Bel masuk kelas berbunyi. Membuat para siswa gencar-gencir masuk ke dalam kelas masing-masing, mempersiapkan diri untuk menyambut pelajaran yang akan mereka cerna hari ini.
Suasana tenang di koridor tidak bertahan lama, langkah kaki terdengar menggema di koridor kelas XII. Mimik wajahnya menampakan kesan datar nan dingin, siapapun yang melihat akan mengira jika perempuan itu sangatlah tidak berperasaan. Sudut matanya hanya menatap kearah depan. Selalu mengangkat dagu saat berjalan. Menunjukkan betapa tinggi harga diri yang ia miliki .
Didepan perempuan itu terdapat figur wanita separuh baya dengan kumpulan kertas ditanganya, wanita itu berjalan layaknya menjadi petunjuk untuk orang yang mengekor dibelakang sendari tadi.
Suara hentakan high heels terhenti ketika berada didepan pintu kelas, perempuan itu menoleh kearah papan kelas yang tergantung diatas pintu kelas.
XII A huh?
Perempuan itu terdiam saat wanita didepannya membuka pintu yang berada disamping mereka.
Krieet.
Suara bising yang tadinya terdengar sampai luar kelas mendadak tergantikan oleh suasana sunyi saat wanita paruh baya itu memasuki ruangan kelas.
Wanita itu mengangkat tangan, membuat gerakan mempersilahkan masuk kepada perempuan itu yang disambut anggukan kepala dari perempuan tadi.
"Perkenalkan ini Sena Twirs. Dia pindahan dari SMA 1, ia disini karena pertukangan siswa yang sekolah kita adakan. Ibu harap kalian bisa berkerja sama denganya." Pidato singkat dari wali kelas XII A berakhir. Di lanjutkan dengan perkenalan gadis yang menjadi pusat perhatian saat ini.
"Hallo, saya Sena. Saya harap kita bisa berkerja sama sampai 6 bulan kedepan." Sena tersenyum, didalam senyuman manisnya. Gadis itu menyembunyikan kepribadian dirinya yang lain. Tidak ada yang menyadari jika senyuman itu ialah senyuman yang hanya ia buat-buat untuk mendapatkan kesan siswi yang ramah dimata teman-teman barunya.
Matanya ia edarkan kearah seluruh penjuru kelas yang memandang dirinya takjub, seolah sedang melihat nya bagaikan dewi yang sangat menawan.
Gotcha.
Semua mata memandang takjub kearahnya, terkecuali seorang lelaki yang duduk dibarisan kedua bagian tengah yang memandang Sena tanpa emosi.
Mereka berdua beradu tatapan. Tidak ada yang saling bicara. Tidak dengan senyuman dan tidak ada yang tahu apa yang sedang mereka berdua pikirkan.
Hanya suasana sunyi yang menjadi atmosfer paling dominan. Perlahan-lahan raut wajah lelaki itu tersenyum kearah Sena. Sedangkan Sena, ia malah memandang kearah lain. Tidak peduli jika lelaki itu tersenyum atau tidak.
Yah, semoga ada yang menarik disini..