Putri masih sibuk menatap layar handphonenya, tetap melangkahkan langkah kakinya untuk keluar dari toilet. Baru saja ia berada di luar dan masih sambil melangkah, ada seseorang yang baru saja keluar dari toilet Pria. Sosok pria itu tidak melihat Putri yang juga baru keluar dari pintu toilet wanita.
Entah dengan sengaja atau tidak sosok pria itu menabrak Putri dengan sangat keras, tubuh Putri yang terlalu kecil tentunya tidak berdampak pada prita tersebut. Putri pun tersungkur jatuh, dan seketika handphone yang ia pegang melayang dari genggamannya.
Putri yang masih belum beranjak dari lantai, menyaksikan dengan tercengang bagaimana handphonenya mendarat di lantai dengan amat keras bahkan mendengar suaranya, Putri yakin handphone mengalami kerusakan parah.
Putri menatap sosok pria yang berada di depannya, pria itu menggunakan kemeja biru gelap lengan panjang, dan dasinya yang berwarna merah marun membuat pakaiannya menjadi senada. Pria itu tetap berdiri tegak, menatap Putri dengan wajah dinginnya.
Pria itu masih menatap Putri dengan dingin, memperhatikan dengan jijik Putri yang masih belum bangkit dari lantai. Yang terjadi berikutnya membuat Putri semakin tercengang, pria itu dengan santai berjalan melewati Putri tanpa berkata apapun.
Putri yang kesal, dengan sekuat tenaga bangkit dan mengambil handphonenya yang terlihat layarnya sudah retak. "Heii kamu.. !!" Putri berteriak dengan sangat kencang, dan puas pria tersebut berhenti dan membalikkan badannya.
Wajahnya masih terlihat datar dan tanpa ekspresi, masih memandang dingin ke arah Putri. "Anda panggil saya?" Tanyanya dengan tenang. Putri bisa melihat respon pria itu yang masih terlihat sangat tenang tanpa ada perasaan bersalah sama sekali.
Putri tau pria yang ada di depannya, adalah pria dewasa. Sedangkan dia hanyalah anak SMA, mungkin karena itu pria tersebut tidak mau menghimbaukan Putri.
"Iya saya panggil anda." Jawab Putri masih dengan suara lantang, Pria tersebut tersenyum licik dan mencoba membetulkan posisi kacamatanya yang sebenarnya tidak bergeser sama sekali.
"Anda tau, gara-gara anda saya jatuh dan handphone saya juga ikut jatuh." Ucap Putri sangat kesal. "Lalu? Apa itu urusan saya?" Jawab Pria tersebut dengan angkuh. Putri yang semakin kesal dengan jawaban pria itu, menarik nafasnya mencoba mengumpulkan tenaga untuk bersiap-siap membalas ucapan pria tersebut.
"Ternyata penampilan yang baik tidak membuktikan seseorang memiliki etika yang baik ya." Putri mulai menyindir dan puas melihat reaksi pria tersebut yang mulai tersinggung.
"Apa maksud anda?" Tanya Pria itu yang sudah mulai jengkel dengan arah pembicaraan Putri. "Apa anda tidak sadar, saya terjatuh dan handphone saya juga terjatuh dari tangan saya, semua itu karena anda!" Ucap Putri dengan nada keras.
"Maksud kamu tabrakan tadi?" Pria itu berucap dan kali ini mengendurkan dasi yang ia kenakan, entah apa karena ia merasa ingin bersiap-siap bertarung dengan Putri. Atau ucapan Putri yang membuatnya seperti tercekik.
Pria itu melangkahkan kakinya ke arah Putri, Putri masih tidak bergeser dari kuda-kudanya. "Harusnya anda bisa minta maaf bukan?" Putri mulai berbicara lagi, tapi langkah pria tersebut tidak berhenti dan semakin mendekati putri. Kali ini mereka sudah sangat dekat.
Putri menyadari, pria itu tinggi. Wajahnya juga tampan, kulitnya yang cerah sangat senada dengan pakaian yang ia kenakan. Poninya yang sedikit panjangg, diaturnya ke arah belakang. Membuat semakin memperlihatkan dengan jelas setiap bagian wajahnya yang halus.
"Minta maaf?" Ucapnya sambil mendengus kesal, "Apa kamu gak sadar? Kalau kamu jatuh itu karena kesalahan kamu sendiri. Kamu yang keluar dan berjalan tanpa melihat sekitar, itu semua karena kamu sibuk dengan handphone kamu itu." Kini pria itu mendekatkan wajahnya ke arah Putri dan menunjuk ke arah hanphone yang ia pegang.
Putri yang tau ini kesalahannya, tetap tidak mau kelihatan kalah dari pria tersebut. "Siapa yang sibuk? Jelas-jelas anda yang menabrak saya, dan handphone saya rusak karena anda!" Ucap Putri yang memalingkan wajahnya dan menekuk kedua lengannya.
"Hhhh, anak SMA ya? Pantas saja? Pasti uang jajan kamu gak cukup ya untuk beli handphone baru." Pria tersebut kembali melawan perkataan Putri. "Mau berapa? Saya ganti! Cepat saya enggak ada urusan dengan anak kecil." Ucapnya meremehkan Putri yang masih mengenakan seragam sekolahnya.
"Sorry ya, saya gak butuh uang anda." Jawab Putri tanpa ragu. Terlihat wajah Pria itu semakin menunjukkan kekesalan. " Setidaknya anda kan bisa minta maaf, bagaimana pun saya ini perempuan. Apa anda tidak punya etika dan sopan santun." Putri melanjutkan ucapannya dan sama-sama menunjukkan kekesalannya.
"Minta maaf? Buat apa? Jelas-jelas yang salah itu kamu anak kecil." Jawab pria itu masih meremehkan Putri. Keributan mereka pun akhirnya mulai terdengar oleh beberapa karyawan. Seorang pelayan pria yang muncul dengan membawa nampan berisikan minuman, tampaknya sadar dengan keributan yang ditimbulkan oleh mereka berdua.
"Maaf, bapak dan nona. Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan pria tersebut dengan ragu melihat ketegangan antara mereka berdua.
"Gak ada!" Jawab pria dan Putri secara bersamaan.
Pelayan pria itu terkejut dan takut dengan wajah seram yang ditunjukkan oleh mereka berdua. "Maaf, tapi saya rasa keributan ini bisa menganggu pengunjung kami yang lain." Ucap pelayan pria itu masih menjaga keramahtamahannya.
"Dia menabrak saya, gara-gara itu. Handphone saya jatuh dan rusak. Kalau kamu bisa suruh dia minta maaf ke saya, saya anggap masalah ini selesai." Ucap Putri dengan lantang, pria tersebut hanya menatap Putri dengan sorotan yang tajam.
"Bapak, maaf apakah itu benar? Saya rasa tidak ada salahnya, jika anda meminta maaf kepada nona ini." Ucap pelayan itu mencoba memberikan saran, dan berharap bisa dengan segera merelai pertikaian mereka.
"Minta maaf? Sudah saya bilang saya enggak mau minta maaf, karena ini bukan salah saya. Dan apa kamu engak tau siapa saya, saya ini keluarga Wijaya!" Ucap Pria tersebut dengan angkuh. "Saya bisa pecat kamu sekarang juga, kalau kamu masih suruh saya minta maaf sama anak kecil ini." Pria tersebut berhasil mengancam pelayan tersebut, terlihat eksperi ketakutan dan bingung di wajah pelayan itu.
"Maaf pak, saya tidak tau." Ucap pelayan itu dengan terbata-bata. Putri yang tau dirinya tidak dalam posisi menang dalam pertarungannya, berjalan dengan kesal menuju ke arah pelayan tersebut.
Kali ini pria tersebut, menyegir dengan puas yang menyangka Putri akan pergi berlalu bergitu saja. Tapi perkiraannya salah, Putri bukan ingin berlalu meninggalkan pria angkuh tersebut. Putri justru berjalan ke arah pelayan tersebut, karena ingin mengambil minuman yang berada di tray tersebut. Putri mengambil salah satu minuman yang berwarna merah terang.
"OK, fine... Kalau anda enggak mau minta maaf sama saya. Tapi anda pantas menerima ini." Ucap Putri dengan lantang dan tanpa ragu menyiramkan isi minuman tersebut ke arah pria tersebut.
Seketika minuman tersebut, langsung membasahi wajah dan sebagian besar baju pria tersebut. Putri tersenyum puas, sudah lama sekali dia tidak pernah bersikap arogan dan kasar seperti ini. Tapi bukan karena ingin membalas dendam, tapi Putri merasa pria tersebut pantas untuk menerima perlakuannya.
"Putri??" Terdegar suara Andi yang memanggil dirinya denga lantang, Putri menatap temannya yang menatap dirinya dengan bingung dan terkejut.
"Irfan?? Putri??" Rita yang berada disamping Andi, juga meneriaki pria angkuh yang berada di depan Putri. Mendengar nama pria tersebut dipanggil oleh tantenya, Putri langsung memandang pria tersebut dengan ketidakpercayaan. Tidak hanya dirinya, pria tersebut juga menatap Rita yang kemudian bergantian menatap Putri dengan kesal.