Chereads / Benteng Yang Terkepung / Chapter 2 - Gadis Desa

Chapter 2 - Gadis Desa

Sebuah teriakan terdengar di ujung jalan,tepatnya di balik pepohonan. Teriakan itu adalah teriakan menjerit.

Ketika teriakan itu terdengar kedalam telinga Wirasana,ia langsung turun dari kudanya, dalam pikirnya ia tidak perduli apapun kecuali teriakan itu,tanpa mengikat kudanya ia lalu menuju ke arah teriakan.

Dibalik pepohonan, ia melihat seorang wanita sedang berdiri ketakutan.

" Apa yang terjadi ? Kamu terlihat ketakutan " tanya Wirasana baru kemudian dia melihat penampilan wanita tersebut.

Seorang gadis mengenakan pakaian dan rok berwarna coklat ditambah paras dengan khas gadis desa yang sederhana, tak ada sedikitpun perhiasan yang ada ditubuhnya. Tapi yang ada hanya ekspresi ketakutan diwajahnya.

" Aaa-ada sesuatu yang bergerak di kakiku "

" I-itu ... Sesuatu itu bergerak keatas pahaku, To-tolong singkirkan hal itu sekarang... Aku Mohon " jawab gadis tersebut.

" Apa maksudmu ? , dan tidaklah sopan untuk diriku menyentuh tubuhmu " ucap Wirasana

" Ahhhhh hal itu makin keatas, awas kau " kata gadis tersebut sembari memukul pahanya

*Plak*

Seekor ulat jatuh ketanah, terlihat ulat tersebut sekarat.

" Haah.... Akhirnya berani sekali kau merayap di kakiku, dasar ulat jelek " gadis tersebut menghela napas lalu mulai menghardik si ulat yang malang.

Wirasana hanya bisa diam dan membisu melihat tingkah gadis tersebut.

Gadis tersebut kemudian menoleh ke arah Wirasana, dan berkata.

" Halo, maafkan aku kamu telah melihat tingkah konyolku tapi aku tadi sungguh ketakutan, ku pikir ular karena kudengar ada banyak ular disekitar sini, lalu disini jug--- ugh. Maafkan aku malah berceloteh lagi. Lebih baik kita berkenalan terlebih dahulu "

" Namaku Anindya, aku berasal dari Danadyaksa. Aku sangat suka bertualang kedalam hutan, berjalan-jalan sepanjang aliran sungai. Rasanya seperti diriku menyatu dengan alam, sudah 3 hari aku berkemah disini dan hari ini aku akan kembali tapi, hal yang sangat kusuka disini adalah saat malam hari kamu bisa melihat jutaan bintang. Aku bilang jutaan karena aku tidak tahu jumlah pastinya sih... " celoteh Anindya.

" Ngomong-ngomong siapa namamu ? " tanya Anindya.

" Namaku Wirasana Wicaksana, aku dari Abyudaya, aku bertujuan untuk berkunjung ke Benteng Danadyaksa. " jawab Wirasana

" Namamu seolah-olah dirimu adalah pahlawan, dan memiliki 2 kata mungkinkah kau adalah anak para ningrat ? Atau seorang pangeran, hah tapi aku tidak perduli sih. Omong-omong apakah kamu berbohong berkata berasal dari Abyudaya. " cecar Anindya.

" Tidak, Aku tidak berbohong aku memang berasal Abyudaya " protes Wirasana

" Tapi mana mungkin, kau berjalan dari Abyudaya yang dari sini jaraknya 4 hari jika menunggangi kuda dan sekarang kau masih terlihat segar. Kau pikir aku bodoh ? " tukas Anindya.

" Karena aku memang menunggangi kuda " jawab Wirasana tenang.

" Ayo tunjukan kudamu " pinta Anindya.

Wirasana hanya bisa menuruti permintaan Anindya, mereka berjalan kembali ke jalan.

Namun, siapa sangka dijalan tidak ada apapun kecuali jalanan dan pepohonan. Tidak ada kuda putih gagah milik Wirasana.

" Benarkan, kau pembohong berkata berasal dari Abyudaya. Mana kuda yang kau sebutkan " ejek Anindya.

" Tadi aku turun disini, dan tidak mengikat kudaku " gumam Wirasana.

" Hahahaha, jikalau begitu namamu tidak sesuai dengan kelakuanmu kau ceroboh sangat tidak bijaksana sama sekali " ejek Anindya.

" ... "

Wirasana hanya bisa diam.

" Aku kasihan melihatmu, lebih baik kau ikut denganku dan bebarengan kembali ke Danadyaksa " ajak Anindya

" Baiklah.... Tapi ada satu hal yang tidak kumengerti... " ucap Wirasana.

" Apa ? " tanya Anindya penasaran.

" Baru saja kau menuduhku pembohong, lalu kemudian mengajaku berjalan bersama. Apa kamu tidak takut bahwa aku seorang penyamun ? " kata Wirasana.

" Sederhana saja, pertama aku pandai berkelahi dan tidak takut pada penyamun makanya aku berani bertualang dan juga tidak ada penyamun yang ceroboh seperti kau. Kedua, karena akan membosankan jika aku kembali sendirian " celetuk Anindya.

" ... "