sebagai kawan lama."
"Anything for my old friend." Aiden mengangkat salah satu alisnya keatas.
"Hati tidak akan pernah membohongi pemiliknya. Jadi, percayakan semua nya pada pilihan hatimu." Ujar Dean lalu menghilang di balik pintu setelahnya.
Aiden menatap pintu yang baru saja tertutup dengan tatapan yang sulit dimengerti. Aiden sangat tahu kalau Dean tidak pernah ingin mencampuri urusan pribadi nya apalagi urusan percintaan. Dia sangat tahu kalau Dean sangat lah profesional sejak dulu. Bahkan saat Aiden masih menjalin hubungan dengan seseorang di masa lalu, Dean tidak pernah mencampuri apalagi sampai memberi masukan seperti tadi.
Tapi ini?
Kenapa Dean-sekretaris nya sekaligus orang yang sudah dianggapnya sebagai saudara meski Aiden tidak pernah mengatakan nya secara langsung pada Dean namun ia yakin melalui perlakuan dan sikap nya selama ini. Dean akan mengerti.
Aiden mengambil ponselnya yang terletak diatas meja kerja nya lalu menelpon seseorang yang sudah di kenalnya sejak lama. Dalam dering pertama saja telpon dari nya langsung tersambung dengan suara seorang wanita di seberang sana.
"Hallo Tn. Aiden."
"Bibi Edora!." Teriak Aiden senang.
"Ya.. ada apa Iden?."
"Apa Lova ada di mansion?." Tanya Aiden langsung tanpa basa-basi lagi.
"Bibi tidak melihat nya dari pagi karena bibi pergi ke supermarket untuk belanja tapi pelayan lain mengatakan kalau nyonya datang tadi." Jelas bibi Edora.
"Mommy?." Gumam Aiden pelan.
"Bibi tidak tahu nona Lova dibawa kemana sama nyonya, Den"
"Terima kasih bi." Ucap Aiden lalu langsung mematikan sambungan telepon nya.
Aiden mengusap wajah nya gusar. Ini yang dia takutkan dari kedekatan mommy dengan Lova adalah mommy akan memperkenalkan Lova pada suaminya dan pria tua itu akan..
"Jangan bilang kalau Lova dibawa ke mansion pria tua itu." Gumam Aiden.
___________
To be continuous