1 tahun sebelumnya
***
"Untuk semua anggota baru, aku peringatin ke kalian jangan berurusan dengan Ketua. Walau pun dia yang salah atau kalian yang salah. Siap?" kata koordinator anggota di podium kecil di arena pelantikan.
"Maaf Pak. Saya tidak bisa menerima pernyataan tersebut Pak!" kata anak berjaket modis dan tak tahu aturan dalam berpakaian.
"Kau gilanya, kau belum tahu ketua siapa?" kata salah satu anggota baru lainnya.
"Aku juga Pak, tidak akan mau menerima persyaratan itu!" kata seorang bocah SMP yang masih berseragam masuk dalam lingkaran hawa yang aneh.
"Dasar bocah cari mati!" kata anggota lainnya.
"Baik, yang setuju sebelah kanan yang tidak setuju sebelah kiri," kata koordinator.
"3 yang setujuh, 2 yang tidak dan 5 berada di tengah? kenapa kalian berada di tengah?" kata koordinator lagi.
"Kami tidak di beri pilihan yang baik. Bagaimana bisa kami memilih?" kata mereka berlima.
"Aku suka dengan kalian semua!" kata seseorang gadis kecil membawa sebilah pedang panjang.
"Ketua, maaf tak tahu jika kau akan datang." kata koordinator itu dengan rasa takut hormat terhadap ketua kecil itu.
Hahaha
"Apa kau becanda? kita di pimpin oleh gadis kecil?" kata seseorang yang berada di tengah lalu ia berjalan ke sisi yang tak setuju dengan peraturan itu.
"Celaka..." kata koordinatornya.
Slasch...
a... a... a...
Semua anggota terdiam. "Aku tidak suka dengan orang yang mengubah pikirannya."
"Kalau kalian ingin tetap hidup, pergilah!"
Semua diam di tempatnya tanpa melangkah sedikit pun.
"Kalian di terima tahap satu. Tahap dua, tunjukan kalian bisa bertahap hidup atau tidak!"
"SIAP!"
Gadis itu berlalu dari area pelantikan itu.
***
"Dia membunuh."
"Bagaimana bisa dia seenaknya membunuh di depan kita."
"Tenang! dia mata-mata," kata koordinator menenangkan anggota barunya.
"Aku tak peduli dengannya, tapi kenapa masih ada tahap selanjutnya jika kami sudah di lantik?" kata seseorang yang berbadan gempal.
"Karena kalian akan ikut dalam penyelidikan pertama kalian dengan gadis kecil yang tadi," kata koordinator tersenyum jahat.
Semua gemetar, karena mereka merasa tidak boleh melakukan kesahan sedikit pun.
***
"Aku tak suka kamu berbohong untukku!"
"Maaf."
"Kalau otakmu tak berharga, aku sudah membunuhmu dari dulu."
***