"Ya, tadinya aku baru saja akan merasa bahagia, setelah sebelumnya begitu emosional karena aku tidak tahu harus merasa apa, karena ... uh. Kenapa semua ini terjadi? Kenapa? Aku ... apa tidak ada kesempatan bagiku untuk berbahagia?"
"Nak-"
"Maafkan aku, Ayah." Jhana lantas memutuskan sambungan teleponnya dengan ponsel Bibi Vey dengan perasaan yang begitu hancur, ia menangis sejadi-jadinya di dalam mobil Johan.
Melihat Jhana menangis seperti itu, Johan pun jadi tidak tega, meskipun ia tidak mengerti apa sebenarnya yang membuat Jhana menangis seperti itu, tetapi sebagai pria, tentu saja perasaannya bermain saat ia melihat seorang wanita menangis begitu, terlebih lagi ia adalah kakaknya, ia bukan sembarang orang bagi Jhana.
"Jhana," lirih Johan, tangannya hendak meraih tangan sang adik, namun ia mengurungkan niatnya tersebut.