Edward menarik tangan Ella, dan membawa Ella pergi dari ruang depan ke arah halaman belakang. Edward tampak terburu-buru dan tidak peduli kalau ada beberapa pelayan yang meilhat mereka, termasuk Alvin.
"Tuan Edward!! Ada apa dengan anda?" Tanya Ella
"Kenapa belakangan ini kau terus menghindariku Ella ?? apa kau sekarang sedang melakukan aksi balas dendam?" Tanya Edward sudah kesal.
"Balas dendam? Apa maksud anda. Saya hanya sedang sibuk. Anda lihat kan saya sedang bekerja tuan Edward !!" Jawab Ella dan melepas paksa pegangan Edward.
"Apa benar, minggu ini kau akan keluar? Kenapa kau tidak bilang, kalau secepat ini Ella?" Edward kembali memegang pergelangan tangan Ella.
Ella pun hanya menghembuskan nafasnya, "kenapa anda membuat ini terdengar seperti saya yang JAHAT ??!! TUAN EDWARD!" Ucap Ella sudah mulai membentak.
"Apa maksudmu Ella?" Edward melepas pergelangan tangan Ella, dan Ella pun hanya bisa berdiri dan terdiam.
"Bukankah anda yang jahat, anda tau kalau kita tidak akan pernah bisa..."
"Apa maksudmu Ella Amber??... Jadi ini yang kau pikirkan?? Baiklah akan aku buktikan.." Edward meraih tangan Ella, dan terus mengajaknya ke dalam rumah.
"Tuan Edward, anda mau apa?? Dan anda mau ajak saya kemana?" Tanya Ella dan terus berusaha melepaskan tangan Edward, walau usahanya menjadi sia-sia.
Edward ternyata membawa mereka ke ruang baca, didalam ruangan tersebut Mr & Mrs Huxley sedang duduk dan tampak berbincang dengan serius. Pandangan mereka pun terkejut dengan Edward yang menggandeng Ella.
"Tuan Edward, apa anda sudah kehilangan akal sehat anda?" Ucap Ella berbisik dengan pelan, "Edward ada apa ini?" Tanya Mrs. Huxley.
"Ayah, aku ingin berbicara denganmu. Mengenai aku dan Ella." Ucap Edward dengan nada tinggi. Mr. Huxley memberikan tatapan tajam dan dingin ke arah mereka berdua. Sedangkan Mrs. Huxley terlihat sangat takut dan cemas.
"Aku ingin mengatakan bahwa aku tidak ingin bertunangan dengan Abigail, karena aku lebih mencintai Ella." Ucap Edward kembali. Ella langsung menatap wajah Edward dengan tidak pecaya, sungguh bodoh dan teramat ceroboh menurutnya.
"Edward Huxley, dimana sopan santunmu?" Ucap Mr. Huxley sudah sangat kesal,
"Aku benar-benar serius ayah, dan kau tidak bisa...."
"Tidak bisa apa Edward? Melarang hubungan kalian..??" Mr. Huxley lebih dingin lagi pada saat mengucapkannya.
"Berapa umurmu edward Huxley, duapuluh tiga tahun. Dan umurmu Ella, kau masih anak-anak yang berusia delapan belas tahun bukan." Sindir Mr. Huxley.
"Edward Huxley, bahkan kau saja masih terus menghabiskan uang orangtuamu. Dan KAU BILANG AKU TIDAK BISA MELAKUKAN APAPUN UNTUK MELARANG HUBUNGAN KALIAN BERDUA!!!" Bentak Mr. Huxley.
Ella langsung melepas genggaman tangan Edward, dan Edward masih menunjukkan rasa amarahnya.
"Silahkan kalau kalian tetap meneruskan percintaan kalian, Dan kita lihat siapa yang akan menang pada akhirnya. Dan kau Miss. Ella, kurasa kau lebih tau dimana persisnya posisimu saat ini." Ucap Mr. Huxley melihat ke arah Ella yang terdiam.
"Kau bukanlah siapa-siapa Miss. Ella. Apakah kau berharap, bisa menaikkan derajatmu?" Sindir Mr. Huxley. "harusnya kau bisa lebih bersyukur dan berterimakasih, karena selama ini kami sudah memperkerjakannmu."
Ella mengepal kedua tangannya, Dan Edward semakin tidak tega melihat Ella yang sudah menahan kesalnya. "Sayang, cukup. Aku rasa mereka berdua sudah mengerti." Mrs. Huxley berusaha menenangkan suaminya.
"Ayah hentikan ucapanmu!!." Ucap Edward sudah kesal,
"Kenapa Edward? Kau tidak tahan dengan semua ucapanku. Apa kau tau di luar sana, akan lebih banyak orang yang akan mengatakan hal yang lebih kejam dari ucapanku barusan." Mr. Huxley sudah berjalan mendekat dan memandang wajah putranya.
Laras tiba-tiba saja sudah masuk kedalam ruangan, dan ia langsung merangkul putrinya. "Mr. Huxley maafkan saya dan Ella, saya yakin ini hanya kesalahpahaman." Ucap Laras menatap dengan cemas ke arah pria didepannya.
"Sayang, aku rasa sudah cukup. Kumohon." Mrs. Huxley memegangi lengan suaminya. "Edward, aku mohon jangan mulai berdebat lagi dengan ayahmu."
Laras sudah membawa Ella pergi dari ruang baca, ia membawa menuju ke kamarnya. "Lihat kan, apa kau mau seperti ini Ella?" Ucap Laras yang sedih melihat wajah putrinya.
"Ibu aku tidak apa-apa." Ucap Ella lemah.
"Aku tidak ingin kau menderita seperti ini Ella, lihat bagaimana kau dihina seperti tadi. Sudah membuat hatiku menjadi ikut teriris." Ucap Laras yang mulai menangis.
Ella pun memeluk ibunya, penderitaan ibunya lebih menyakitkan dibandingkan dirinya. Ia tidak bisa melihat ibunya menjadi menderita untuk kesekian kalinya, hanya karena keegoisannya.
Ya dia sudah mengetahui semua kebenaran dari ibunya, itulah yang terus membuatnya berpikir. Apakah saat ini kebahagiannya yang terpenting, atau saat ini kebahagian ibunya yang harus ia utamakan.