Gue masuk ke dalam kamar yang mana di sana terdapat Mikaila yang memakai baju terpidana, dia tidak seglamor dan serapih biasanya. Mikaila terlihat menyedihkan dan berantakan di mata gue.
Dia menunduk tanpa mau mengangkat wajahnya menatap gue.
Gue duduk menyandarkan punggung pada kursi berhadapan dengan Mikaila dan satu meja yang memisahkan kami berdua.
Mikaila akhirnya mengangkat wajahnya untuk menatap gue ketika mendengar tidak ada suara yang gue keluarkan.
"Paus buat aku begini, bangsat!! Nggak cukup lo bikin aki sakit hati dan terbuang, sekarang malah jeblosin aku ke penjar."Teriakan pertama penyambutan gue.
"Itu salah kamu karena remehin aku,"
"Itu salah istri kamu yang bodoh. Mau saja datang ke pesta mengatas namakan teman satu kelasnya, padahal akal-akalan gue doang--Hahahahaaaa..."
Gue menampar pipinya yang membuat dia langsung berhenti tertawa, [ermepuan seperti ini perlu di beri pelajaran. Dia ini gila.