Chereads / Dalam Luka Ku Masih Setia / Chapter 17 - “Cukup Menjadi Rahasia”

Chapter 17 - “Cukup Menjadi Rahasia”

🍁 Faza' Pov~

Tidak semua rindu harus diucapkan, tidak semua cemburu harus diperlihatkan, tidak semua sayang harus dibuktikan. Sebab ada beberapa hal yang akan lebih baik jika menjadi rahasia antara aku dan Tuhan.

Irene datang ke mejaku dan mengajak makan siang bersama. Tak enak jika aku harus menolak setiap ajakannya, maka untuk kali ini aku menemaninya.

Kami memutuskan untuk makan di restoran terdekat, di sinilah kami duduk saling berhadapan dengan diseling meja makan dan tak lama pelayan resto sudah membawa hidangan yang kami pesan. Di depan Irene, aku bukan tipe pria yang banyak bicara. Jadi sejauh ini aku tak sempat mengatakan apapun.

"kamu harus makan yang banyak!!" seru Irene

"iya!" balasku

Selepas itu kami tak saling mengobrol. Canggung sekali rasanya, tapi tak ada yang ingin aku sampaikan juga kepada Irene, maka aku memilih diam dan melahap makan siangku.

"kamu udah beresin tuntutan buat pedofil itu??" tanya Irene yang menghilangkan kecanggungan

"Siapa??"

"cowok brengs*k itu" balasnya dengan wajah kesal

"ahh tersangka kasus pelecehan seksual? Jangan khawatir, aku sudah siapkan bukti konkritnya, orang itu gak akan lepas dari jeratan hukumannya"

"syukur kalau gitu!! Kamu harus beri tuntutan paling maksimal!"

"pastinya!!"

Sebenarnya tak ada pembicaraan khusus setiap kali aku pergi dengan Irene. Tapi anehnya, dia sering mengajakku untuk makan atau pergi bersama. Dia juga sering mengirimiku pesan singkat dan isinya tidak lebih dari sekedar perihal pekerjaan.

🌹 Yuna Pov~

Bohong kalau aku sudah melupakan semuanya, sukar kalau aku sudah memaafkan sepenuhnya, tapi perlahan aku mulai menerima keberadaannya kembali. Kisah kita yang dulu terukir cukup menjadi rahasia tanpa melibatkan siapa pun.

Tanpa sengaja aku dan Faza' bertemu di sebuah mini market, kami hanya saling menatap. Tak ada satu kalimat pun yang ingin aku ucapkan, tapi lain dengannya yang mengatakan "kita bicara dulu sebentar!!".

Sesuai permintaanya, aku menyempatkan untuk mengobrol sebentar dengannya di depan mini market yang sudah tersedia kursi untuk para pelanggannya.

"terima kasih, sudah menyempatkan waktu untukku!!" ucap basa-basi Faza'

"apa yang mau kamu omongin??" to the point ku

"aku minta maaf atas kejadian kemarin" ucapnya tanpa keraguan

"Faza'??"

"iya, kenapa??"

"perlahan, aku berusaha maafin kamu. Dan sekarang aku sudah mulai menerima keberadaan kamu walau pun memang sulit. Tapi aku mohon sama kamu, bisa gak kamu seolah tak mengenal aku?? Aku hanya tidak mau, orang-orang bergosip tentang aku. Aku mohon!!"

Faza' tercengang, ia membalas "apa katamu?? Gimana...??"

"biarlah kisah kita menjadi rahasia kita. Dengan begitu, aku bisa memafaatkan kamu" tutupku sekaligus pergi lebih dulu dari Faza'.

🌺 Dean Pov~

Berhubung aku sudah mendapat pekerjaan baru, jadi aku bergegas untuk memberi tahu Yuna. Aku mendatangi rumahnya pada malam ini. Aku mengetuk pintu rumahnya dan memanggil namanya, ia pun membuka pintu untukku.

"ada apa malam-malam gini??" ucapnya dengan menyeringai

"kenapa?? Gak boleh??" tanyaku

"ada apa??" tanya dia dengan nada jutek

"kamu udah makan??"

"belum. kenapa? Mau ngajak makan??" balasnya dengan lembut nan imut

Sebenarnya aku sudah duga sih reaksi yang akan ia perlihatkan, tapi kadang-kadang suka aneh juga sama sikapnya yang ingin terlihat menggemaskan tapi jatuhkan malah menggelikan.

Kami memilih tempat makan yang tak begitu ramai dikunjungi pelanggan, karena tempat seperti itu akan terlalu berisik dan menunggu makanan pun akan sedikit lebih lama.

"pilih apapun yang kamu mau!!" ujarku pada Yuna yang sedang memilih menu

"beneran??"

"bener!!"

"awas aja kalau di akhir malah nyuruh aku yang bayar!" ancam dia

"gak usah khawatir!!"

Tak segan, Yuna memilih makanan ini itu sampai memenuhi meja kami.

"kamu pasti sangat kelaparan!" ucap spontanku yang melihat pelayan terus membawakan pesanan sampai memenuhi meja.

Dia pun makan dengan lahapnya, tanpa memedulikan lemak dan karbohidrat yang sudah ia telan di malam hari begini, sedangkan aku hanya melihatnya dengan wajah takjub alias il feel.

"dalam rangka apa kamu traktir aku kayak gini??" tanya Yuna yang sambil mengunyah makanan

"kalau makan ya makan aja, nggak usah sambil ngomong!!" imbuhku dengan nada seperti sedang memarahinya.

Ia pun menelan makanan lebih dulu, kemudian mengulang pertanyaannya.

"aku sudah dapat pekerjaan" balasku dengan sedikit songong

"beneran??" tanyanya yang seolah tak percaya

Aku pun mengangguk

"waaaahhhhhhhhhh" imbuhnya dengan menutupi mulutnya yang melongo diiringi dengan mata melotot, "selamat, selamat" heboh Yuna dengan reaksi berlebihan sampai-sampai pelanggan lain memerhatikannya.

Aku menutup muka dengan kedua tanganku karena merasa malu melihat perilakunya Yuna.

"kamu kerja di mana??" tanya dia yang mengecilkan suaranya agar tak diperhatikan pelanggan lain.

"di firma hukum Kita Satu"

" syukur kalau kamu kerja di firma hukum yang lumayan terkenal" balasnya yang terdengar nyeleneh

"apa maksudmu?? Kamu meledekku??" ucapku yang agak ngotot

"nggak, biasanya firma hukum itu ngambil kasus-kasus berat. Tapi kamu, sebelumnya belum pernah ngambil kasus-kasus seperti itu. kamu akan baik-baik aja??" balasan Yuna

"aku harus membiasakannya!!" ungkap percaya diriku

"Hana sudah dikasih tau??"

"belum"

"kenapa??" tanya penasarannya

"kita sudah putus" balasku

"apaaaaaaaaaa?? Kapaaaaan? Kenaaaapaaa?" tanyanya dengan ekspresi yang lagi-lagi berlebihan sekaligus mengundang perhatian pelanggan lain.

Sadar akan ekspresinya itu, Yuna pun akhirnya malu sendiri dan meminta maaf kepada pelanggan lain atas tindakannya itu.

"kapan? Kenapa??" tanya kembali Yuna dengan suara yang sangat kecil.

"kamu nggak perlu tahu" balasku

"apakah itu gara-gara aku??" tanya kepedean Yuna

"ngomong apa sih kamu??"

"kalau gitu gara-gara apa??"

"ada lah! Kamu gak perlu tahu!!" tutup ku

Cukuplah itu menjadi rahasia antara aku dan Hana tanpa melibatkan siapapun dan biarlah hanya kami yang menelan kisahnya.