Pagi yang cerah, tapi tidak secerah suasana hati Ella saat itu. Ella menjalankan mobilnya, sambil terus mengumpat tidak jelas kepada kemudi setir yang ada dihadapannya.
"ROSE??!!"
Nama itu yang terus ia ucapkan berulang kali dalam perjalanannya.
"Haahhhhh...!!!" Ella menghembuskan nafasnya layaknya seekor naga yang sedang mengeluarkan api dari hidungnya.
Ponselnya yang berdering, segera saja bisa mengalihkan perhatiannya dari bayangan wajah Rose yang masih sangat terekam di pikirannya saat itu.
Sesekali Ella melirik ke arah jalan yang ada dihadapannya, sambil menatap nama Calvin terpampang pada layar ponselnya.
"Ellaa....!!!"
Seru Calvin, tanpa harus menunggu Ella mengucapkan sepatah dua kata. "Apa kau tidak apa-apa? Apa mereka melukaimu? Aku terus mencoba menghubungimu semenjak kau pulang..."
Ella sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya, Calvin masih saja terus berbicara dan terlalu banyak pertanyaan yang ia tanyakan pada Ella.
"Ella?Ella....?Ella...! Apa kau tidak mendengarku." Calvin yang sadar kalau Ella tidak meresponnya.
"Apa kau sudah selesai Calvin? Dan menjawab semua pertanyaanmu... Aku tidak apa-apa OK."
"Aku tidak yakin dengan jawabanmu, dan aku tidak percaya. Bagaimana kalau kita bertemu hari ini? Mmm Dimana sekarang posisimu, EL?" Calvin masih berusaha membujuk.
"Hhh... Aku harus bertemu dengan Nancy hari ini. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan, dan itu harus secepatnya Calv." Ucap Ella, kali ini ia menikung dan terus melajukan mobilnya.
"Aku masih tidak suka, jika kau masih terus tinggal disana Ella.." Potong Calvin.
"Calvin.. sudah berapa kali kita membahas ini. Kau tau aku juga ingin segera keluar dari sana, tapi situasinya tidak memungkinkan...."
"Ella, aku bisa membantumu untuk keluar dari sana...." Potong Calvin kembali.
"Calvin aku tidak ingin melibatkanmu terlalu jauh. Apa kau tidak ingat? Gerombolan pria besar yang datang semalam sewaktu kita direstoran?" Ella mencoba mengingatkan betapa bahayanya situasi yang mereka hadapi saat ini.
"Ella.. itu bukanlah kategori bahaya! Menurutku..."
"Calvin!! Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu saat ini." Ella mulai kembali meninggikan suaranya.
"Tapi... Ella...!!!:
"Calvin....!!"
Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttttttttttttttttttttttttt...........
Ella menahan nafasnya, matanya sama sekali tidak berkedip dan jantungnya mulai berdegup kencang. Ia mulai menelan ludahnya sendiri, ia sudah melakukan pengereman secara tiba-tiba.
Kali ini ia sudah mulai bernafas perlahan, walaupun masih tersengal-sengal. Ini adalah kesalahannya, menggunakan ponselnya pada saat mengemudi.
Jelas sekali tadi ia melihat seoarang wanita berada persis di depan mobilnya, "Hahh... apa aku menabraknya?" Ucap Ella pelan.
"Ella, ada apa??" Tanya Calvin yang ikut menjadi panik.
"Calvin, hubungi aku nanti.. TIDAK.. Aku yang akan menghubungimu nanti."
Ella mematikan ponselnya, tanpa mendengar Calvin yang masih saja berbicara. Melempar ponsel ke arah kursi sebelahnya, dan bergegas turun. Jantungnya masih berdegup kencang, berharap cemas agar tidak terjadi hal buruk.
Sedikit bisa bernafas lega, karena tidak ada ceceran darah yang terlihat. Seorang wanita dengan dress-nya yang berwarna putih- for hitam dan mantel biru.
Wanita itu sedang duduk terkulai lemas diatas jalanan aspal, sepertinya Ella berhasil berhenti pada jarak yang masih cukup aman.
Hanya saja, wanita itu pasti cukup kaget dengan mobil yang melaju pada saat tanda lampu merah berlangsung.
"Ahh... Maafkan aku.." Ucap Ella memungut tas putih kecil, dan segera saja menyentuh bahu wanita tersebut.
Rambut wanita itu amat pendek sepanjang dagunya yang runcing, warna rambutnya hampir menyerupai putih seluruhnya. Ella bisa melihat jelas, usia wanita itu setidaknya sudah separuh abad.
"Maafkan aku, aku benar-benar terlalu ceroboh." Ella masih merasa bersalah, dan dan terus menyalahkan dirinya.
Seketika sekerumunan orang pun mulai bermunculan, sekedar ingin tahu apa yang sedang terjadi.
"Ahh... kakiku..." Ucap Wanita itu merintih kesakitan.
"Hati-hati... sepertinya kaki anda terkilir. Biar saya membantu anda untuk berdiri."
"Terimakasih." Jawab wanita itu, dan pada saat Ella membantunya kembali wanita itu merintih kesakitan.
"Ahhh... ini terlalu sakit."
Ella menatap dengan bingung dan sedikit rasa panik, apakah dia harus menggendong wanita tersebut ke dalam mobilnya?
Seorang pria menerobos masuk dalam kerumunan yang padat.
"Ada apa ini? Sarah???" Panggil pria yang barus saja tiba, Ella langsung saja mengenal siapa yang baru saja tiba. Kedua mata itu saling bertatapan, dikarenakan mereka memang saling mengenal satu sama lain.
"RON??!!"
"ELLA??"
Ucap kedua orang tersebut bersamaan, "Ella, apa yang terjadi?" Tanya Ron mulai menginterogasinya.
"Ee... aku hampir saja menabraknya (tunjuk Ella pada wanita tersebut). Sepertinya kakinya terkilir cukup parah." Jawab Ella masih dengan perasaan bersalah.
"Mmmmm...." Ron mulai memegangi pergelangan kaki Sarah, dan wanita itu masih meringis kesakitan.
"Kau harus dibawa kerumah sakit, biar dokter memeriksa keadaan kakimu Sarah."
"Apa kau bisa menggendongnya Ron? Bawa dia kedalam mobilku, aku akan mengantarnya. Kau boleh ikut, jika kau mau." Ella menatap dengan tatapan memelasnya, berharap Ron menuruti perintahnya.
"Sepertinya memang aku harus ikut bersamamu Ella, baiklah kita gunakan mobilmu." Ucap Ron, dan langsung saja bergegas menggendong Sarah.
Dengan sigap Ron dan Sarah berada di kursi penumpang. Sedangkan Ella mulai melajukan mobilnya.
"Apa sangat sakit Sarah?" Tanya Ron ketika mobil sudah mulai berjalan.
"Kaki ini sudah terlalu renta Ron, aku hanyalah seorang wanita paruh baya." Jawab Sarah pelan, kakinya ia biarkan tertumpu dia atas paha Ron. Karena sulit bagi Sarah jika harus menekuk kakinya saat itu.
"Maaf.. sekali lagi maafkan aku Sarah. Aku benar-benar terlalu ceroboh.." Ucap Ella seraya menatap mereka berdua dari kaca spion depannya.
"Aku pasti akan bertanggung jawab Sarah, dan... Ron aku juga harus berterimakasih denganmu." Lanjut Ella,
"Tapi, aku tidak menyangkan kalian saling mengenal?" Ella kembali fokus untuk menatap jalan dihadapannya.
"Ahh.. Ella, Sarah ini adalah managerku. Kami baru saja mengadakan pertemuan untuk membahas beberapa acara." Jelas Ron, dan Ella mengangguk-angguk menandakan ia mulai paham akan hubungan kedua orang tersebut.
"Dan Sarah, bukankah kau pernah bertanya mengenai gadis bernama Ella yang mengirimu Email beberapa bulan lalu?"
Ucapan Ron langsung saja membuat mata Sarah mendelik. Sarah dan Ella bahkan hampir lupa kalau pernah berkomunikasi secara tidak langsung.
Ella pun masih tidak percaya, setelah berbulan-bulan lamanya. Ia sangat penasaran dan ingin sekali bertemu dengan sosok yang bernama Sarah.
Diantara banyaknya orang yang bernama Sarah, Ella tidak menyangka akan bertemu dengannya dalam kondisi seperti ini.
Dan lucunya, Sarah yang ia cari, Sarah - Orang yang pernah dekat sebagai sahabat ibunya, selama ini adalah manager Ron – sahabat di High Scholl-nya dulu.
"Dan inilah orangnya Sarah, ini Ella. Suatu kebetulan sekali bukan." Lanjut Ron.