Chereads / ICE : HAVE AN ICE DAY! / Chapter 2 - Gulugulu

Chapter 2 - Gulugulu

Sedikit perkenalan,

Aynaya Pradmadini, kelas sebelas semester satu di salah satu sekolah menengah di ibu kota. Bukan siswa berprestasi,tapi bukan juga siswa yang nilainya selalu kebakaran. Anggota osis, walaupun ga aktif-aktif banget.

Gak punya banyak temen, bukan berarti introvert, dia cuma selektif.

Pernah ditaksir masal sama juniornya, seminggu lebih lacinya selalu terisi macam-macam bunga. Kadang sampe heran, "Ini.. mereka beneran naksir ato ada niatan lain sih? Gila, berasa jadi pesugihan gini gue"

Widya Clarissa, sekelas Aynaya, duduk dibelakangnya. Temenan dari SMP, sering dibilang parasit buat Aynaya padahal dia ga bego-bego amat.

Kalo lagi imut, bisa nyamain kucing. Kalo lagi jutek, Raja hutan kalah kayanya. Harimau yang lagi mood swing, cocok kali ya?

Orang kan suka gitu ya, 'ngatain aja dulu, faktanya belakangan.'

#edisi_author_baper

°°°

Gulugulu

°°°

Pukul tujuh lewat sepuluh menit, koridor sudah sepatutnya sepi, hanya beberapa siswa yang lalu lalang menyelesaikan kewajiban piket yang tersisa.

Aynaya tidak piket dan tidak pula siswa hobi ngaret yang jadi langganan ruang bk, ia sudah datang sepuluh menit yang lalu, tapi ia lebih suka duduk di kantin sambil memakan roti isi merek ternama yang jingle nya bisa buat dwp versi low budget.

Ia melintas, masih diselimuti keheningan. Pelan mulai terdengar derap langkah yang terburu-buru khas siswa ngaret ataupun siswa yang kepepet nyari sumber salinan PR.

Disudut sana, seorang laki-laki tertunduk terengah, "AYNAYA SAYAAAANG~ SALIN PR DONG~"

"Najis", mengernyit jijik, ia menyodorkan buku bersampul coklat ke laki-laki itu. Laki-laki itu cengengesan, "Pinjem yaaa"

Hendak berlalu, "EH PARPAR BENTAR"

"Paan"

"Titip tas, mau ke wc dulu"

"Mau beraq ea?"

"Ea nich"

"Ockey"

"INI TASNYA AMBIL NYET"

"Iya elah, antusias amat mau balik ke habitat"

"Bangcaaaaad", Aynaya setengah berlari.

"TIATI ADA GULUGULU"

"BACOOOOOT"

°°°°

Aynaya bergeming menatap siswa yang mondar-mandir dari meja satu ke yang lainnya, pekikan kalap khas siswa kepepet PR menggema disana.

"ITU G APA SEMBILAN ANJIR"

"MANA GUE TAU BANGSAT"

"LAH LO NULIS APA"

"LIAT SENDIRI ELAH"

"PUNYA LO JUGA SAMA GAK JELAS NJING"

"Mulut kalian kotor," , Gadis itu berujar. Sontak mereka tertoleh, "Eh sayang, udah selesai beraq nya? Bentuknya gimana? Memuaskan?"

"PARHAN ASU!", wajahnya memerah, ia sontak memukul keras punggung si tersangka.

"Adaww.. sakit Ay—"

"MAYDAY WOI! PABRIK MBK OTW!!",  pekik salah satu siswa dari pintu kelas.

Kelas seketika semakin kalap, kebakaran jenggot, kenyataan bahwa hari senin yang mendung akan  di mulai dengan Matematika, cukup membuat para siswa frustasi. Ditambah lagi, tugas rumah yang belum selesai.

Amat terpaksa, mereka mencoba tertib, meski kadang panggilan jiwa untuk melakukan tindakan anarkis menguar hebat di kepala mereka.

Bu Marni melangkah kedalam kelas, dengan tas jinjing hitam andalannya. Aroma MBK sontak menelusup  ke rongga pernapasan, beruntung Aynaya hari ini membawa minyak telon, "Ay, bagi ay..", bisik Widya.

Aynaya merogoh sakunya, mengulurkan minyak itu kepada Widya. Belum sampai, mayoritas mata menatap benda di genggaman Aynaya, ia mengerjap, "Apa?", ujarnya tanpa suara.

Mereka menuding dengan dagu ke arah tangannya. Mengerti, "Pake aja abis Widya",

Drrrtt.. drrttt..

Eh geter anjir.

Ia membuka ponselnya, sederet pesan muncul digrup kelas mereka.

Farhan P. Widodo : Penyelamat q

Adrina S. : maacih

Prasetya : gw jg bg njing

Wahyu R. : oper sini ntar

Widya C. :  GETER BGST

Prasetya : buruan elah, pabriknya depan gw ini angj

"Pradmadini, tolong kumpulkan tugas."

Tersentak. Kampret, ia membatin. Ponselnya nyaris termakan gravitasi, sontak ia menyimpannya dilaci lalu bergerak melaksanakan titah Bu Marni.

Tok tok

Seakan di instruksi, semuanya menoleh ke ambang pintu.

"Permisi, saya diberi tau kalo saya masuk kekelas ini", ujarnya diakhiri senyuman.

Terdengar pekikan tertahan beberapa cewek yang pertahanannya didobrak paksa,

Ganteng anjir..

Ga sia-sia gue masuk ipa..

Duh, kenyang mata gue ..

Eye contact ke gue fakkkk..

"Caper nyet", Farhan berujar dan langsung mendapatkan lirikan sinis ciwi-ciwi, "SIRIK BANGSAT"

"Dih ngapain sirik, gantengan gue  kok. Yoi?"

"Iya. Buat gue gantengan lo kemana-mana kok par, santai", Aynaya menimpali.

"Aww.. sini aku ketchup", Aynaya meraih pulpen, menodongkannya di depan wajah Farhan, "Mundur ato gue spidolin kornea lo,"

"Oke ampun"

Aynaya meletakkan tumpukan buku tugas dimeja paling sudut, sudah membudaya perihal meja paling sudut selalu dijadikan korban setiap pengumpulan tugas.

Bu Marni mendekati si anak baru, mengajaknya masuk. Aynaya kembali ketempat duduknya, sempat pandangan mereka bertemu ketika Bu Marni bercakap-cakap dengan cowok itu.

"Eh, itu cowok dari tadi curi pandang mulu dah ke lo, Ay", bisik Farhan disebelahnya.

"Gue? Masa?", ia menoleh. Deg.. pandangan mereka saling bertemu. Ia berbalik kearah Farhan, "gue mirip mantannya kali,"

"Klise nyet, ga yakin gue. Naksir keknya sih", bisik Widya santai, "sinetron sekali teori anda saudari Widya," , Farhan menimpali.

"Halah bacot, udalah itu dia mau intro", Aynaya melerai, bukan berarti ia cinta damai. Ia suka baku hantam, tapi tidak jika itu dua teman kesayangannya.

"saya ngomong non-formal, boleh ya bu?", pinta si anak baru itu yang dibalas anggukan.

"Nama gue Lukas Ranajaya, pindahan Surabaya", ujarnya singkat. Beberapa ciwi-ciwi kembali memekik.

MANLY ANJG SUARANYAAAAA....

PUTIH BANGET FAK

BERASA BULUK GITU GUE ANJIR

Aynaya menatap ciwi-ciwi yang kembali adu hinaan dengan Farhan, ia terkekeh. Ditengah kekehannya ia menoleh kearah cowok yang menjadi pelaku utama penyebab keributan antara Farhan dan ciwi-ciwi itu.

DEG

Lagi-lagi pandangan mereka bertemu, Aynaya mengerjap. Jujur ia sudah berdebar sejak eye-contact  kedua mereka, entahlah. Apakah semesta berniat meng- knockdown -kan hatinya atau tidak, Aynaya tidak ingin memikirkannya.