Wanita yang mengenakan seragam biru itu mendorong troli obat dengan kesal, duduk pada tepi meja dan menyilangkan kedua kakinya. Matanya menatap beberapa jadwal pemberian obat pada pasien, yang masih terlihat menumpuk pada dinding pengumuman.
"Hhh.." Helaan napasnya terlihat panjang. "Harusnya aku sudah pulang dari satu jam lalu. "Kalau bukan karena gadis gila itu, aku sudah bisa berkencan dengan pacarku." Mira turun dari duduknya, dan mendekati seorang pria yang mengenakan seragam yang sama dengannya.
"Apa kau tidak bisa menggantikanku?" Ucap Mira dan membujuk rekan kerjanya. "Wandi... Aku tahu kalau kau sering kali mencoba untuk menyentuh gadis tersebut." Ucapan Mira segera menegakkan wajahnya, dan menatap dengan kecurigaan terbesar.