Petugas patroli yang mengamankan segera memasangkan police line disekitar TKP.
Tak ada yang tahu penyebab dari kematiannya. Usai memasang police line petugas patroli kemudian menghampiri beberapa orang disekitarnya untuk dimintai keterangan.
Usaha yang mereka lakukan tidak sia-sia, keterangan dari orang-orang sekitar bisa menjadi informasi tambahan untuk tim forensik.
Tapi semuanya nihil, tak ada yang tahu bagaimana ini bisa terjadi.
***
Eastflowerjoy, 19 Maret 2000
Terdengar rengekkan seorang balita dari balik bisingnya pasar di Eastflowerjoy. Bukan karena terpisah dari orang tua. Tapi kala itu, krisis ekonomi tengah melanda kota.
Orang tua dari balita yang merengek itu mencoba menenangkannya.
"Sudah, sudah. nanti kalau ayahmu pulang kamu bisa beli 'es cream teh manis' yang banyak" gupai seorang ibu pada anaknya.
Sang balita pun menurut dan berhenti merengek, kemudian memeluk kedalam pangkuan ibunya.
Mereka pun kembali kedalam ruko yang cukup besar untuk menampung banyak keluarga.
"Kenapa Her?" Tanya dari istri seorang kepala keluarga Mustofa.
"Ahh... tidak apa bu, hanya rengekkan biasa." Sambil melemparkan senyum kecut. Hera, Ibu dari balita yang sedang digendongnya.
"Kamu lanjutkan saja mengobras primadani itu. Biar ibu yang mengasuh Rere" Wanita setengah baya itu membalas dengan senyuman yang tulus. Dia tahu, semua keluarga yang tinggal dan bekerja dirumahnya sedang mengalami keadaan yang sulit.
"Ayo re, sekarang mainnya sama nenek" Lanjut dari Wanita setengah baya itu.
"Terimakasih, bu." balas Hera sambil melepaskan pangkuannya dan memberikannya pada wanita setengah baya itu dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang masih menumpuk.
"Re, Kamu itu, kelak dewasa nanti jadilah pria yang kuat dan bisa mengambil keputusan yang baik. seperti ayahmu" itu adalah nasihat, doa dan harapan dari Serin, Nenek dari bocah balita yang sedang dipangkunya.
"Nek, memangnya ayahku sehebat itu?" tanya Rere dengan polos pada neneknya.
*****