Putri dengan segera menuju kedalam rumah, tapi dia menyadari bahwa ada tamu yang sedang berkunjung. Terdengar suara ayahnya yang sedang berbincang-bincang dengan seseorang di ruang tamu.
Putri melambatkan langkahnya, mencoba untuk mengintip sedikit dan melihat keadaan di ruang tamu. "Putri, kamu sudah pulang?" Suara Leyna mengejutkan Putri yang membuatnya langsung berdiri tegak. "Iya Kak Leyna." Ucap Putri dengan memberikan senyuman lebar.
Putri melihat ayahnya yang sedang duduk disamping leyna, dan masih menggunakan kursi rodanya. Di depannya terllihat wanita yang mengenakan celana panjang biru hingga setengah betis, dan blezer putih dengan potongan lengan yang pendek.
Bentuk tubuhnya yang kurus dan tinggi, sepintas Putri akan mengira bahwa wanita itu adalah seorang model. Rambutnya yang hanya sebahu dibiarkan terurai.
Wanita itu memandang Putri dengan senyum manisnya, terlihat lesung pipi yang muncul ketika ia tersenyum. Putri masih memandang Leyna dengan bingung. "Putri, sini kemari." Ucap Leyna menyadarkan lamunan Putri.
"Putri kesini sebentar, papa ingin kenalin kamu sama tante Rita." Ucap ayahnya yang memberi aba-aba agar Putri mendekat ke arahnya. Putri pun memutuskan untuk berjalan ke ayahnya, mencium tangan ayahnya dan memberi kecupan di kening ayahnya. Tidak lupa ia juga memberi salim kepada Leyna dan Rita yang baru saja ia temui.
"Putri, tante Rita." Ucapnya mencoba memperkenalkan diri, dan duduk berada disamping ayahnya, dan kini Bambang di apit oleh menantu dan Putrinya. "Pa, bukannya kita mau ke makam mama, bukan?" Tanya Putri memandang ayahnya.
"Oh itu, tadi papa sudah kesana sama tante Rita, karena tante Rita juga mau mengunjungi makam mama kamu." Ucap Ayahnya, "Putri, kenalin ini tante Rita. Tante Rita ini adalah adik mama kamu." Ucapan Bambang, membuat Putri menjadi bingung. Seketika Putri menatap wanita yang berada di depannya.
"Tunggu Pa, mama itu kan gak punya adik." Putri masih tidak percaya dengan apa yang dikatakannya. Rita yang melihat reaksi Putri, sepertinya tidak terkejut justru dia malah memberikan senyumannya.
"Papa dan mama memang tidak banyak cerita, karena ini sudah lama banget. Dan sepertinya Papa dan mama dulu sudah mulai tidak bercerita soal ini semenjak Raja dan Rafa lahir." Jelas Bambang kepada Putri, tapi masih terlihat raut wajah Putri yang bingung.
"Putri, gak ngerti pap." Kali ini Putri memperlihatkan wajahnya yang aneh. "Boleh aku saja yang menjelaskan." Ucap Rita menatap Bambang, dan Bambang mempersilahkannya.
"Putri, ah gak nyangka ya kamu mirip sekali dengan Ka Ana." Ucap Rita menatap Putri masih dengan senyumannya. "Aku dan Ka Ana, memang bukan saudara satu ayah dan ibu. Tapi kami adalah satu keluarga di Panti Asuhan Permata Kasih." Jelas Rita, yang kini mengambil sebuah kotak besar yang berada di samping kursinya, yang ia sudah letakkan dari awal ia datang.
Ia membuka kotak itu, dan mengeluarkan sebuah album besar dengan sampul yang tebal, kemudian meletakkannya di antara kedua pahanya. "Aku benar-benar minta maaf, karena aku baru bisa berkunjung hari ini, dan aku benar-benar sedih dengan kepergian Ka Ana." Rita kemudian menatap dengan tatapan kosong.
"Sepertinya kamu sudah hampir 12 tahun, tidak datang ke Indonesia." Ucap Bambang menyela pembicaraan Rita. "Tepatnya, 12 tahun 7 bulan 14 hari aku gak datang ke Indonesia. Ya setelah menikah dengan Harry, aku harus ikut dengannya. Dan kebetulan, sudah beberapa bulan ini kami sedang melakukan penelitian di sebuah pulau terpencil." Rita kembali menjelaskan.
"Kamu tau Kak, gak ada sinyal yang bisa masuk disana. Kami hidup benar-benar seperti hidup di jaman purba" Rita menatap Bambang, berharap Bambang percaya dengan omongannya.
"Orang tua angkatmu, dan adik-adik selama di Panti mereka semua sudah datang." Ucap Bambang. Terlihat Raut wajah kekecewaan di wajah Rita, menghilangkan lesung pipinya yang manis. "Maafin aku ya kak, mangkanya aku langsung menuju ke sini setelah ayahku memberi informasi kepadaku, itu pun setelah aku sudah ada di daratan." Rita kemudian mengangkat album foto dari pangkuannya.
"Aku harap ini bisa jadi penebus kesalahanku." Rita meletakkan album foto itu di atas meja. "Ini adalah satu-satunya barang yang masih aku simpan dengan baik." Rita mendorong album foto itu ke arah Bambang, Putri melirik album foto itu berwarna cokelat, dan ada pita merah yang mengelilinginya. Album foto itu juga tertulis, kenangan terindah – Permata Kasih – Keluarga tersayangku – Rita.
Bambang meraih album foto itu, dan mulai membukanya dengan perlahan. Foto hitam putih terpampang di halaman pertama. Terlihat deretan anak-anak pria dan wanita setidaknya 7 orang. Dan terlihat seorang seoarang wanita muda dengan rambutnya yang dikepang mengenakan kemeja lengan putih dan rok rempel panjang hingga semata kaki, wanita itu terlihat masih sangat muda, dan Putri bisa melihat jelas kemiripan dengan wajah ibunya.
"Ini ka Ana, " Ucap Rita menunjuk ke arah perempuan yang berkepang dengan senyuman lebar. "Lihat kalian mirip bukan." Lanjut Rita menjelaskan. "Dan ini Bunda Melati" Ucap Rita menunjuk ke arah wanita yang berada di sebelah foto Ana.
"Ahh, iya benar sekali. Putri lihat ini foto mama, kalian berdua sama cantiknya." Ucap Leyna yang sama tertegunnya dengan Putri. Bambang menarik album foto itu semakin mendekat, terlihat senyuman kerinduan saat memandang wajah istrinya yang masih muda.
"Kak, please. I don't want see you too sad." Ucap Rita mencoba memberikan semangat kepada Bambang. Bambang pun mengalihkan perhatiannya ke Rita yang menatapnya dengan rasa empati.
"Gak ko Rita, cuman rasanya seperti baru saja kemarin." Bambang tersenyum dan Putri mengaitkan tangannya di lengan ayahnya, seakan tau rasa sedih yang dirasakan. "Tapi bukannya ini juga berharga buat kamu ya?" tanya Bambang.
"Ya memang, ini sangat berharga. Aku ingat, aku yang mengumpulkan dan meminta ini ke bunda Sari. Sehari sebelum aku pergi meninggalkan Panti." Terlihat lesung pipi Rita yang muncul, walau dia hanya tersenyum kecil.
"Justru karena ini sangat berharga, aku ingin kakak bisa menyimpannya." Ucap Rita masij tersenyum. Bambang masih sibuk membuka halaman album satu persatu, Putri dan Leyna hanya bisa memperhatikannya. Banyak foto hitam putih yang bisa dilihat, dan bagaimana pun Putri bisa melihat foto-foto tersebut penuh dengan rasa kekeluargaan.
Di beberapa halaman album, bahkan Putri dan Leyna bisa melihat foto ayah dan ibunya yang sedang duduk di sebuah taman. Lucunya, mereka tampak seperti tidak sadar kalau mereka sedang di ambil fotonya.
Rita banyak menceritakan kisahnya sewaktu kecil bersama Mariana, dia menjelaskan bagaimana Ana adalah seorang yang sangat tegar, kuat dan disiplin. Bagaimana Ana berjuang untuk adik-adiknya di panti asuhan. Seorang wanita yang tangguh, kuat, dan akan berjuang untuk adik-adiknya yang berada di rumah panti.