Chereads / Terbelenggu / Chapter 64 - Tanda Tanya

Chapter 64 - Tanda Tanya

Gedung Tua pinggiran kota.

Adamson keluar dari mobil tanpa membawa senjata apapun di tangannya, dengan penuh keberanian Adamson melangkah bak super hero di dalam film. Adamson berjalan tanpa ada seorang pun yang menemaninya.

Terdengar suara jeritan seseorang dari dalam sana membuat Adamson lebih panik dari biasanya. Adamson berlari dan membuka pintu rumah tua tersebut. Keadaan rumah yang sebenarnya sudah tidak layak untun di huni oleh siapapun membuat Adamson berhati hati dalam melangkah. Setengah bangunan ini terbuat dari kayu yang sudah lapuk dan rentan hancur dan parah.

" Alvin...!!! Alvian...!!!! Jerit Adamson panik.

" Daddy ...Daddy... tolong kami Daddy... Kata suara yang entah dari mana asalnya...

Adamson berusaha mendekati pusat suara dan berusaha dengan tenang tetap berfikir jernih agar tidak melakukan kesalahan.

Semakin lama Adamson semakin dekat dengan pusat suara saat itu juga mata Adamson terbelalak melihat ada sebuah Foto Alvin dan Alvian yang sedang di ikat di sebuah kursi dan Foto itu tepat di lekatkan di sebuah Radio besar yang mengeluarkan Suara anak anaknya.

Adamson mencengkeram foto tersebut sambil menjerit sekuat kuatnya.

" Siapa KALIAN.... Lepaskan anak anakku, jika kalian ingin menghancurkan aku maka datang kepadaku jangan anak anakku... Kata Adamson marah.

Dari arah pintu Adamson Melihat kobaran api yang sudah menghanguskan sebagian ruangan. Adamson berusaha menemukan jalan keluar namun api semakin membara seolah seluruh bangunan sudah di sirami bahan bakar sebelumnya.

" Uhukkkkn uhukkkkkkk !!! batuk Adamson yang tidak tahan mencium asap yang semakin banyak.

Adamson berusaha berjalan walaupun pandangannya mulai tidak jelas karena tertutup asap yang tebal.

Adamson melepaskan jacket nya dan mengikatnya menutupi hidung dan mulutnya agar tidak sesak nafas akibat mencium bau Asap.

Tiba tiba saja seseorang menerobos pintu dan masuk melewati api api tersebut.

" Adamson.... !!!! Jerit lelaki tersebut.

" Steven ... ??? Kenapa kau ada disini ? Tanya Adamson.

" Jika di ceritakan sekarang aku takut setelah selesai bercerita maka kita pun akan menjadi topik cerita di koran dan surat kabar besok. Dua orang pria tampan terpanggang di sebuah gedung tua... !!! Kata Steven sambil mengibas Ibas kan handuk basah yang ada di tangannya.

" Ambil ini sebaiknya kita menemukan jalan keluar yang yang tidak terlalu banyak di lalap api. Kata Steven.

Setelah beberapa langkah tiba tiba saja terdengar suara retakan kayu dari bagian atas tempat kami berdiri.

" Brughhhhhh .... !!! Suara kayu yang jatuh dan tepat mengenai tubuh Adamson.

" Arkkkkkkkkkk....!!! Rintih Adamson.

" Adamson !!! Adamson !!! Ayo keluar dari sini kata Steven panik sambil menopang tubuh Adamson.

________--__--_________--__--____________--__--____

Di rumah sakit.

Ana menangis sambil menggenggam tangan Adamson .

" Dia tidak apa apa hanya mengalami sedikit memar di punggungnya ! Kata Steven berusaha menenangkan Ana.

" Steve sebenarnya siapa mereka dan apa yang mereka mau dari kami... ?

" Ana.... Jerit Fey dari arah pintu yang langsung berlari dan memeluk Ana.

" Ana... Huuuuuu apa yang terjadi sebenarnya, kemana Alvin dan Alvian ? tanya Fey tanpa menghiraukan Sirene mama Nia dan Steven yang terkejut melihat Fey menerobos masuk.

" Entahlah Fey... Aku juga tidak tau apa yang mereka ingin kan ! Jawab Ana frustasi.

" Permisi nak... Apakah kamu sahabat Ana... ? Tanya Tante Nia.

" Oh ya ... Maaf saya lupa menyapa kalian semua, saya terlalu panik... Kata Fey yang sadar akan kehadiran wajah wajah baru di ruangan ini kecuali Steven.

" Nama saya Fey Tante ! Mengulurkan tanganya ke arah Mama Nia.

" wahhhh... kamu cantik... panggil saya Tante Nia, saya Mama Steven sekaligus Mama Ana. Kata Mama Nia sambil tersenyum dan menjabat tangan Fey.

Fey sedikit terkejut karna akhirnya bertemu dengan Mama Steven, rasa gugup mulai menghampiri Fey dan Fey mulai salah tingkah.

" Hallo... Saya Sirene !!! Sapa Sirene ramah, saya Tunangan Steven... Sambung Sirene membuat Fey terkejut dan dalam sesaat terbawa emosi.

Steven yang memperhatikan mereka mulai merasa gelisah dan sedikit berkeringat.

Fey menatap ke arah Steven dengan tatapan mengintimidasi, jika tidak sedang berada di keramaian, ingin rasanya Fey menampar Steven atau bahkan menguliti wajahnya yang pandai bersandiwara itu.

" Ou.....hhhh.... Tunangan nya, selamat ya semoga kalian cepat menikah... kalian terlihat sangat cocok... kata Fey memaksakan senyumannya di hadapan semua orang.

Benar benar suasana menjadi sangat canggung antara mereka dan akhirnya Fey memilih pergi karena atmosfer antara Steven dan Fey semakin memanas.

" Ana sebaiknya aku pergi, aku ada urusan sedikit di Perusahan, jika kau membutuhkan aku segera hubungi aku ya... Sementara itu aku akan meminta bantuan teman teman polisi ku untuk mencari Alvin dan Alvian. Kata Ana.

" Terimakasih Fey... maaf tidak memberi tahu mu tentang hubungan mereka karena aku juga baru tau tentang Sirene... ! bisik Ana.

" i'm ok Ana... !!! Aku pergi dulu ya kata Fey berusaha tenang.

" Tante... Sirene ...saya pamit dulu... senang bertemu kalian kata Fey dengan ramah.

Fey berjalan meninggalkan ruangan, Fey berulang kali mengumpat Steven di dalam hatinya.

" Dasar bajingan, penipu, hahhhhh kenapa ... Keluh Fey sambil memegang bibirnya.

Fey berdiri tepat di depan lift dan saat pintu lift terbuka Fey masuk dan membalik kan badan, tiba tiba Steven sudah berada tepat di depan Fey. Spontan Fey yang terkejut dengan cepat berusaha menekan tombol penutup lift.

Steven berhasil menahan lift untuk tidak tertutup menggunakan tangannya. Kemudian menarik tangan Fey dan ikut masuk ke dalam lift.

" Apa Kau Gila.... !!!!

" Ya ... aku gila...! sambung Steven.

Fey melepaskan tangannya dari cengkeraman Steven dan dengan cepat menekan tombol lift 18 karena lift sedang berada di tingkat 20.

" Aku tidak Sudi satu lift dengan mu... !! Kata Fey sambil berjalan menuju keluar setelah melihat pintu lift akan terbuka.

" Tiba tiba Steven menghalangi Fey dan mencium Fey sambil membelakangi orang orang yang menunggu lift tersebut.

Jelas saja perlakuan Steven membuat semua orang terkejut dan tak jarang mereka ikut mengumpat Steven dan Fey yang ada di dalam Lift.

Kembali pintu Lift tertutup.

Fey mendorong Steven.

" Parrrrrrrrrrrrrrr... Suara tamparan yang cukup kuat di layang kan Fey ke wajah Steven.

" Fey diam sambil menatap Steven dengan marah tak terasa air matanya mulai mengalir.

Setelah pintu lift terbuka Fey berlari dan langsung menuju mobil miliknya. Dengan cepat Fey masuk dan mengunci pintunya tanpa menghiraukan Steven yang memanggil Fey dari luar sambil mengetuk ngetuk kaca mobil Fey.

Fey berlalu meninggalkan Steven, entah mengapa perasaan Fey sangat sakit mendengar Steven sudah bertunangan. Fey menangis sesenggukan sambil menyetir dengan kecepatan tinggi.