"AAAAHHHHHHHH.....!!!!! JANGAAANNNNNNN.....!!!!!! TIDAAAKAKKKKK...!!!!!!" Jeritan Sarah melengking dengan keras keluar dari mulutnya ketika Misil Iskandar milik Wiradhi telah sepenuhnya masuk menembus pantatnya, menghujam jauh ke dalam hingga membentur perutnya.
"Hahaahahahahaaa!!!! Bagus sexali, Sarah...! Bagus sekali....! Jepitan pantatmu benar – benar sangat kuat! Hahahahahah....!!!! Menjepit dengan sangat erat...! Seperti yang kuharapkan dari pantat seorang perawan...!" Wiradhi tertawa dengan puas sambil menikmati jepitan pantat sang perawan yang begitu kuat mencengkeram batang penisnya. Dipegangnya dagu Sarah dan dia paksa sang gadis untuk memandang ke depan, melihat bayangan tubuh mereka berdua yang telah bersatu terpantul dengan sempurna pada permukaan dinding cermin yang berada di hadapan mereka.
"Lihat ini baik – baik, Sarah...! Momen – momen saat kamu kehilangan keperawanan pantatmu...!" Sambil berkata demikian, Wiradhi menghentakkan selangkangannya, membuat tongkat kejantanannya semakin dalam melesak masuk hingga membentur perut Sarah.
Sang gadis berteriak semakin kencang dengan lidah yang terjulur dari mulutnya yang terbuka lebar. Matanya yang membelalak bergulir ke atas menciptakan ekspresi ahegao yang begitu memukau mata sang lelaki.
Dengan tangan kirinya menahan kaki Sarah dan tangan kanannya menahan dagu sang gadis, Wiradhi dengan begitu bernafsu langsung melahap lidah Sarah dan mengulum bibirnya yang terbuka lebar sembari perlahan menggerakkan selangkangannya dan memompa penisnya keluar masuk menggesek seluruh bagian dalam pantat sang gadis dan menghantam ujung perutnya tanpa henti.
("Aaaakkkkhhhhh... Akuu.... Aku mau lagiii..... Aku udah dibuat keluar berkali – kali.... tubuhku tak sanggup menahannya lagiii.... AAaakkkkkhhhhh... Lama – lama ini bisa jadi kebiasaan....!") Pikir Sarah dengan bola mata yang benar – benar sudah bergulir ke atas dan mulut yang dengan rakus disantap oleh lelaki yang memperkosanya...
"Gaahaaa...!!! Geho! Geho...! Aaakaahahh....!!!! AAAgggghhhh.....!!!!" Jeritan dan erangan Sarah semakin menjadi – jadi tatkala tangan kanan Wiradhi yang semula menahan dagunya bergerak turun ke bawah menyambar selangkangannya. Ibu jari sang lelaki menekan – nekan dan memijat klitoris sang gadis sementara jari – jemarinya yang lain mempermainkan bibir vagina Sarah yang masih perawan.
"Ayo... Ayoo...!!!! Menjerit lah lebih keras lagi....! Terusss.... Terusss....! Ekspresi wajahmu benar – benar bagus sekali. Hmmmmphhhh.... Hmmmmmhhhh.... Hmmmm.....!" Wiradhi menyemangati Sarah yang sedang menjerit – jerit penuh nikmat sambil terus menyantap bibir dan lidah sang gadis dengan penuh nafsu. Tangannya juga semakin lihai mempermainkan vagina Sarah yang mulai panas berkedut – kedut membuka dan menutup mencoba mengundang jari –jemari sang lelaki untuk memasuki liang cintanya. Air hangat merembes keluar mengalir tanpa henti membanjiri selangkangannya yang sedang beradu dengan milik sang lelaki yang tanpa henti terus memompa tongkat kenikmatannya keluar masuk lubang pantat yang baru saja kehilangan keperawanannya tersebut.
Gerakan piston sang lelaki menjadi semakin cepat dan permainan tangan Wiradhi di selangkangan Sarah menjadi semakin liar seiring dengan meningkatnya nafsu birahi yang menguasai kedua insan yang sedang bersatu tubuh ini. Tarian lidah mereka berdua, gesekan antara penis sang lelaki dan pantat sang gadis, ditambah dengan tangan sang pemerkosa yang dengan kasar mulai meremas dan menyiksa selangkangan sang perawan membuat Sarah tak kuasa lagi menahan dirinya dan menyerahkan jiwa dan raganya sepenuhnya di tangan sang lelaki yang sedang memperkosanya ini.
"Kalau kamu sudah tidak tahan lagi, bilang saja Sarah...." Wiradhi tiba – tiba berkata demikian sambil berhenti sejenak.
("Ah? Dia ini ngomong apa sih...?") Sarah yang sedang terombang – ambing dihantam oleh gelombang dahsyat hawa nafsu yang hampir menenggelamkan dirinya tiba – tiba kembali tersadar kembali kepada kenyataan sesaat setelah dia merasakan gerakan sang lelaki yang tiba – tiba berhenti dengan misil iskandarnya yang masih panas dan siap meledak kapan saja masih tertanam di dalam perut sang gadis. Sarah menatap mata sang lelaki dalam – dalam dengan ekspresi wajah yang penuh kebingungan. Otaknya yang masih kosong belum bisa digunakan untuk berpikir sehingga dia masih belum mengerti apa maksud dari kata – kata sang lelaki yang sedang menggarap pantatnya tersebut.
"Oh, kenapa kamu diam saja? Masih ingin lebih rupanya?" Wiradhi tiba – tiba saja langsung mendekap tubuh Sarah yang sedang terduduk di atas pangkuannya, membuat punggung sang gadis benar – benar menempel dengan bagian depan tubuh sang lelaki.
Tangan kanan Wiradhi yang telah basah disiram oleh air hangat yang keluar dari pancuran di tengah selangkangan Sarah dengan cepat naik keatas menyambar payudara sang gadis yang besar dan ranum dengan puting susu yang sudah mengeras seperti buah persik. Tangan kiri sang lelaki pun tidak tinggal diam dan dengan sigap melanjutkan pekerjaan yang ditinggalkan oleh tangan kanannya untuk mempermainkan vagina Sarah dengan liarnya. Sementara itu, dengan perlahan pun sang lelaki juga mulai menggerak – gerakkan pinggulnya kembali, membuat batang penisnya dengan mulus keluar masuk lubang pantat Sarah yang mencengkeram tongkat kenikmatannya dengan begitu kuat seolah tidak ingin melepaskan benda pusaka yang kini ada di dalam perutnya tersebut.
("Aaahhh.....! Mulai lagi...! Wiradhi dengan tangannya yang mempermainkan susu dan pentilku...!!!! Aaahhhh!!!! Klitorisku!!!! Kitorisku juga rasanya enaakkkk....!!! Aakkkhhhhh....!!!! Aaaaahhhhh!!!! Penis.... Penisnya.... Dia menggerakkan penisnya dengan bergoyang perlahan..... Aaaahhhhh.... Sensasi ini bisa membuatku gila....!!!! Payudaraku.... Pentilku.... Vaginakuu.... Klitorisku.... Pantatkuuu... Tidaaakkkkk.....! Semuanya dipermainkan oleh Wiradhi....!!!! Seluruh tubuhku menjadi mainan laki – laki...!!!! Aaaahhhhh!!!!! Aaaaaaaahhhhhh....!!!!")
Sarah kembali mengerang dengan penuh nikmat. Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya yang terbuka lebar. Tubuhnya bergoyang menarikan tarian erotis mengikuti melodi mesum yang dimainkan oleh sang lelaki. Terhanyutkan dalam gelombang kenikmatan yang tidak terlihat ujung maupun pangkalnya, jiwanya yang terhempas dalam lautan hasrat berserah diri sepenuhnya kepada laki – laki yang sedang memperkosanya saat ini.
Sarah sudah tidak sanggup berpikir apa – apa lagi. Atau lebih tepatnya, dia tidak mau berpikir apa – apa lagi. Otaknya telah dipenuhi oleh kenikmatan dahsyat luar binasa yang telah diberikan oleh sang laki – laki kepada seorang wanita seperti dirinya. Dia tidak bisa memberikan perlawanan lagi dan memutuskan bahwa lebih baik tenggelam mengikuti arus saja, menikmati sebuah perasaan bahagia yang mengguyur sekujur raga dan jiwanya, seolah sedang menjawab panggilan rohani yang tertanam sangat jauh di dalam struktur genetiknya....