Wiradhi mengelus lembut rambut Sarah, belaiannya membuat sang gadis semakin terbuai dalam kenikmatan sebelum dia menyadari bahwa wajah sang lelaki semakin turun mendekati wajahnya. Tanpa sadar, tahu – tahu saja bibir mereka sudah saling bertemu sementara kedua pasang mata mereka saling menatap.
Wiradhi mendaratkan sebuah ciuman lembut di bibir Sarah. Ciuman yang perlahan – lahan menjadi semakin lengket, basah dan panas tatkala lidah mereka berdua mulai saling bergumul dan saling berebut masuk ke mulut yang lain. Ya, Sarah sama sekali tidak menyadari bahwa kini lidahnya sendiri pun turut serta dalam tempo permainan Wiradhi.
Sang gadis begitu terhanyutkan oleh nafas nafsu mereka dan menikmati setiap momen penuh kenikmatan di antara mereka berdua. Tangannya bergerak sendiri secara alamiah merangkul leher sang lelaki yang sedang tertunduk, mengunci posisinya sehingga bibir mereka terus menempel dan tidak bisa melepaskan diri dari pergumulan lidah mereka.
Wiradhi tersenyum sambil mengulurkan kedua tangannya untuk memijat kedua belah payudara Sarah, sepasang bukit indah permai yang kini telah membusung ke atas karena punggung sang gadis yang melengkung ke atas diangkat oleh ombak – ombak kenikmatan.
Entah berapa lama mereka berdua berada dalam posisi lockdown, Sarah tiba – tiba kembali tersadar dari mimpi indahnya ketika sang gadis merasakan ada benda keras nan panas yang berkedut – kedut berayun menampar sebelah pipinya. Diliriknya melalui sudut matanya dan didapatinya Misil Iskandar sang lelaki telah kembali terisi penuh dan siap meluncur kapan saja.
Kedua tangan sang gadis yang tadi nya merangkul leher sang lelaki kini terjatuh ke samping, melepaskan kunciannya. Ciuman panas mereka berdua pun terhenti tatkala Wiradhi mengangkat kepalanya dan memandang Sarah sambil tersenyum. Kedua tangan sang lelaki yang tadinya masih mempermainkan kedua belah payudara Sarah kini mencubit pelan kedua ujung putingnya lalu bergerak perlahan menelusuri kulit Sarah yang putih dan mulus dari kedua buah dada sang gadis hingga naik ke leher dan akhirnya berhenti ketika sudah sampai di tujuannya sambil membelai - belai kedua pipi sang perawan.
Wiradhi memandang Sarah sambil tersenyum sembari menepuk lembut pipi sang gadis dan berkata, "Oh, sudah puas berciumannya? Ayo kita lanjutkan lagi Permainannya...."
Sarah membelalakkan matanya sambil memandang Wiradhi. Tatapannya silih berganti antara memandangi mata sang lelaki dan misil iskandar yang telah berdiri tegak siap meroket di selangkangannya.
"Tidak mungkin.... Ini masih belum berakhir...?" Pertanyaan yang sungguh polos keluar dari bibir Sarah yang masih basah mengkilap dan wajahnya yang cantik jelita itu mulai merona merah seolah ingin bersaing dengan warna bibirnya yang terlihat begitu menggoda.
"Kamu ini ngomong apa? Aku baru muncrat sekali, sementara kamu sudah muncrat paling tidak sepuluh kali dari tadi. Mana adil....?" Wiradhi dengan santainya mengeluarkan kata – kata yang terdengar seperti ledakan Megaton Nuklir di telinga Sarah.
Jederrrr....! Bagaikan disambar petir, tubuh indah sang gadis yang telah rileks kembali mengalami kejang – kejang seperti sedang tersetrum listrik tegangan tinggi tatkala sang perawan membayangkan hal seperti apa lagi yang akan dilakukan oleh sang lelaki dengan mempermainkan jiwa dan raganya. Bahkan hanya dengan mengingat apa saja yang telah mereka lakukan telah membuat tubuh sang gadis kembali memanas dan dia mengalami orgasme ringan, selangkangannya yang masih becek kembali memercikkan air hangat dari liang cintanya....
"Kalau begitu, dibeginikan saja...." Wiradhi bangkit dan mengangkat tubuh Sarah yang terasa begitu ringan. Diangkatnya tubuh indah Sarah dengan memegangi bagian dalam lutut sang gadis di kaki kiri dan kanan dengan tangannya. Tubuh Sarah yang masih lemas dengan tanpa perlawanan merebahkan punggungnya yang indah dan mulus ke tubuh Wiradhi, dengan pundaknya bersandar di dada sang lelaki yang bidang itu.
"Tidakk.... vaginaku diekspos...." Bibir Sarah sayup – sayup bergumam kecil mengeluarkan protes tatkala kedua tangan Wiradhi bergerak ke samping, membuka kedua kaki sang gadis hingga membentuk seperti huruf M dengan selangkangannya yang masih becek meneteskan air hangat terpamerkan tanpa ada yang disembunyikan.
"Kicauan yang sangat manis.... Seperti siulan burung pipit...." Wiradhi berbisik di telinga Sarah sebelum mendaratkan sebuah ciuman di pipi sang gadis. "Sekarang, kamu lihat ada apa di depan, sayangku...."
"Eh? Apa? Ada apa di depan....?" Mata Sarah yang sedari tadi terus memandangi sang lelaki yang sedang terduduk memangku tubuhnya dari belakang menolehkan kepalanya ke depan dan melihat lurus ke hadapan dirinya.
"Cermin...?" Sarah melihat sebuah cermin berukuran besar yang berdiri tepat di hadapan mereka berdua. Atau lebih tepatnya, sebuah tembok yang full terbuat dari cermin. Dilihatnya dengan seksama pemandangan macam apa yang terpantul di permukaan cermin tersebut sambil membelalakkan kedua bola matanya yang seindah permata tersebut.
Tubuhnya yang indah sedang terduduk dalam pangkuan seorang lelaki sembari mengangkangkan kedua kakinya dengan lebar sampai memamerkan setiap lekak – lekuk bagian pribadi sang perawan di tengah selangkanganny tanpa ada yang disembunyikan sedikitpun. Kedua buah payudaranya yang besar dan ranum bergerak naik dan turun mengikuti nafas sang gadis yang masih terengah – engah, mampu menggugah selera setiap insan yang memandanginya. Dan wajahnya yang telah memerah dengan nafas yang memburu dengan jelas sekali memperlihatkan suasana hatinya yang sudah diwarnai oleh hasrat dan nafsu....
"Tiii.... Tidak....! Posisi ini, sangat memalukan....!" Sarah berteriak dengan keras sambil memandangi pantulan dirinya di cermin tanpa berpaling. Dilihatnya misil iskandar sang lelaki yang sudah dibidikkan tepat di bawah tubuhnya....
"Hehe..., Sarah ku sayang.... bersiaplah.... Aku akan mengambil perawanmu sekarang...!" Wiradhi menggigit dan mengunyah telinga Sarah dengan lembut sambil berkata demikian. Rangsangan yang dia berikan di telinga sang gadis yang sekujur tubuhnya sudah begitu sensitif tersebut membuat tubuh indah yang sedang mengangkang terduduk di pangkuannya terangkat sedikit akibat tersengat gelombang kejut sambil bergolak dan berkedut. Kedua bola mata sang gadis kembali bergulir ke atas dan mulutnya yang terbuka mengeluarkan erangan nakal sementara paras wajahnya yang cantik mulai kembali membentuk ekspresi ahegao.
Namun rupanya sang gadis masih mampu mempertahankan sehelai akal sehat yang hanya tinggal sebesar jerami saja di dalam otaknya yang biasanya sangat brilian tersebut. Sambil menggelengkan kepalanya dengan berlinang air mata, dia memberikan sebuah permohonan pada sang lelaki. "Apa saja.... Kumohon.... Apa saja asal jangan yang itu...."
"Oooohhh...? Apa saja? Kalau begitu, aku ambil perawan pantatmu saja dulu ya, Sarah sayang...." Kata Wiradhi sambil mengacungkan misil iskandarnya dan membidik lubang belakang di tubuh sang gadis.
"Gakk... Jangan yang itu juga... Gak bisaaa... gak bisaaa... Yang sebesar itu mana mungkin akan muat di dalam pantatku..." Sarah mencoba meronta namun tubuhnya tak bisa lepas dari tangan Wiradhi yang kini telah menahan kaki kiri dan pundak kanannya dengan paksa. Sang gadis mencoba memohon kembali pada sang gadis sambil berteriak – teriak dengan air mata yang sudah membanjiri sudut – sudut matanya dan mengalir menuruni pipinya....
"Ini gak mau, itu gak mau... Kalau begitu, kamu pilih sendiri mau yang mana, mau di vagina atau di pantatmu!?" Kata Wiradhi yang telah memasukkan ujung misilnya ke lubang yang sudah ditargetkan olehnya sejak tadi.
"Hentikannn....! Hentikannn....!!! Wiradhi, kumohon.... Janggaaannnn....!!!! Ttiii – Tiiiidaakkkkk.....!!!!" Teriakan Sarah semakin menjadi – jadi tatkala sang gadis merasakan sensasi yang dihasilkan dari tombak panas sang lelaki yang perlahan menghujam semakin dalam menembus pantatnya. Sensasi yang belum pernah dirasakan oleh sang gadis sejak dirinya dilahirkan kini menjalar dengan sangat cepat merambat di sepanjang tulang punggungnya, menyebar ke seluruh tubuhnya, dan meletus menggema di otaknya....