Chereads / IHeart You / Chapter 14 - Surat Cinta.

Chapter 14 - Surat Cinta.

Renata dan Roy tentunya menetap di kediaman mereka. Karena Renata sendiri tinggal di Kalimantan. Dan Roy juga harus disibukkan dengan berbagai pekerjaan, Papa terlihat senang dengan bantuan Roy, terutama Mama yang sepertinya ingin segera melepaskan jabatan personal assistan.

Selama di rumah pun Putri, sebisa mungkin bersikap biasa menghadapi kakak iparnya. Beberapa kali menghindari ajakan untuk pergi bersama, Masih sangat jelas oleh Putri mengingat kembali perkataan Renata mengenai dirinya.

Siang itu di sekolah – jam istirahat, Putri seperti biasa menikmati jam istirahatnya di bangku taman sekolah. Putri memperhatikan situasi sekolah, beberapa hiasan warna pink dan balon-balon pink terlihat di beberapa sudut sekolah.

Ya ini Februari, para pengurus OSIS termasuk Wira yang menjadi ketua OSIS menggantikan Rian yang sebelumnya. Mengadakan beberapa kegiatan, beberapa pengurus OSIS dan beberapa siswi yang berpartisipasi sibuk menjajakan cokelat mereka untuk dijual. Tidak lupa beberapa kartu ucapan juga dijual, bahkan mereka juga menyediakan jasa pengantaran bagi para pasangan yang ingin memberikan kejutan pada saat kelas dimulai.

Putri sama sekali tidak berminat dengan acara tersebut, dirinya pun tidak berminat untuk merayakan hari kasih sayang tersebut. Baginya mengungkapkan kasih sayang bisa dilakukan kapanpun, Tapi memang ada sedikit rasa iri yang dia lihat.

Jam kelas tadi- sebelum istirahat. Di jam pelajaran matematika, tiba-tiba saja muncul pengurus OSIS yang mengantarkan cokelat dan surat cinta. Sungguh membuat murid-murid menjadi heboh dan iri saat itu.

Andi terlihat jalan terburu-buru kearah Putri sambil membawa beberapa tumpukan barang. Awalnya Putri tidak sadar akan apa yang dibawa oleh Andi, sampai akhirnya Putri melihat tumpukan cokelat dan kartu-kartu yang berwarna pink.

Tidak hanya itu saja, ada yang berbeda dari temannya. Dan Putri hampir tidak mengenalinya. Andi memotong rambutnya dengan rapi bahkan terlalu rapi dan modis. "Andi??" Tanya Putri dengan sangat heran. "Jadi ini alasannya, Kita gak berangkat bareng pagi ini?" Putri masih menatap Andi yang jujur terlihat ganteng dan berkarisma.

"Put, stop.. Jangan bilang apa-apa." Ucap Andi dengan sangat cepat, sambil menjulurkan telunjuk kanannya ke arah Putri yang masih memandang dengan terkesima.

"Jujur gue terlihat aneh kan?" Andi yang langsung duduk, meletakkan semua tumpukan surat cinta dan cokelat disamping Putri. Putri mencoba menahan senyumnya.

"Gak kok, malah keren. Jadi kaya apa ya.." Putri menatap wajah Andi dan memperhatikan setiap potongan rambut barunya. "Kaya boy band." Seru Putri yang sekarang sedikit tertawa.

"Errgghh, Ini gara-gara tukang cukurnya. Gue cuman bilang rapiin, kenapa harus di modelin. Pagi ini baru aja sampai gerbang, Pak Nano aja hampir gak ngenalin gue – Percaya gak tuh." Andi menunjukkan raut wajah yang serius saat mengatakan kepada temannya.

"Dan dari pagi sampe sekarang, tau-tau adik kelas pada ngasi beginian. Pada kesambet kali yaa.." Andi menunjukkan tumpukan surat cinta yang sepertinya belum sempat dia buka sama sekali, atau lebih tepatnya tidak akan dibuka sama sekali.

Dan akhirnya Putri tidak bisa menahan rasa gelinya, Andi hanya bisa menunjukkan rasa kesal ketika menatap Putri yang tertawa dengan puas. "Duhh,, sakit perut deh, Liat tuh berapa banyak surat cinta yang udah lo terima, belum cokelatnya." Putri mengambil salah satu kartu ucapan yang berbentuk hati dan tertulis untuk Andi, pangeranku.

"Ohh my goshh..." Ucap Putri menunjuk-nunjuk tulisan yang tertera di kartu tersebut. "Dan ini juga, my first love." Putri mengambil salah satu cokelat dan membaca kertas yang disematkan diantara pita sambil tertawa, "Gilaa,, Kamu sekarang tenar loh Ndi."

Andi pun langsung meraih tangan Putri, seketika tawa Putri terhenti karena kaget Andi menggenggam tangannya terlalu erat. Bahkan Andi sedikit mendekatkan wajahnya ke arah Putri. Terlihat jelas wajah Andi yang tampan, wajah Putri pun memerah malu.

"Put, serius. Sekarang aku jadi ganteng kan. Kamu suka kan." Andi berucap dengan sungguh-sungguh. Putri yang kaget mendengarnya, seketika langsung mengeplak kepala Andi dengan cokelat yang dipegangnya. "Auuuu, Put, kok mukul sihh.." Ucap Andi, dan terdengar suara bel masuk berbunyi. "Udah ahh, balik ke kelas lagi." Ucap Putri seraya berdiri, dan membereskan barang bawaannya, Andi yang masih berceloteh mengikuti Putri berjalan masih mengomentari harus diapakan semua cokelat dan surat-surat ini.

Putri tidak menghimbaukannya, "Dasar Andi... bisa-bisanya dia ngomong begitu." Putri kembali menatap ke arah jendela dan menatap halaman sekolah. Jam pelajaran Biologi terlihat senggang. Bu Rani yang hanya datang sebentar ke dalam kelas, hanya memberikan sedikit tugas untuk dikumpulkan setelahnya para murid ditinggalkan ke dalam kelas.

Suasana kelas menjadi sedikit ribut, belum para siswi wanita yang sibuk dengan cokelat dan kartu ucapan yang sudah mereka beli. Berapa siswa laki-laki pun tidak luput dari berbagai kiriman paket cokelat yang dikirimkan oleh para pengurus OSIS.

Putri menatap layar handphonenya, dan membaca chat dari Andi yang tidak bisa mengantar pulang. Putri sedikit aneh, dengan temannya yang mengirimkan chat dengan imo love. Aneh sekali bagi Putri rasanya, kalau Andi berharap lebih karena selama ini Putri hanya menganggapnya sebagai teman dan tidak lebih.

Andi yang masih sibuk dengan persiapan lomba Fisika, tentunya tidak bisa menemui Putri. Iqbal benar-benar mengawasi Andi untuk tidak kabur dari jam pelajaran tambahan. Sedangkan Putri memutuskan untuk pulang bersama Wira.

Diantar dengan supirnya, Wira dan Putri tidak banyak berbicara selama perjalanan pulang. Walaupun hubungan mereka sudah mulai membaik, tetap saja Putri masih merasa canggung jika hanya berdua dengan Wira. Putri masih mengingat kejadian satu tahun lalu, sampai sekarang Putri masih tidak berani menanyakan kabar Mega.

Sesampai dirumah, Kondisi rumah tampak sepi. Orang tua mereka tentunya belum pulang, Roy dan Renata juga tidak terlihat. Rian dan si kembar pun belum kembali dari kampus mereka.

Wira yang terlihat lelah, meletakkan dengan asal tas yang cukup besar dan berat di bangku ruang keluarga, kemudian pergi meninggalkan Putri yang berada di ruang keluarga. Putri melihat kakanya sudah menghilang dari balik pintu.

Putri pun menghempaskan tubuhnya ke sofa yang berada diruangan tersebut, dan menatap langit-langit diatasnya entah apa yang ada dipikirannya saat ini. "Ini kan hari Sabtu, tapi dirumah aja. Andi juga gak bisa keluar, Senin dia sudah mulai perlombaan." Ucap Putri pada dirinya sendiri, Putri pun memandang kesekelilingnya. Tidak ada satu orang pun diruangan tersebut.

Pandangan Putri pun terpaku pada tas Wira yang besar. "Apa sih yang dibawanya?" Ucap Putri penasarannya. Putri berjalan mendekati tas tersebut, ia memegang dan mencoba mengangkat tas yang cukup berat, dan meghempaskannya kembali.

"Berat banget, ehh apa nih." Putri sedikit mengintip ke arah dalam tas yang tidak tertutup sempurna. Putri pun membuka tas tersebut, sambil memperhatikan keadaan sekeliling. Khawatir jika Wira kembali kedalam ruangan .

Putri menemukan banyak sekali tumpukan kartu ucapan dan cokelat. "Pantas saja berat." Putri mencoba menahan rasa gelinya. Memasukkan tangannya ke dalam tas dan meraih beberapa kartu dan cokelat. "Hebat, Ka Wira bisa dapat sebanyak ini." Ucap Putri dengan kagum.

Kalau dipikir-pikir, Wira memang tampan sih. Apalagi sekarang dia ketua OSIS, wajar kalau banyak siswi yang suka dengannya. Tapi Putri tidak pernah melihat kakaknya pernah berpacaran kecuali dengan Mega. Putri seketika menghela nafasnya dengan panjang, mengingat Mega kembali, membuat rasa penyesalan itu datang kembali.

Kembali memperhatikan isi tas Wira, Putri memperhatikan ada surat yang berbeda dengan surat lainnya. Bentuknya lebih besar, dan warna pinknya juga lebih berbeda. Ditambah ada pita pink yang mengelilingi surat tersebut. Ahh inilah Putri, sifat penasarannya tidak pernah berkurang. Semakin dia menahan untuk tidak melakukan , Rasa penasarannya pun semakin menjadi, dan akhirnya dengan berani dan hati-hati ia pun mengambil surat tersebut.

Diantara semua surat yang Putri pegang, hanya surat yang ini sudah terbuka dan berarti Wira sudah membacanya (Itu yang ada di pikiran Putri, saat memegangnya). Kembali ia memperhatikan keadaan sekelilingnya, masih belum ada tanda-tanda kemunculan Wira.

Putri meletakkan tas Wira yang berat, dan kembali ke sofanya yang empuk-masih memegang erat surat itu. Mulai membaca di barisan pertama, masih dengan penasaran siapa yang mengirimkan surat cinta kepada kakaknya.

Dear Wira,

Apa kabarmu? Aku harap baik-baik saja.

Maaf selama ini aku gak pernah balas semua pesan yang kamu kirimkan.

Walau aku sudah ganti nomor, kamu tetap bisa tau nomor terbaruku.

Hari ini lewat Linda, aku meminta bantuanya untuk menyampaikan surat ini kepadamu.

Hehehe.. cara klasik ini, sepertinya cukup membuatku berdebar memikirkan reaksi

apa yang akan kamu pikirkan nanti?

Setahun belakangan ini, aku sudah memulai kehidupan yang baru.

Aku juga sudah berhenti dari pengobatan, ahh aku pikir kamu pasti lebih tau :)

Bagaimana cara mengatakannya ya, (Ini benar-benar membuatku bingung)

Aku mau kita ketemuan, sedikit berbincang-bincang sebagai teman.

Aku tak perlu menunggu jawabanmu.

Tapi aku akan menunggu di tempat di mana kau menyatakan perasaanmu.

Malam ini.

-Mega-