Sekar terus menangis, meratapi kebodohannya selama menjadi orang tua bagi putri semata wayangnya. Keadaannya sangat buruk, membuat rumah megah itu menjadi berduka mengikuti sang nyonya.
Wajah Sekar selalu menampilkan mendung, Satriyo sampai ikut merasakan rasa duka yang sang istri rasakan.
Anak kandung mereka terkena imbas dari hilangnya Faras, Sekar hanya sekali atau dua kali memegang anak bungsu mereka. Tidak ada daya lebih kuat untuk mencurahkan perhatiannya pada malaikat kecil itu, dukanya masih menyambangi kosongnya sang hati.
Sekar duduk di atas sofa di dekat jendela, di kamar putrinya. Di mana itu adalah tempat favorit yang dia ketahui selama hidup bersama, sangat sedkit hal yang Sekar ketahui dari putrnya, dia terlalu banyak abai karena ancaman Tyaga.
Dia terlalu takut untuk mencurahkan segala perhatian yang dia miliki dan sekarang dia menyesal, sebab banyak luka dan duka dia berikan pada Faras. Yang menyebabkan dia enggan memegang Chiko, anak lelakinya.
