Chereads / Not a Cinder-Ella / Chapter 50 - Surat Cinta

Chapter 50 - Surat Cinta

Senin yang sangat sibuk, ketika Ella sudah berada di meja kerjanya. Menatap daftar pekerjaan yang dibuat oleh Daniel, beberapa masih belum ia kerjakan dan masih berusaha untuk menyelesaikan sebelum Aubrey mulai meneriaki dari balik punggungnya.

Tapi setidaknya Ella bisa senang, mendengar kabar Calvin sudah memulai bekerja di Fogue hari ini. Setidaknya ada sedikit jalan, untuk masalahnya yang lain.

"Kopi..?" Ucap Daniel meletakkan segelas kopi untuk Ella, dan melihat hasil sampul depan yang belum Ella seselaikan.

"Kenapa? Apa kau merasa sulit, ingin kubantu?" Tanya Daniel yang menyeruput kopi milikya sendiri.

"Tidak, dan terimakasih untuk kopinya," jawab Ella.

"Pagi semua..!" Suara Ashton terdengar menggema di ruang kerja mereka, disusul dengan Simon yang tampak pucat.

"Kau tidak apa-apa Simon?" Ucap Daniel menatap ngeri ke arah wajah Simon yang sangat pucat.

"Hatccchhhiii..."

Simon bersin dengan nyaring, membuat Ella langsung menutup gelas kopi dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya langsung menutup hidung dan mulutnya. Ashton bahkan melompat kecil menghindari temannya.

Aubrey dan Doris baru saja tiba, mereka tampak asik berbincang.

"Pagi..!" Ucap Aubrey dengan tegas, semua pun menyapa bersamaan. 

Lagi-lagi Simon bersin dan terlihat beberapa cairan keluar dari hidungnya yang sudah memerah.

"Simon..? Kenapa kau datang membawa virus ke tempat kerja? Aku bisa mendendamu sekarang juga!" Ucap Doris kesal.

"Maafkan aku, sudah dari kemarin aku terkena... Hatchiiiiii"

"Simon, lebih baik kau pulang sekarang. Dan segeralah berobat!" Perintah Aubrey dengan tegas dan lantang. Semua orang yang berada dalam ruangan tersebut setuju dengan Aubrey.

Aubrey mengadakan pertemuan di pagi hari, membahas mengenai kendala-kendala dan progress untuk penyelesaian konsep majalah untuk bulan depan. Dan di akhir meeting Aubrey menyampaikan mengenai acara di jumat malam ini.

"Mengenai acara jumat malam ini, kalian boleh mengajak satu teman kalian untuk bergabung. Dan kalian semua harus hadir, tanpa terkecuali. Ingat ketidakhadiran kalian, menandakan kalian siap untuk diberikan surat peringatan oleh pihak HRD." Ucap Aubrey.

"Wahh... akhirnya.. kita bisa menghilangkan penat juga." Ucap Ashton, 

"Apa temanya tahun ini Aubrey?" Tanya Daniel ikut bersemangat. Aubrey menyeringai mendengar pertanyaan Daniel.

"Tahun ini temanya adalah heavy metal." Jawab Aubrey. "Persiapkan baju terbaik kalian, karena acara tahun ini akan lebih meriah. Bahkan kita memakai jasa penyelengara acara terbaik."

Ashton mengeluarkan ponselnya sambil bergumam, "Aku harus segera mencari baju yang cocok dengan tema ini."

Daniel sedikit melirik ke arah Ashton dan ikut melihat ke arah ponselnya, "Kalau ada yang bagus, kau juga harus memberitahukanku." Ucap Daniel. 

Doris hanya menatap dingin ke arah dua pria yang ada di depannya, melihat mereka sudah asik membuka salah satu situ belanja online. 

"Ella..." Panggil Aubrey,

  "Ya..?"

"David meminta setiap department untuk mengirim perwakilan, untuk membantunya pada saat acara nanti. Akan ada penampilan dari para model, kau bisa membantu, bukan?" Tanya Aubrey.

"Aku?" Ella menunjuk dirinya sendiri, tapi matanya menatap ke arah Doris yang duduk berseberangan dengannya, seakan-akan mengatakan,"Kenapa Doris tidak ikut juga?"

"Jangan lihat aku Ella, aku sudah sibuk dengan tugas yang Aubrey berikan padaku. Aku tidak apa-apa kalau kau ingin bertukar pekerjaan denganku." Ucap Doris, dan Aubrey hanya melotot tidak setuju.

Daniel dan Ashton sedang berbisik-bisik sambil memperhatikan Ella, berkali-kali suara bisikan itu terdengar nyaring. Doris yang kesal langsung angkat bicara, "Ada apa dengan kalian sih?"

"Wahh... Ella. Selama ini kau tidak pernah bilang kalau kau seorang model ya?" Ucap Ashton, dan Daniel langsung merebut paksa ponsel milik Ashton. Mulai mengamati apa yang tertera di ponsel tersebut.

"Apa maksudmu Ashton?" Tanya Ella bingung, Daniel pun menunjukkan layar ponsel ke arahnya. Dan tentunya Doris dan Aubrey pun bisa melihat apa yang membuat kedua pria tersebut sampai berbisik-bisik.

"Ella, ini kau kan?" Ucap Daniel.

Ella langsung paham dengan yang dimaksud dengan Daniel, Ella tentunya sangat mengenali dirinya sendiri yang berada di sebuah laman internet. Ella melihat dirinya yang sedang mengenakan pakaian milik Calvin, dan jelas sekali wajah Ella terlihat jelas.

Calvin sama sekali tidak memotong bagian wajahnya, Ella benar-benar terlihat sebagai model pakaian online.

Ella mengetuk-ngetukkan jari jemarinya, karena dia tidak mau menjelaskan apapun pada orang-orang yang sedang memperhatikannya.

***

Ruang Kerja Ella

"Ssstt... sssttt... Ella..."

Ella yang berada di meja kerjanya langsung mendongak, melihat siapa yang sedang memanggilnya. Wajah Calvin sudah menyembul dari balik tembok, tersenyum lebar dan menatap ke arah Ella.

"Calvin..? kebetulan sekali kau datang," ucap Ella dengan terlalu semangat dan aneh.

Semua orang memandangi Calvin dan Ella bergantian, "Kau kenal dia?" Tanya Daniel.

"Ya dia temanku Calvin. Dan Ashton kalau kau ingin memesan langsung baju yang kau minati dan lihat tadi. Ini dia pemiliknya!" tunjuk Ella ke arah Calvin.

Calvin langsung saja berdiri tegak, "Halo semua.. Perkenalkan aku Calvin."

"Kau bukankah Calvin Prime, putra Aaron Prime?" Ucap Doris, Aubrey pun langsung ikut menoleh ke arah Calvin, memperhatikan dengan detail dan terperinci.

"Wah..! gosip itu cepat menyebar ya?" Jawab Calvin dan mendekat ke arah Ella yang sedang melotot kesal padanya.

"Ella, kau tidak makan siang?" Tanya Calvin lagi, dan merangkul temannya.

Semua mata memandang ke arah Ella dan Calvin, "Calv, kalau kau tidak melepaskan rangkulanmu. Akan kubuat kau menyesali, ditambah dengan fotoku yang telah kau unggah penuh dengan wajahku yang sangat jelas." Bisik Ella dan tersenyum ke arah temannya.

Calvin dan Ella sudah berganti tempat, mereka berada di kedai kopi yang letaknya tidak jauh dari kantor mereka, tempat dimana Ella dan Doris sering menghabiskan jam istirahat mereka.

Calvin sedang menyuap Ella dengan semua janji-janjinya, bahwa dia akan mendapatkan data-data pribadi Laras. Sedangkan Ella masih kesal dengan Calvin yang menipunya selama ini, tidak memotong bagian wajah Ella.

"Ella, apa kau tahu? Joe barusan menelponku dan mengatakan banyak pemesanan online dari tempat ini." Ucap Calvin.

"Hhh..! untungnya aku sudah mendapatkan karyawan baru, untuk membantu Joe."

Ella menarik napasnya dengan dalam,

"Calvin..!" teriak Ella. Membuat orang-orang yang berada di sekitar mereka menatap ke arah meja mereka.

"Ella!! Kau kenapa sih, dari tadi marah-marah terus. Kan tadi aku juga sudah minta maaf, Aku merasa sayang saja. Jika wajahmu harus kupotong. kau tampak hantu tanpa kepala soalnya!" Calvin membuat pembelaan dan Ella mengeratkan lipatan kedua tangannya.

"Aku sudah tidak mau menjadi modelmu lagi!" Ella mulai mengancam.

"Tidak apa-apa kalau kau tidak mau. Aku memiliki Luna yang mau membantuku." Jawab Calvin menyeringai.

"Haahhh... Terserah kau saja Calvin. Jadi bagaimana dengan hari pertamamu? Apa pekerjaanmu?" Tanya Ella kembali.

"Entahlah. Aku sendiri masih bingung apa pekerjaanku, tapi... dari pagi ini sudah berapa banyak orang yang menyapaku dengan berlebihan. Karena mereka tahu aku adalah putra dari Aaron Prime." Calvin bercerita dengan tidak bersemangat.

"Ingat Calvin, salah satu sifatmu adalah sangat senang menjadi pusat perhatian. Dan jangan sampai ada yang curiga kalau kau sedang...." Ella memajukan wajahnya dan matanya semakin menatap tajam ke arah Calvin.

"Ella apa kau ingin menciumku..? Auuwww!" Calvin langsung memekik pelan, karena Ella langsung mengetuk dahi Calvin dengan sendok kopinya.

"Jangan ada yang curiga kalau kau sedang mencari data ibuku!" Lanjut Ella dengan suara yang amat pelan, Calvin masih terus mengusap dahinya karena Ella cukup keras membenturkan sendoknya.

"Lagi pula aku juga sangat berjasa, karena membuat kau dan ayahmu menjalin komunikasi kembali bukan?" Ucap Ella, dan Calvin hanya mendengus kesal ke arah temannya.

***

Calvin sudah berada dalam ruang kerjanya sendiri, Ayahnya sengaja meletakkan ruang kerjanya berdampingan dengan ruang kerjanya. Calvin menatap tumpukan berkas yang diberikan oleh seorang wanita yang mengaku sebagai sekertaris pribadinya.

"Arrrhhh...!" Pekik Calvin frustasi. 

Masih memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa memulai mencari data pribadi seorang karyawan yang sudah puluhan tahun lamanya bekerja di Fogue.

Suara ketukan pintu terdengar, dan seorang wanita dengan pakaian formalnya masuk ke dalam ruang kerja Calvin.

"Mr. Calvin, hari ini aku akan membantumu dalam mengecek beberapa laporan keuangan." Ucap wanita itu sambil melirik ke arah berkas yang menumpuk di atas meja Calvin.

"Mmm...? tadi siapa namamu?" Tanya Calvin."Panggil saya Diana, Mr. Calvin." Jawab Diana dengan sopan.

"Jadi Diana, kau bekerja untukku bukan?" Tanya Calvin kembali.

"Ya Mr.Calvin. Sebenarnya saya juga bekerja untuk ayah anda." Ucap Anne, Calvin berjalan mendekat ke arah wanita yang berumur tigapuluhan tersebut.

"Mmm.. apa kau bisa membantuku. Dan apa kau bisa janji kau tidak akan memberitahukan kepada siapapun?" tanya Calvin.

Wajah Diana tampak curiga dan khawatir, sepertinya dia tidak suka dengan perintah yang akan diberikan oleh Calvin.

"Tenang saja Diana, ini hanyalah sebuah permintaan kecil." Ucap Calvin seraya memegangi bahu Diana. Dan memberikan sebuah senyuman yang mencurigakan.

***

Ella baru saja tiba di ruang kerjanya, sampai sebuah pemandangan membuatnya terkejut dan terpukau. Bagaimana tidak sebuah buanga mawar merah dan putih sudah memenuhi meja kerjanya.

Teman kerjanya yang baru tiba pun ikut tercengang dan menghampiri meja Ella.

"Wahh.. Ella kau sudah punya penggemar baru ya?" Ledek Ashton. 

Doris berjalan kesal, melewati Ashton menubruknya dengan sengaja. Ashton hanya bisa menatap kesal ke arah Doris.

"Bunga yang indah Ella, tapi jangan lupa dengan pekerjaanmu dan batas waktu yang sudah mulai habis." Ucap Aubrey dengan santai, dan menyentuh salah satu bunga mawar yang berwarna putih.

"Boleh kuminta satu, kau membuat iri mejaku yang terlalu lenggang." Pinta Aubrey, dan Ella pun mengangguk pelan.

"Tentu saja, bahkan kau boleh mengambil semua bunga ini."

"Sepertinya ada kartu dari si pengirimnya." Ucap Daniel dan menunjuk sebuah amplop kecil berwarna merah muda. Ella mengambil amplop tersebut dan membukanya, sebuah tulisan tangan tertera di kartu tersebut.

Catatan dari sebuah kertas:

Dear Ella.

Semoga bunga ini bisa selalu menyemangatimu di harimu yang sibuk.

Dari penggemar cintamu, Alfred