Nalla berjalan dengan perasaan campur aduk, ada marah, sedih, patah hati dan pastinya terluka. Dia ibarat seekor keledai yang tidak sudah-sudah mengerti letak kesalahannya.
"Sudah aku bilang, Attar tidak mungkin akan menyukai kamu, segala pujian yang keluar dari mulut lelaki itu belum pasti ketulusannya, tapi kamu lagi-lagi mudah terbuai." Seru otak Nalla yang rasional.
"Tapi aku begitu menyukainya. Dia yang baik hati seperti tadi, bukannya setidaknya menunjukkan sedikit kepedulian" balas hati Nalla, masih tetap berharap kalau Attar masih mungkin menaruh setidaknya sedikit rasa perduli pada Nalla.
"Jangan bodoh! Bukannya kamu sudah dimanfaatkan untuk acara pernyataan cinta yang romantis tadi?" Balas otak Nalla lagi dengan kesal. Dia heran mengapa hati Nalla begitu keras kepala dan tetap bersikukuh untuk tetap memikirkan Attar.