Villa
Perlahan ku buka mataku dan rasa sakit itu masih terasa nyata di sekujur tubuhku. Perlahan aku memaksa tubuhku untuk duduk dan melihat apa yang terjadi setelah mata ku terbuka. Wajah gelisah seorang pria tampak lusuh. Dia Alvin pria yang baru saja mengatakan bahwa aku tidak terlalu penting di dalam hidupnya. Aku menarik nafas dalam dalam dan menurunkan kaki ku dari tempat tidur karena saat itu kantung kemih ku sudah penuh. Alvin mentap ku dan seketika tangannya bergerak dan menangkap tangan ku seolah dia siap menolong. Ku tepiskan tangannya dan aku berjalan menuju kamar mandi sendirian dengan cepat.
Sesampainya di kamar mandi aku menatap cermin sambil melihat ke beberapa perban dan memar yang menghiasi wajah ku. Terasa sakit bila diingat dan aku segera membasahi wajahku yang terlihat seperi orang bodoh. Alvin beberapa kali memanggil nama ku namun aku tak ingin mengendahkannya sama sekali.