Gibran memandang kearah ibunya, dengan berat hati dia bangkit dari kursi kerjanya.
"Mama masak apa ini?"Basa basi karena rasa bersalah, padahal untuk makan saja dia mual.
Asam lambungnya jadi sering kumat sejak dia terlalu banyak pikiran akan perusahaan dan pencarian istrinya.
Sejak menghilang, Gibran merasa kosong dan tidak punya gairah hidup. Dia kadang merasa linglung ketika sedang benar-benar sakit dan bersedih, kemana harusnya dia bercerita saat sadar tidak ada istrinya.
Tidak ada Faras yang suka menjadi pendengar tiap keluh kesahnya.
Dia bersandiwara selama Faras menghilang, memberitahu pada keluarga dan teman-temannya. Dia masih bisa menahan dirinya, entah menyembunyikan di mana perasaan hampa nan kesepian yang terasa semakin menyengat dada sakitnya.
Dia sudah melewati waktu sepi dengan kepedihan yang menyelimuti bersama kekosongan hatinya.