Dalam Lamunan Ella,
Dia sedang mengingat pembicaraannya dengan Laras, jauh sebelum ibunya meninggal dunia.
Bagaimana Laras menceritakan kisahnya yang kelam dan terus menghindari dari Keluarga Smith.
"Apa?!" Untuk apa kau bertemu dengannya, Ella? Apa yang sudah dia katakan padamu Ella?" Tanya Laras, ketika dia tahu jika putrinya bertemu dengan Marioline Smith.
Pertemuan yang tidak pernah disangka oleh Laras, ketika dia memikirkan kembali ... apakah perlu menceritakan kisah sebenarnya pda Ella.
Tapi putrinya terus mendesaknya! Bertanya apakah semua perkataan wanita itu benar atau tidak. Ella sedang menanyakan tentang Alan Smith, tentang apakah ia adalah ayah kandungnya. Dan kenapa selama ini ibunya selalu menutupi dari dirinya.
"Katakan bu, katakan yang sejujurnya. Kumohon... aku sudah cukup dewasa untuk mendengar semua kebenaran yang selama ini ibu tutupi." Ella menatap dengan tatapan sedih dan berusaha memohon pada ibunya.
"Ella, maafkan ibu. Karena selama ini ibu selalu menutupinya, karena ibu hanya tidak mau kau terluka." Laras masih bingung harus memulai dari mana, memberikan penjelasan ke arah putrinya.
"Ya, memang benar Alan Smith adalah ayah kandungmu. Ibu tahu ini kesalahan ibu, karena ibu terlalu percaya padanya. Dia mengatakan bahwa dia sudah resmi bercerai dengan istrinya, tapi kenyataannya mereka masih dalam proses perceraian."
Hati Ella langsung mencelos, mendengar kenyataan bahwa benar Alan Smith adalah ayah kandungnya. Laras langsung menggenggam kedua tangan Ella,
"Ella dengarkan aku, tentunya aku segera mundur saat itu dan memutuskan hubungan kami. Walau ibu tahu, ibu masih terlalu mencintainya."
"Tapi ini semua demi keselamatanmu Ella, putri kecilku." Laras yang terlihat sangat khawatir, malah membuat Ella menjadi aneh.
"Apa maksud ibu?"
"Ella, asal kau tahu. Ibu pernah masuk penjara karena dituduh melakukan pembunuhan. Tapi itu tidak lama, setelah menyewa pengacara yang bagus dan menguras semua isi tabunganku. Pada akhirnya ibu bisa bebas dari semua tuduhan itu, karea ibu terbukti tidak bersalah." Ucap Laras.
"Penjara? Tapi kenapa ibu bisa masuk penjara, dan membunuh? Siapa yang ibu bunuh?" Ella masih bingung dengan semua penjelasan Laras yang masih tidak terarah.
"Ibu pikir setelah keluar dari penjara, ibu bisa hidup dengan tenang. Tapi nyatanya tidak." Mata Laras menunduk dan terlihat panik dan takut, "Ibu ada apa?" Tanya Ella yang sudah melihat perubahan wajah Laras menjadi pucat.
"Aku mohon padamu Ella, kau tidak boleh berurusan dengan keluarga Smith. Termasuk ayahmu sendiri. Aku tidak ingin kau menderita sepertiku..! Apa kau bisa berjanji padaku, Ella?" Laras semakin menggenggam kedua tanggan Ella, dan Ella hanya terdiam dan masih terus mengolah semua informasi yang di sampaikan oleh ibunya
**Lamunan Ella berakhir
Kembali pada Ella yang berada pada rumahnya.
Ella sedang berada di dalam ruang basement-nya yang tidak terlalu luas, hanya ada peralatan mesin cuci dan barang-barang lama yang ia simpan di bawah tersebut.
Ella menyeruput segelas kopi yang ia buat sendiri. Ruang basement tersebut memiliki sudut ruangan yang cukup lebar dan bisa ia manfaatkan untuk meletakkan sebuah meja panjang dan sebuah kursi.
Tempat yang pas, dan tidak terlalu mencolok jika ada orang lain selain dirinya masuk kedalam basement tersebut.
Pada dindingnya, Ella juga meletakkan clipboard yang cukup besar dengan ukuran 1/2x2m. Pada clibboard tersebut banyak kertas yang berisikan informasi dan foto-foto yang ia tempelkan dengan sengaja.
Foto-foto yang ia temukan dari koper milik ibunya dulu. Terlihat foto Laras dan Sarah ia sematkan di tengah-tengah diantara kumpulan informasi yang ia sudah kumpulkan.
Ella kembali menatap dengan seksama dan detail, ia mengambil kartu nama yang diberikan oleh Calvin. Dan ia tempelkan di bagian bawah Clibboard degan spidol merahnya, Ella menarik garis lurus ke arah foto ibunya.
Ella menghela napasnya dengan panjang dan berat, sudah dua tahun lebih ini ia terus mengumpulkan informasi mengenai ibunya.
Satu-satunya cara adalah ia harus menemukan Sarah, orang itu yang bisa memberikan banyak informasi mengenai semua kisah mengenai Laras.
Ella kembali meneguk kopinya perlahan, sampai lamunannya dibuyarkan oleh suara bel pintu rumahnya yang berbunyi. Ella melirik ke arah jam tangannya, minggu sore ini ia tidak memiliki janji dengan siapapun.
Termasuk dengan Alfred, dan tentunya dia masih disibukkan dengan tugasnya di rumah sakit.
Ella sudah berada di depan pintu utamanya, dan melirik ke arah lubang pintu untuk melihat siapa yang sedang berkunjung ke rumahnya. Ella berkali-kali mengejapkan matanya, masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Ia mengenal sosok pria paruh baya tersebut, masih terlihat tegap dengan rambutnya yang sudah mulai memutih. Mengenakan mantel hitam yang panjang, wajahnya yang memerah menandakan ia sudah mulai kedinginan berada di luar sana.
Tidak hanya itu saja, ia terlihat bersama dengan seorang pria yang Ella sendiri tidak tau siapa orang tersebut. Ella membuka pintunya, dan alih-alih memberikan sambutan hangat. Ella justru menekuk wajahnya, dan terlihat sekali dia tidak suka dengan kehadiran pria tersebut.
"Untuk apa kau datang kesini?" Tanya Ella ketus,
"Boleh aku masuk?" Tanya pria itu sopan, dan tersenyum ke arah Ella yang masih menekuk wajahnya. Ella tidak menjawab pertanyaannya, hanya melangkah mundur dan memberikan ruang agar kedua pria tersebut bisa masuk ke dalam ruang tamunya yang kecil.
"Raymond, aku pikir kau bisa menunggu ku di mobil saja. Aku akan memanggilmu, jika aku memang membutuhkan bantuanmu," ucap pria tersebut.
Raymong menurut, segera meninggalkan Ella dan Alan Smith.
Alan yang sudah masuk kedalam rumah, memandangi seisi rumah mungil tersebut. Lalu pandanganya terhenti melihat Ella yang berada di depannya, ia duduk dengan wajah tegangnya.
"Hhhh... aku terlalu berharap banyak. Berpikir bahwa kau akan memelukku dengan senang, atau setidaknya memanggilku ayah," ucap Alan Smith masin mempertahankan keramahan tamahannya.
"Bukankah sudah kubilang, kalau ayahku sudah lama meninggal. Itu yang ibuku pernah katakan kepadaku," jawab Ella ketus. Alan mendengus dengan tawa kecilnya, ketika mendengar jawaban Ella.
"Wajahmu memang mirip sepertiku, tapi sifatmu mirip sekali dengan Laras."
"Kenapa kau datang kemari?" Tanya Ella masih ketus.
"Selayaknya ayah yang ingin mengunjungi putrinya. Hmm... aku pikir kau akan membeli rumah baru, atau setidaknya kau bisa membeli perabotan mewah untuk rumahmu Ella. Apa uang yang kuberikan sangat kurang?"
"Ohh... Ternyata kau yang mengirimnya, tenang saja semua uangmu masih kusimpan dengan baik. Malahan aku berniat untuk mengembalikannya, setelah tahu siapa pengirimya," ucap Ella.
Alan tampak terkejut dan ada rasa kecewa saat mengetahui Ella tidak menggunakan sepeserpun uang pemberiannya. "Kau tidak perlu mengembalikannya. Karena uang yang aku berikan adalah milikmu, terserah kau akan mengunakan untuk apa."
"Apa kau pikir dengan memberikan uang tersebut, maka kau merasa lega karena sudah bertanggung jawab atas diriku Mr. Smith?" tanya Ella kembali. Kali ini intonasi suara Ella lebih tegas dengan amarah yang diikut sertakan.
"Ella, ibumu yang selalu menghindar dan menjauh dariku. Andai saja kau tahu, betapa kami saling mencintai..."
"Mr. Smith, apa kau kemari hanya ingin menceritakan kisah cinta antara kau dan ibuku? Karena yang aku tau, selama ini Ibuku berjuang sendiri. Dan kau tidak akan pernah tahu, kesulitan dan kesedihan apa saja yang telah kami alami selama ini," potong Ella yang sudah mulai marah, ia masih terus mengepal kedua tangannya.
Ya Alan Smith benar, semakin Ella memperhatikan wajah pria tersebut. Semakin Ella melihat kemiripan di antara mereka berdua, dan semakin meyakinkan bahwa pria tersebut adalah ayah kandungnya.
"Maafkan aku Ella, aku kesini ingin memberikanmu sebuah ajakan. Aku tahu kau masih membenciku, walau kau tau aku adalah ayahmu Ella." Ucap Alan dan ia mulai merapatkan jari jemarinya, tatapannya masih memandangi wajah Putri.
"Aku dan Marioline akan bercerai, dan kali ini kami benar-benar akan bercerai. Selama dua tahun ini aku dan Marioline sudah tidak tinggal satu atap, di usia kami yang sudah sangat tua seperti ini memang perceraian seharusnya kami hindari."
"Tapi aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku, hanya untuk saling membenci."
Ella memicingkan matanya, masih menyimak setiap ucapan Alan.
"Bulan depan, kami sudah resmi bercerai. Dan aku akan kembali ke Edinburgh – Skotlandia. Itu adalah tempat kelahiranku. Dan aku ingin mengajak kau ikut bersamaku. Setidaknya kita bisa merajut kembali hubungan ayah dan anak, yang sudah lama tidak terjalin."
"Kau juga memiliki putri yang lain bukan, kenapa harus diriku?"
Alan semakin menegakkan tubuhnya, tak berpikir kalau Ella akan menanyakan kakak tirinya. "Kenapa, apa kau bingung harus menjawab apa?" Tanya Ella lagi.
"Yah... kau benar aku memang memiliki putri yang lain. Saudara tirimu, kakakmu Ella. Tapi aku salah mendidiknya, aku terlalu egois dengan diriku sendiri. Sehingga Abigail tumbuh menjadi seorang yang terlalu berambisi seperti ibunya."
"Bahkan ia akan menikahi Edward, yang jelas sekali pria itu tidak mencintainya sama sekali." Alan menyentuh dahinya, dan Ella tidak tahu apa lagi yang sedang dipikirkan oleh pria tersebut.
"Seandainya, aku bisa memutar ulang semuanya. Dan sekarang ia pun sedang mengandung anak Edward, aku tidak tahu apa yang dipikirkan olehnya. Kecerobohan atau kepolosan kah?"
Ucapan Alan langsung membuat Ella menjadi bertingkah aneh, "anak?" itu yang Ella sedang pikirkan. Sepertinya Alan memang tidak mengetahui kalau Edward dan Ella dulu pernah menjalin asmara.
Ella berdeham, mencoba menyingkarkan perasaan aneh di hatinya, tiba-tiba ia berpikir suatu hal yang mungkin akan berguna untuknya.
"Maaf Mr.Smith, aku tidak bisa memenuhi permintaan anda. Mungkin anda harus menghabiskan waktu tua anda sendiri."
Alan tersenyum dan sepertinya sudah menduga jawaban Ella yang masih terdengar ketus dan tidak ramah sama sekali.
"Ya, Ella. Sudah kuduga kau akan menjawab seperti itu. Aku pun tidak bisa menyalahkanmu, atas semua sikapmu padaku."
Ella tiba-tiba bangkit, dan Alan menatap bingung. "Kenapa? Apa kau marah?"
"Tidak, anda pasti haus bukan Mr.Smith?"
Ella sedang mengaduk secangkir teh, padahal pikirannya sedang melamun di dapur kecilnya. Kembali memikirkan Edward dan Abigail, dan tiba-tiba seorang anak? Ella sadarlah, ini bukan waktunya kau memikirkan mereka? Ucap Ella dalam hatinya.
Ella sudah kembali ke ruang tamunya, dan menatap Alan yang masih duduk dengan santai. Ia sedang memegangi bingkai foto, yang tadinya Ella letakkan di atas perapian. Sepertinya Alan sudah berkeliling rumahnya, saat Ella sedang membuatkan secangkir teh.
"Apa ini boleh untukku?" Tanya Alan dengan penuh harap, Ella melihat Alan memandangi foto yang didalamnya terdapat dia dan ibunya yang sedang menikmati liburan mereka di tepi pantai Cornwall.
"Katakan bagaimana kalian bertemu, dan kau boleh memilikinya." Ucap Ella, dan Alan terkejut dengan ucapan Ella yang akan mengijinkannya untuk mengambil foto tersebut.
"Hmm... Baiklah." Alan meletakkan foto tersebut di pangkuannya, dan mulai bersiap-siap menceritakannya pada putrinya yang menatap dengan penuh penasaran.
"Pertemuan kami sangat singkat, kami bertemu di sebuah acara penggalangan dana yang rutin diadakan setiap tiga bulan sekali. Dan waktu itu Sarah yang memperkenalkan Laras padaku."
"Sarah??"
"Ya Sarah, dia adalah manager Laras. Yang kutahu Laras merupakan gadis Asia yang cantik. Ku dengar dari Sarah, Laras merupakan model terkenal di negaranya dan sedang mencoba mengambil kesempatan berkarir di Britania. Aku memang berbohong mengenai hubunganku dan Marioline, tapi kami benar-benar akan bercerai saat itu."
Alan kembali memandangi foto yang berada di pangkuannya, tampak sedang berpikir dan terlihat raut wajah yang sedih.
"Ibumu sangat marah, bahkan dia berusaha menjauhiku. Walau kukatakan bahwa aku benar-benar akan menceraikan Marioline, sepertinya ibumu tahu kalau aku memiliki putri yang baru berumur satu tahun. Laras memiliki hati yang baik, ia mengatakan bahwa aku seharusnya tidak meninggalkan keluargaku, dan aku harus menjadi contoh yang baik untuk putriku."
Ella tertunduk sedih, mengetahui kenyataan bahwa ibunya mengorbankan perasaannya sendiri. Dan Alan tampak menyeka cepat air mata yang baru saja keluar, berharap Ella tidak melihatnya yang sedang dalam keadan rapuh.
"Padahal, saat itu dia sendiri sedang mengandungmu Ella," lanjut Alan Smith berucap.
"Ceritakan mengenai pembunuhan tersebut." Potong Ella, Alan langsung menatap wajah Ella dengan terkejut, Ia masih berpikir sampai sejauh mana Ella mengetahuinya.
"Apa yang kau tahu Ella?" Tanya Alan.
"Kau yang harus menceritakannya, apa yang kau tahu Mr. Smith?"
Alan langsung saja bangkit, dan jelas dia tidak mau menjawab pertanyaan Ella. "Maafkan aku Ella, aku juga tidak mengetahui banyak. Karena ibumu sendiri tidak memberikan informasi apapun padaku."
"Sepertinya ini sudah waktuku untuk pamit," ucap Alan, dan meletakkan bingkai foto tersebut di atas meja tamu.
"Kau boleh menyimpannya." Ucap Ella lagi.
Alan melirik ke arah Ella, dan memberikan sebuah senyuman kepada putrinya. Tapi Ella tahu, kalau ayahnya sedang menutupi sebuah informasi yang harusnya bisa ia dapatkan. Informasi mengenai kasus pembunuhan yang dituduhkan oleh ibunya.
"Terimakasih," jawab Alan dan mengambil pigura foto itu kembali.